Part 92 (Tamat)

250 15 24
                                    

TIDAKKKKKK.....!!!!!!!

"Xue Yang... Xue Yang..... Xue Yang jawab aku.... Ku mohon...."

"Xue Yang...!!!!"

"jangan seperti ini Xue Yang.... Kau berjanji... Kau berjanji...."

"Xue Yang aku mau kau... Aku tidak mau Lan LinJing lagi... Xue Yang aku mau kau... Aku hanya mau kau.... Ku mohon..."

"Xue Yang... Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup ku tanpa mu. Ku mohon... XUE YANG.....!!!!!!!!!!!!!"

A Yao histeris, dia terus menggaruk nggaruk reruntuhan bangunan dan terus meneriaki nama Xue Yang. Berharap dia menjawab di bawah sana.

Dengan runtuhnya bangunan itu, dan mungkin runtuh pula pertahanan Wen Rouhan mayat mayat disana semakin mengamuk. Mereka semakin kehilangan kendali dan menyerang apapun di sekitarnya. Bahkan teman temannya sendiri.

Melihat situasi semakin tak terkendali. Lan Xichen langsung bergegas menghampiri A Yao dan memukul tengkuknya dengan keras. Seketika A Yao pingsan dibuatnya.

Xichen mengangkat A Yao dan membawanya menjauhi kekacauan itu.

Beberapa bulan berlalu.
Keadaan sudah mulai kembali normal. Klan Wen sudah bisa dikatakan tak bersisa. Setelah Wen Rouhan tewas oleh Lan Xichen dan Nie Mingjue.

Wen Chao dan putranya yang lain juga telah tewas dalam pelarian. Semua klan besar maupun kecil. Semuanya memburu klan Wen. Mereka seolah tak ingin menyisakan satu nyawa pun dari klan Wen.

Seorang prajurit berlari menghampiri A Yao yang sedang berdiri menatap danau di belakang rumahnya.

Prajurit "tuan. Kami sudah membolak balik reruntuhan itu. Dan kami hanya menemukan ini."

Prajurit itu menyerahkan sebuah pedang kepada A Yao.

A Yao mengambilnya. Dia menatap lemas pedang itu dan menahan air matanya.

A Yao "kau yakin tak menemukan apapun di sana? Bahkan jasadnya?"

Prajurit "tidak tuan. Kami sudah membongkar reruntuhan itu. Dan tidak ada apapun disana kecuali pedang itu"

A Yao "tidak ada jasad artinya belum tewas. Cari lagi. Temukan petunjuk apapun"

Prajurit "baik tuan"

Prajurit itu menunduk dan bergegas pergi meninggalkan A Yao di sana.

Setelah prajuritnya pergi A Yao jatuh terduduk lemas. Dia menangis sejadi jadinya sembari memeluk Jiangzai. Dia memukul mukul dadanya sendiri yang terasa begitu sesak.

Xue Yang.... Dimana kau... Apa kau baik baik saja?....
Xue Yang..... Kembalilah. Kumohon. Kembalilah Xue Yang... Kembalilah. Aku membutuhkan mu... Aku... Aku tidak bisa hidup tanpa mu...
Kemana aku harus menyusul mu...

Di tepi danau itu yang hanya diterangi oleh sinar rembulan A Yao menumpahkan seluruh air matanya.

Dia hancur. Dia takut. Semakin dia berusaha mencari Xue Yang. Semakin dia takut akan kenyataan. Dia tidak ingin putus asa. Tidak. Dia sama sekali tidak boleh putus asa. Xue Yang akan menepati janjinya. Dia selalu seperti itu. Dia pasti akan kembali.

Our Secret Story (Xue Yang ● xiao Xing Chen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang