part 43

190 22 1
                                    

Xing Chen "soal Xue Yang.... Sama seperti mu. Aku mengenalnya di gunung. Dia adik kecil kita"

Song Lan "sudah tidak ada lagi hal seperti itu"

Xing Chen tersenyum tipis. "Aku tau. Tapi Xichen... Dia tidak berubah sama sekali. Jika kau melihatnya lebih dalam. Dia.. dia benar benar adik kecil kita yang dulu"

Song Lan mengertakan giginya kuat hingga garis wajahnya terlihat jelas "hentikan"

Xing Chen yang menyadari itu menarik napasnya pelan. Dia sadar dia telah membuat kesalahan 'lagi'.

Xing Chen "maaf"

Song Lan memejamkan matanya menenangkan diri "Lanjutkan"

Xing Chen "saat kita turun dari gunung. Dan kau mutuskan untuk merawat keluargan klan mu. Aku tidak sengaja bertemu dengan Xue Yang".

"Dia masih begitu muda. Masih nakal dan sombong"

"Memikirkan dirinya sendiri"

"Sangat mudah tersinggung"

"Saat pertama kali aku melihatnya setelah turun gunung. Dia sedang berdebat dengan beberapa orang di pasar. Mereka ingin membunuhnya. Hanya karena dia mencuri beberapa permen"

Song Lan "h.a.n.y.a?"
Song Lan memberikan penekanan jelas pada kata itu.

Xing Chen "tidak. Maksud ku. Dia memang mencuri. Mencuri permen. Tapi mereka tidak berhenti bahkan setelah membuatnya sekarat. Mereka masih ingin membunuhnya. Bukankah itu.. sedikit..."

Song Lan "lalu?"
Dia sadar Xing Chen sedang mencari kata yang akan membuatmya mengerti. Tapi itu tidak akan terjadi. Pencuri tetaplah pencuri. Mereka merugikan orang lain. Apa yang harus di mengerti?

Xing Chen "aku membantunya. Membawanya pergi dari sana. Merawat lukanya."

"Kami banyak bicara. Hingga sampai pada titik dimana aku menyadari. bahwa dia tidak pernah berubah. Dia masih adik kecil kita"

Song Lan kembali mengertakan giginya. Dia mengepalkan tangannya kuat mencoba menenangkan diri.
Xue Yang. Dulu... Dia memang menyayangi lelaki itu. Dia menganggapnya sebagai adiknya. Mereka sangat dekat. Xue yang selalu menempel padanya dan Xing chen.

Saat orang itu pertama kali datang ke gunung di bawa oleh gurunya. Dia manis... begitu manis. Sangat lucu. Senyum dengan kedua gigi taringnya. Tidak ada satupun yang bisa menahan diri untuk tidak gemas dengan itu.

Xue Yang dulu juga anak yang rajin. Dia sangat gigih berlatih. Dan dia tidak mudah menangis seperti anak anak di usianya meskipun takdir sudah begitu kejam terhadapnya.

Baru beberapa hari berlatih di gunung. Dia sudah menarik perhatian semua orang. Bahkan gurunya pun sangat memperhatikan anak itu. Bukan karna kasian. Tapi anak itu benar benar bertalenta. Dia sangat cepat menguasai teknik yang di ajarkan guru. Dia juga belajar dengan cepat dari kesalahan.

Hingga akhirnya. Entah itu di mulai sejak kapan. Dia jadi menggila dengan kekuatan. Dia menyerang siapapun yang mengganggunya. Dia belajar dengan cara yang aneh.

Dia tidak mempelajari ilmu pedang dari teknik dasar. Dia mempelajari teknik dari pertarungan.
Mengamati teknik bertarung lawan. Dan menirunya. Mencari titik lemah dan menyerangnya.
Tidak ada teknik pedang semacam itu. Dia hanya mencari titik lemah dari lawan dan menyerangnya dengan brutal.

Guru tidak menyukai itu. Guru pernah menegurnya. Bahkan kami juga pernah menyadarkannya bahwa itu adalah cara yang salah.

Tapi dia tidak perduli. Dia tidak mendengarkan siapapun. Dan dia mulai memberontak. Hingga akhirnya dia nekad turun gunung tanpa mengucapkan perpisahan pada siapapun.

Our Secret Story (Xue Yang ● xiao Xing Chen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang