mereka melanjutkan perlajanan bersama. Mengobrol ringan dan sesekali Xing Chen mengelus lembut kepala lelaki itu.
Sesampainya di rumah Xue Yang langsung merebahkan dirinya di ranjang. Ia terus mengeluh lelah saat Xing Chen memintanya untuk membersihkan diri. Xing Chen hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah lelaki dihadapannya itu. Ia sudah terbiasa dengan ribuan alasan yang diberikan Xue Yang setiap kali ia meminta lelaki itu untuk mandi. Lelaki di depannya ini sangat membenci air.
Xing Chen menyerah untuk membuat Xue Yang mandi. Jadi ia hanya meninggalkan Xue Yang dikamarnya dan segera membersihkan diri dengan cepat. kemudian ia menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Sebenarnya Xing Chen tidak begitu lapar. Tetapi ia tidak bisa membiarkan Xue Yang tidur tanpa makan terlebih dahulu. Apalagi sejak tadi Xue Yang mengeluh cacing-cacingnya sedang sekarat.
Tidak perduli seberapa lelah ia. Jika itu untuk Xue Yang ia akan melakukannya. Semua hanya terasa begitu menyenangkan.
Flasback offMelihat Xing Chen menangis Xue Yang kembali terkejut, dia membelalakan matanya sesaat sebelum membuang pandangnnya ke sembarang arah. Mengabaikan apapun yang dikatakan Xing Chen tadi.
Xing Chen melihat Xue Yang terus diam. Tidak menjawab pertanyaannya dan juga tidak menatapnya. Hal itu membuatnya benar-benar frustasi. Dia tidak dapat lagi menahan semuanya. Begitu banyak pertanyaan dibenaknya. Tapi Xue Yang sama sekali tidak memiliki niat untuk menjelaskan apapun.
Tidak tahukah dia bahwa saat ini Xing Chen sedang sekarat karna semua pikiran buruk yang ada di kepalannya... Tak tahukah dia bagaimana selama ini Xing Chen yang mati-matian menepis rumor bodoh diluar sana.... Tak tahukah dia bahwa selama ini Xing Chen terus menunggunya untuk kembali... dan yang paling penting.. Tidak tahukah dia bahwa Xing Chen benar-benar merindukannya.
Bulir bening semakin deras mengalir dari matanya... Xing Chen menumpahkan semua air mata yang ia tahan selama ini... ia tak bisa lagi menahan dirinya.Setelah Xing Chen berhasil mengendalikan dirinya. Ia mengusap air matanya dan langsung beranjak berdiri meninggalkan Xue Yang. Keterbungkaman Xue Yang sama sekali tidak membantunya. Jadi Xing Chen hanya memutuskan untuk pergi dari kamar itu. Semakin lama ia di sana semakin sesak napasnya, dan semakan ia tidak bisa mengendalikan dirinya.
Sebelum ia benar-benar meninggalkan kamar itu ia berbalik dan menyempatkan diri melihat sosok yg sedang berbaring memalingkan wajahnya itu. Ia berpesan pada sosok itu untuk istirahat dan tidak membuat masalah besok saat akan di bawa ke gusu.
Xue Yang pov
Dia menangis. Dia benar-benar menangis. Aku tidak salah melihat. Tapi mengapa? Apa yang terjadi padanya. Akulah yang terluka sekarang. Aku yang sekarat. Tapi mengapa dia yang menangis?
Kemana pergi senyum hangatnya? Kemana wajah teduh dan menyenangkannya? Kemana sinar matanya yang tidak pernah redup? Siapa sosok di hadapan ku sekarang? Dia sama sekali bukan orang yang ku kenal selama ini.Dan entah mengapa hati ku terasa seperti sedang teriris melihatnya seperti ini. Apa yang sebenarnya dia pikirkan.. bukankah seharusnya aku yang menangis??
Mengapa dia bersikap seperti ini sekarang. Setelah semua yang ia lakukan padaku??
Dan mengapa dia bertanya padaku apa yang aku lakukan? Akulah yang seharusnya bertanya. Akulah korbanya. Bukankah begitu?Akulah orang yang seharusnya marah dan menuntut penjelasan. Akulah yang dihianati.
