53 : Cemas

151 6 0
                                    

Happy Reading

Setelah satu jam Sena di bawa ke dalam ruang UGD sekarang di depannya ruangan tersebut ada Nata yang terus berusaha melihat Sena yang tengah di tangani oleh beberapa tenaga medis. Gimbal menepuk bahu nata, "Tenang Nat, berdoa. Dengan lo panik kaya gini ngga bikin Sena cepet sadar"

Nata mengangguk mengerti dia memilih duduk sambil merapalkan doa-doa sebisanya. Mita menangis tak hentinya lu berdiri saat melihat kekasihnya datang, Galih dengan sigap membawa Mita kedalam dekapannya. Laki-laki itu mengusap Surai Mita sambil menenangkannya. Nata menoleh pada Galih dan berdiri menghampiri laki-laki itu, "Ketemu pelakunya?" Galih menggelengkan kepalanya. Mendapat respon yang tidak seperti harapannya membuat Nata memejamkan matanya marah. Laki-laki itu menarik rambutnya kesal lalu menonjok dinding rumah sakit.

"Anjing!" Umpatnya

"Gue kenapa selalu gagal jagain Sena sih bangsat?! Harusnya tadi gue larang kalian keluar dari ruangan kalo tau malah kaya gini?!"

Nata mengacak rambutnya frustasi.

"Tenang Nat! Tenang!"

"Gimana gue bisa tenang anjing?! Ngeliat Sena penuh darah kaya tadi udah jelas bikin gue ngerasa bodoh, harusnya gue lebih sigap jagain cewe yang gue cinta Gimbal!"

"Bukan salah lo, ini takdir. Kalo emang tuhan berkehendak kita bisa apa hah? Tenangin diri lo Nata. Kita tunggu dokter keluar dan semoga nggak terjadi sesuatu yang serius" ucap Gimbal.

Tak lama suara langkah kaki terburu-buru datang dan menghampiri mereka, bunda, mami, dan papi datang dengan panik. Kedua perempuan paruh baya tersebut bahkan menangis tanpa henti.

"Sena gimana ?" Tanya mami

"Kita belum tahu Tante, dokter masih meriksa keadaannya"

Nata melangkah mendekati bundanya lalu membawa bunda kedalam dekapannya, dalam pelukan ini Nata terisak kecil. Bukannya bisa menenangkan orang-orang ia malah menjadi orang yang panik sedari tadi. Mami pula terus merapalkan doanya sambil di dekap oleh papi, bunda mengusap punggung anaknya.

"Sena nggak akan kenapa-kenapa kan bunda?" Nata berucap lirih, bunda memejamkan matanya dan mengangguk perlahan. Semoga, semoga aja.

Tak lama Pintu UGD terbuka, para perawat dan beberapa dokter yang menangani Sena bergerak cepat memindahkan Sena ke ruangan lainnya. Tidak banyak yang bisa mereka untuk mengatakan apapun dan hanya bisa terus mengikuti para perawat membawa Sena keruang mana. Sampai akhirnya mereka sampai di ruangan ICU, Nata berjongkok merasa lututnya lemas saat badan gadisnya sudah di pasang berbagai alat medis. Bunda terisak saat tadi sempat melihat Sena yang terkapar dalam brankar degan kondisi mengenaskan.

"Dokter, anak saya bagiamana?" Mami berucap tatkala salah satu dokter keluar.

"Putri ibu mengalami pendarahan dan beberapa bagian di kulit badan yang robek. Kami telah menjalankan oprasi di IGD untuk penjahitan dan beberapa oprasi lainnya. Namun akibat dari benturan keras pada kepala pasien mengakibatkan adanya cedera otak traumatis"

"Pasien mengalami koma akibat cedera di kepalanya"

Nata kehilangan kata-kata laki-laki itu merosot begitu saja dan terduduk dengan tatapan mata yang sulit di mengerti. Bunda dan mami berpelukan saling menguatkan satu sama lain.

"Apa ada kemungkinan putri saya bisa sadar?"

"Kecil kemungkinannya, tapi saya harap bapa dan ibu berdoa untuk kesembuhan dan kesadaran pasien. Saya permisi" dokter tersebut kembali ke dalam ruangan ICU dan memantau Sena bersama dengan petugas medis lainnya. Beberapa ada yang mencatat entah apa dan sebagian lagi ada yang memeriksa Sena.

