part 6

875 113 3
                                    

Song Lan "Xing Chen kau habis dari mana? Aku tadi keluar mencari mu tapi kau tidak ada"
Xing Chen begitu terkejut dan dengan terbata-bata ia berbohong. "Aku hanya berkeliling disekitar karena tidak bisa tidur" Xing Chen terus meminta maaf dalam hatinya karena telah membohongi Song Lan. Ia merasa bersalah pada sahabatnya itu, tapi ia juga tahu Song Lan tidak akan suka jika ia mengatakan telah pergi untuk menemui Xue Yang.

Melihat Song Lan yang masih penasaran dengan kepergiannya Xing Chen langsung mengalihkan pembicaraannya. "Mari kita istirahat. Besok kita akan melanjutlan perjalanan lagi".
Song Lan mengangguk dan kembali merebahkan dirinya di ranjang meskipun dengan rasa penasarannya yang belum terpenuhi.
Xing Chen diam-diam bernapas lega melihat Song Lan yang tidak menanyainya kembali.
Xing Chen tidak pernah berbohong terutama dengan sahabatnya itu. Dan kali ini ia terpaksa melakukannya demi kebaikan bersama. Ini bisa disebut kebohongan putih. Benar kan?.

Meskipun saat ini ia telah memejamkan matanya. Xing Chen sama sekali tidak tidur. Ia terus berperang dengan dirinya sendiri. Hatinya masih sangat ingin bersama Xue Yang namun otaknya menolak segalanya. Otaknya memaksanya untuk membenci Xue Yang.
"Kau masih mencintainya! Kau masih sangat mencintainya! Kau selalu memikirkannya! Kau diam diam selalu mencarinya! Kau hanya menipu dirimu sendiri saat ini. Pengecut! Pergi dan temui dia! Bawa dia pergi! Bawa dia kembali bersamamu!"
"TIDAK!" Apa kau lupa dengan semua yang telah terjadi? Dia menipu mu! Dia mengkhianatimu! Itulah wajahnya yang sebenarnya! DIA PEMBUNUH. dia hanyalah seorang pembunuh keji. Kau terlalu bodoh karna tertipu olehnya bertahun-tahun. Semuanya palsu. Semua yang dia tunjukkan padamu dulu adalah palsu. Itu hanya untuk menipu mu. Kau terlalu bodoh!. Kau lemah!".
Xing Chen menghabiskan malamnya dengan mendengarkan perdebatan dari hati dan otaknya yang tak kunjung mendapat jalan tengah itu. Keduanya masih sangat bertentangan. Membuat Xing Chen tidak mengerti harus mengikuti logikanya atau perasaannya.

Sementara disisi lain hati Xue Yang sedang terbakar membayangkan Xing Chen yang sedang tidur bersama Song Lan. Meskipun Xue Yang saat ini membenci Xing Chen namun ia masih tidak rela posisi nya di ambil alih oleh orang lain, terutama oleh Song Lan. Meskipun ia tahu posisi itu sudah hilang sejak lama.

Xue Yang mengingat kembali kenangannya saat bersama Xing Chen. Dulu ia lah yang selalu berada di pelukan Xing Chen saat ia tidur. Kepalanya lah yang selalu diusap oleh Xing Chen. Dia lah orang yang selalu di masakkan oleh Xing Chen. Dan... dia lah yang selalu diutamakan oleh Xing Chen.
Tak terasa buliran air bening menetes dari mata Xue Yang ketika ia mengingat kembali semua kenangan yang telah ia lalui bersama Xing Chen.

Flasback on
Xue Yang menyeret tubuhnya yang kelelahan menuju rumah tempat ia dan Xing Chen tinggal. Setibanya di depan rumah itu ia melihat pintu depan sudah tertutup rapat. Ia tersenyum dan berjalan kearah belakang. Ia kembali tersenyum saat melihat jendela itu sedikit terbuka. Xing Chen pasti sengaja tidak menguncinya agar Xue Yang dapat masuk kapan pun. Itu adalah jendela kamar Xing Chen dan sekaligus akses masuk Xue Yang setiap kali ia kembali tengah malam seperti saat ini.