Tapi apa ini.. dia bertindak seolah akulah penjahatnya.. ku akui aku memang bajingan. Tapi dalam hal ini, dialah yang menyakiti ku. Atas dasar apa dia menuntut penjelasan padaku. Setelah semua yang dia lakukan padaku. Seharusnya ia bahkan tidak pernah muncul dihadapan ku.Dan sebenarnya apa yang terjadi denganku. Mengapa dada ku sakit sekali melihatnya seperti ini. Bukankah aku sudah membencinya? Apa seperti ini perasaan benci kepada seseorang. Sangat menyakitkan.
Haruskah aku membunuhnya saja agar rasa sakit ini hilang?Author pov
Setelah keluar dari kamar Xue Yang, Xing Chen menyempatkan diri membasuh wajahnya. Ia berusaha keras mengendalikan emosinya dan bersikap senormal mungkin sebelum kembali ke kamarnya. Ia berjalan dengan malas kekamarnya. Nama Xue Yang masih terus memenuhi kepalanya.Saat ini Xing Chen sedang dilanda kegelisahan. Sebelumnya ia sangat ingin bertemu dengan Xue Yang. Membuktikan semua tuduhan yang orang-orang berikan pada Xue Yang hanya omong kosong. Menunjukkan pada semua orang bahwa Xue Yang bukanlah manusia keji yang bisa merengut nyawa orang lain. Menjelaskan pada Song Lan mengenai segala yang telah terjadi antara ia dan Xue Yang. Membawa Xue Yang kembali ke rumahnya dan menjalani kehidupan menyenangkan seperti sebelumnya.
Namun sekarang semua itu hanyalah seperti khayalan bodohnya. Semua hal yang tidak pernah ia bayangkan. Semua hal yang ia takutkan. Semuanya benar benar terjadi.
Xue Yang sendiri yang mengakuinya. Ia mengakui pelaku dari semua pembunuhan yang terjadi selama ini.
Xing Chen sangat marah dan membencinya saat ini. Bagaimana bisa Xue Yang melakukan hal sehina itu. Apapun tujuannya, merengut nyawa orang lain sama sekali tidak sebanding dengan apapun.Dan ia lebih marah pada dirinya sendiri. Karena ia tidak mengetahui alasan Xue Yang melalukan semua ini. Ia terus mencari jawaban yang masuk akal mengenai semua pertanyaannya. Dan satu satunya jawaban yang muncul di kepalanya adalah Xue Yang selama ini menipunya.
Empat tahun waktu yang dulu ia habiskan bersama Xue Yang hanyalah fiksi bagi Xue Yang. Xue Yang menciptakan itu semua untuk menipunya. Xue Yang memalsukan perasaannya, memalsukan ucapannya, bahkan memalsukan senyumnya hanya untuk menipu dirinya. Lihatlah tadi. Senyum yang ia keluarkan dari wajahnya benar benar mengerikan. Tidak ada lagi senyum cerah yang memperlihatkan dua gigi taring yang selalu menjadi favoritnya itu. Yang ia lihat tadi hanyalah senyum kepuasan dari seorang pembunuh.
Hanya memikirkannya saja membuat Xing Chen semakin marah.
Xing Chen menggangap semua waktu yang ia habiskan bersama Xue Yang adalah hal terindah. Perasaannya tulus. Bagaimana bisa Xue Yang melakukan ini padanya.Tanpa terasa langkah kaki Xing Chen telah membawanya tepat di depan kamarnya bersama Song Lan. Xing Chen menarik nafas panjang sekali sebelum membuka pintu itu. Mengembalikan wajah tenangnya. Saat ia melangkahkan kakinya masuk kamar itu masih sama seperti sebelumnya. Lampu kamar itu masih padam dan sesosok pria masih terlelap di salah satu ranjang kamar itu.
Xing Chen bernafas lega berpikir Song Lan masih terlelap dan tidak menyadari kepergiannya.
Namun saat ia hendak membaringkan tubuhnya ia terkejut dengan suara Song Lan yang tiba tiba memecahkan keheningan malam itu.
Song Lan "Xing Chen kau habis dari mana? Aku tadi keluar mencari mu tapi kau tidak ada"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Story (Xue Yang ● xiao Xing Chen)
Fiksi Penggemarsekilas kisah tentang hubungan Xue Yang dan Xiao xing chen Cover by Kaya