Gimbal duduk di samping nata, "Kita ke mushola ya, berdoa buat Sena" ajak gimbal. Nata yang tengah menutup matanya dengan kedua pergelangan tangannya lantas menoleh dan mengangguk. Dia beranjak dari duduknya dan pergi ke mushola rumah sakit bersama dengan Gimbal.

"Kita ke mushola dulu Tan, Om" pamit Gimbal dan diangguki oleh semuanya.

Mami berjalan melihat kondisi Sena lewat kaca kecil di tengah pintu. Saat ini keluarga pasien masih tidak diperbolehkan masuk untuk menjenguk atau menemani sampai dua hari kedepan. "Yang kuat sayang, kamu harus siuman" mami memandang putrinya di dalam sana yang tengah terbaring. Bibir perempuan yang sudah tidak muda lagi itu terus bergetar dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.

•••

Selesai sholat Nata dan Gimbal terus berdoa sebisanya meminta kesembuhan dan kesadaran untuk Sena. Nata ingin Sena secepatnya sadar. Gadis itu adalah segalanya baginya. Berbagai dzikir Nata lantunkan bersamaan dengan tasbih yang tersalip di tangannya.

Usai dengan kegiatannya Nata menghela nafas dan mengusap wajahnya mengucapkan istighfar beberapa kali, tak lama ia dan Galih ke luar dan kembali memakai sepatu. Tepat saat mereka pergi ke luar ada Galih yang menyusul.

"Pelakunya udah ketangkep sama bawahan bokap, sekrang lagi di amanin di kepolisian dekat sini"

"Kita kesana sekarang" Galih mengangguk menuruti perintah Nata.

"Lo disini temenin Mita" pinta Galih kepada Gimbal yang langsung diangguki oleh laki-laki itu.

Kedua laki-laki tersebut dengan terburu-buru keluar dari rumah sakit dan segera pergi ke kepolisian yang dimaksud oleh Galih. Menggunakan motor yang tadi sempat di bawa oleh Galih membuat mereka lebih cepat sampai disana. Setibanya di sana, tangan Nata mengepal dengan emosi yang kembali naik, orang di depan sana tidak pernah ada kapoknya.

"Sialan lo Clara!" Desis Nata

"Tenangin diri lo, jangan kepancing emosi" ucap Galih seraya menepuk bahu sahabatnya.

"Senang bertemu dengan mantan tersayang ini, gimana? Senang dengan kejutan gue?" Clara, gadis itu dengan senyuman khasnya menatap Nata. Tidak tahu malu padahal tangannya masih di borgol dan tengah di jaga oleh polisi di samping kanan dan kirinya

"Maksud lo apa?"

"Maksud gue?!. Lo pikir sendiri bajingan. Siapa yang nggak marah ketika orang yang dia sayang di masukin ke penjara, gara-gara Gabriel masuk penjara. Gara-gara lo dan cewe sialan itu gue dapat banyak masalah di rumah, dan gara cewe itu mantan gue ini nggak pernah mau balikan sama gue!"

"Najis gue balikan sama cewe kaya lo!"

"Gabriel masuk penjara karna dia pantas! Dia dengan masalahnya emang harus di seret ke penjara! Cowo brengsek itu emang harus masuk penjara!" Timpal galih.

"Nggak, Gabriel nggak pernah salah!. Yang salah itu cewe jalang yang lo anggap sahabat itu. Gara-gara cewe itu Gabriel jadi kaya gini! Semua ini gara-gara cewe sialan itu !"

"Jaga mulut lo! Sena bukan jalang!"

Clara menaikkan satu halisnya lantas memandang sengit pada Nata, dia tersenyum kecil, "Apa namanya bukan jalang kalo udah di cicipin sama Sego?"

Nata maju selangkah dan hendak memukul gadis itu. Clara menutup matanya takut-takut tapi sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi Galih sudah lebih dahulu cekatan menahan lengan sahabatnya.

"Brengsek lo Clara, semoga karma dateng buat orang brengsek kaya lo!"

•••

Ada Yang Ingin Kalian Katakan?

Nata Sena (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang