"Nata!... Keluar lo!"
Seorang perempuan dengan rambut ikal sebahu berteriak kencang sambil berdecak kesal. Dia Sena. Perempuan itu berjalan sambil membawa ponsel milik Nata ditangannya.
Nata yang tengah asik berbincang dengan temannya di warung belakang sekolah terdiam mendengar teriakan melengking dari orang yang satu tahun lebih selalu ada bersamanya, "Mampus gue" dia bergumam panik lalu keluar dari warung lewat pintu belakang demi menghindari Sena.
"Mana si Nata?!" Tanyanya pada Gimbal, teman satu tongkrongan Nata. Gimbal menggeleng pura-pura seakan tidak tau apa-apa. Sena melihat ke sekitar dan benar, laki-laki menyebalkan itu tidak ada. Sepertinya kabur.
"Bisa-bisanya dia ngomong enteng sama mami kalo gue pacaran! Kan udah gue bilang gausah cepu ah nyebelin!" Sena merutuk kesal sambil memakan gorengan dan kopi hitam entah milik siapa.
Sena duduk lalu memandang kesal ke depan sana dengan pikiran masih terus berkelana pada Nata. Dia sungguh kesal dengan lelaki itu, sudah jelas mami atau ibu Sena tidak pernah memberi izin Sena pacaran dan dengan sengaja Sena pacaran diam-diam agar maminya tidak tahu. Tapi dengan tidak tau dirinya Nata membocorkan kalau dia sedang pacaran dengan Restu, kakak kelasnya yang sebentar lagi akan lulus. Dan gara-gara Nata, uang jajannya dipotong 50% untuk tiga bulan kedepan. Nata menyebalkan!.
Melihat Sena yang masih asik memakan gorengan dengan raut wajah yang tidak enak dilihat sama sekali Galih merasa bingung untuk bicara, tapi ini harus. "Sen sorry itu gorengan sama kopi item punya gue"
Mata Sena mengerjap beberapa kali lantas ia tersadar dan menyimpan gelas yang isinya sudah tandas ke meja, "Eh?" Sena tersenyum malu lalu bangkit dari duduknya, "Duh gue jadi malu, yaudah lo boleh pesen makanan lagi buat ganti yang barusan. Bebas mau pesen apa aja"
"Beneran sen?" Sena menaggguk.
"Tapi di bayarin Gimbal ya, gue lagi ga ada duit. Bye Galih bye Gimbal makasih sarapan siangnya!" Sena tersenyum melihatkan deretan gigi rapihnya lantas berlari keluar dari kantin belakang.
"Lah kok gue?" Gimbal bergumam kesal. Ia menghela nafas lalu berbicara pada bibi, "Bi pesen kopi lagi satu sama gorengan, nunggak dulu bi..."
•••
Tiba di kelas Sena melihat Nata yang tengah asik menggoda Clarisa di bangku belakang, dengan emosi yang kembali meningkat dia berjalan kearah belakang dan menarik telinga Nata dengan kencang, satu tangan Sena berdecak pinggang menatap kelakuan Nata.
"Bagus ya...! Udah Cepu ke mami gue pacaran, sekarang lo malah enak-enak godain temen sekelas. Gue aduin bunda mau lo hah?!"
"Cepu lo Na" Nata meringis sakit
"Lo yang cepu Nat! Gue kan udang bilang kalo gue pacaran gausah bilang-bilang ke mami. Di bayar berapa sih lo sama mami kesel gue!"
"Lepasin dulu sena sakit ya allah Na" Nata meringis kembali, meminta tolong agar tarikan di telinganya berhenti. Dengan sabar Sena melepas tarikan pada telinga Nata dan menatap tajam Nata. Clarisa yang merasa ini bukan urusannya dia memilih mundur dan kembali ke bangku.
"Eh mau kemana sayang?" Nata sempat-sempatnya bertanya seperti itu di saat sahabatnya tengah memasang wajah seperti setan di depannya, dengan enteng Sena menyubit pergelangan tangan nata cukup kencang.
"Aw..! Sakit Nana!"
"Sayang... Sayang .... Pala lo kayang!" Sena mencibir Nata, "Mau Lo apa sih pake cepu ke mami segala hah..?"
"Becanda elah"
"Tapi becanda lo gak ada lucunya, mami nyuruh kak restu putusin gue. Dan lo tau?! Kak Restu putusin gue anjir!"
"Uang jajan gue juga di potong setengahnya. Puas lo hah?!!"
Sena kembali memukul-mukul dada bidang nata melampiaskan emosi yang sempat tertahan satu Minggu akibat libur satu semester, Nata kesakitan beberapa kali dia meminta Sena berhenti memukulnya tapi dihiraukan begitu saja. Nata dengan cekatan memegang kedua pergelangan tangan Sena lalu menatapnya serius.
"Dengerin gue..!"
"Si restu-restu itu gak baik buat lo. Dia suka tawuran, suka mabuk. Lo mau suatu saat nanti di anuin sama dia? Kita gak tau pikiran dia deketin lo karna apa Nana!"
"Mikir lo kejauhan ah gue ga suka, lagian ya kak Restu tuh ganteng, mapan, body nya bagus. Gak kaya lo!"
"Lah kok gue?" Nata protes tak terima, "Mening gue lah kemana-mana. Gue ini devinisi paling sempurna buat dibawa kemana-mana ibaratnya boyfriend material" Nata membanggakan dirinya sambil merapihkan tataan rambutnya, dasar sombong.
Sena muak mendengarkan ocehan Nata, sekali lagi ia mencubit pergelangan tangan Nata. "Aw! Kdrt lo sama suami sendiri!" Tegur Nata.
"Pulang sekolah anter gue ke Gramedia, awas kalo malah pacaran dulu! Gue laporin bunda kalo nilai lo hari ini jelek semua!"
"Iya bawel! Udah sana pulang ke kelas lo. Anak ipa gak boleh lama-lama di kelas Ips. sana pulang-pulang...!"
Nata mendorong halus pundak Sena agar keluar dari kelasnya, Sena menatap tajam Nata lalu membuat dua jarinya yang diarahkan ke mata mereka saling bergantian.
"Awas lo!" Peringatnya.
•••
"Dulu saya sumber tawanya, sekarang dia sumber luka paling dalam di dunia saya"– Author NataSena
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata Sena (End)
Teen FictionNata itu lelaki yang rumit. Tapi Nata itu lelaki yang manis. Nata dan Sena itu dekat, mereka seperti sepasang orang yang berpacaran. mereka begitu serasi jika di sambungkan. namun siapa yang tau perihal hati. Bisa saja apa yang orang ucapkan serasi...