Tanpa menunggu aba-aba Xue Yang langsung melompat memasuki jendela itu. Ia melihat dengan jelas sosok pria yang selalu ia rindukan sedang terlelap di ranjangnya. Xue Yang tersenyum dan langsung melompat ke ranjang itu. Memposisikan tubuhnya berbaring di samping pria itu. Xing Chen yang merasakan pergerakan dibelakangnya langsung membalikkan badan dan mendekap pria yang telah mengusik tidurnya itu. Xue Yang tersenyum dan mengecup singkat bibir pria yang masih memejamkan matanya itu.

Merasakan benda familiar menempel di bibirnya Xing Chen membuka matanya perlahan. Matanya menangkap sosok pria di pelukannya sedang tersenyum manis memandangnya. Senyum yang selalu membuat hatinya menghangat. Senyum yang dihiasi oleh dua gigi taring itu, membuat sang pemilik terlihat semakin manis dan kekanak-kanakan dalam waktu yang bersamaan.
Xing Chen mengelus wajah lelaki itu dan mulai menciumnya.
Mereka saling melumat hingga salah satu dari mereka kehabisan oksigen dan melepaskan tautan itu. Xing Chen tersenyum dan mengusap bibir lelaki dipelukannya itu, membersihkan sisa silva dibibir lelaki itu.
Sementara pria dipelukannya hanya tersenyum menikmati semua perlakuan manis Xing Chen padanya.

Xue Yang "daozang... aku lelah sekali... aku ingin tidur..."
Xing Chen yang masih mendekap dan mengelus kepala lelaki itu tersenyum. "Bukankah seharusnya kau mandi dulu?" Lelaki dipelukannya itu bukannya menjawab malah semakin erat memeluknya. Menenggelamkan wajahnya pada cekuk leher Xing Chen.. membuat Xing Chen lagi lagi gemas dengan tingkah lelaki manisnya itu. Xing Chen "setidaknya bukalah sepatu mu".
Mendengar itu Xue Yang langsung duduk membuka sepatunya dan melemparkannya kesembarang arah. Kemudian kembali berbaring memposisikan dirinya dipelukan Xing Chen.

Xing Chen hanya bisa menggeleng melihat tingkah lelaki manisnya itu. Ia terus mengelus lembut kepala lelaki yang sedang memeluknya itu. Tidak lama Ia merasakan napas Xue Yang sudah teratur didalam pelukannya. Xing Chen melihat sekilas wajah lelaki itu sudah benar benar terlelap. Xing Chen tersenyum, mengecup sekilas kening lelaki itu dan memutuskan untuk melanjutkan kembali acara tidurnya yang terganggu.
Flasback off

Pikiran Xue Yang benar-benar kacau sekarang. Tadinya ia berniat tidur, mengembalikan sedikit tenaganya dan pergi diam diam dari tempat itu. Namun saat ini ia malah berkali-kali lipat merasakan sakit. Bukan pada tubuhnya, tapi pada hatinya. Ia tidak menyangka pertemuannya dengan Xing Chen membuatnya lemah seperti ini.

Sejak 2 tahun terakhir ia sudah menanamkan rasa bencinya pada Xing Chen. Membuang jauh jauh bayangan lelaki itu dari pikirannya. Namun pertemuan singkatnya dengan Xing Chen meruntuhkan pertahan yang Xue Yang bagun selama ini.
Ia tidak bisa membantu. Hatinya masih sangat sakit melihat lelaki itu. Membuatnya mengingat semua kenangan yang telah mereka lalui bersama. Dan ketika mengingat kenangan mereka maka tidak mungkin untuk tidak mengingat kembali penghianatan yang telah ia terima. Itulah mengapa ia sama sekali tidak ingin bertemu dengan lelaki yang telah mengkhianatinya itu.

Hatinya sangat sakit setiap melihat Xing Chen, orang yang telah mengkhianatinya. Hanya dengan membunuhnya tidak akan menyembuhkan luka dihatinya. Xue Yang telah bersumpah tidak akan mati sebelum Xing Chen merasakan berkali kali lipat sakit yang ia rasakan. Setiap saat ia terus memikirkan cara untuk membalas penghianatan yang telah Xing Chen lakukan. Ia juga telah mempersiapkan dirinya untuk tidak pernah terlihat lemah dihadapan Xing Chen. Namun malam ini, ia kehilangan pertahanannya.

BERSAMBUNG

Our Secret Story (Xue Yang ● xiao Xing Chen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang