34 : merenggang

151 4 0
                                    

"Dia itu menyayangimu. Kenapa kamu tidak menyadarinya?" – NataSena.

Happy reading!

Nata membawa pulang Sena ke kediaman rumahnya, tapi ternyata pilihan itu bukan sesuatu yang tepat karna nyatanya bunda dan ayahnya malah menatap horor dirinya. Selepas menidurkan Sena di kamar tamu, Nata berjalan dan duduk di sidang oleh kedua orang tuanya.

Seperti orang tua kebanyakan, mereka hanya takut Nata melakukan aneh-aneh dan membawa pergaulan buruk pada orang lain. Terlebih lagi pada Sena, anak gadis yang sudah dianggap sebagai anak kandung sendiri oleh mereka.

"Kamu ngapain bawa Sena ke club' sampai tepar?! Bunda nggak pernah ngajarin kamu kaya gitu. Ngapain hah?"

Tak henti-hentinya bunda memberi wajengan pada nata dan tidak memberikan celah sedikitpun untuk bujang satu itu berbicara. Setiap kali hendak berbicara pasti omongannya di potong oleh bunda. Melihat nata yang memasang muka pasrah dan tertekan ayah angkat bicara.

"Biarin anaknya dulu yang jelasin, kamu nyerocos terus gimana nata bisaa bicara sayang?" Ayah mengusap punggung bunda, memberikannya ketenangan. Sampai akhirnya bunda diam dan mempersilahkan anaknya untuk bicara.

"Aku nggak ada niat bawa Sena ke pergaulan buruk. Tadi aku abis ke acara party birthday temen smp yang waktu itu, si Zino bunda."

"Terus?"

"Nata nggak sengaja ketemu Sena disana, dia bareng temennya. Sena mabuk, di kasih minuman sama Zino. Mungkin Sena pikir itu minuman biasa Nata juga nggak ngerti. Intinya nata ketemu Sena udah tepar"

Bunda mengangguk dan sedikit bernafas lega, meski begitu ia tetap khawatir pada keduanya. "Jauhin temen-temen yang bikin kaya gitu, jaga Sena juga"

Nata hanya mengangguk lalu mengambil air minum kedalam dapur. Bunda menghampiri Sena ke kamar tamu dan mengusap lembut Surai Sena. Dari ekspresinya jelas dia takut Sena kenapa-kenapa. Tak lama Nata datang dan membawa satu gelas air putih mungkin untuk Sena nanti jika bangun karna di simpan di atas nakas.

"Kamu keluar dulu, bunda mau gantiin baju Sena"

"Ngintip ya Bun?" Goda nata dan langsung mendapat hadiah lemparan bantal.

"Anak nakal. Tutup pintunya!" Nata terkekeh ringan melihat bundanya marah, meski begitu dia tetap keluar dan menutup pintu rapat.

Keluar dari kamar yang di gunakan oleh Sena, Nata berjalan ke depan rumah sambil menekan nomor ponsel seseorang. Ekspresinya serius.

"Orang yang lo kasih Vodka tadi cewe gue. Jangan ganggu dia, atau lo mati di tangan gue!"

Selepas mengatakan itu nata mematikan ponselnya dan memilih untuk kembali ke dalam kamarnya sendiri dan menidurkan badannya. Tapi sebelumnya Nata mengganti lebih dahulu pakaiannya menjadi kaos dan celana santai rumahan. Nata mengacak rambutnya frustasi lalu membaringkan badannya ke kasur empuk miliknya.

"Bajingan!" Umpatnya kesal.

"Kenapa dia bisa jadian sama Sena?!" Nata menggeram kesal.

Laki-laki itu pikirannya kini tengah kalut dengan Sena, dan berputar terus menerus tentang sego. Bagai mana bisa anak lelaki itu menganal Sena? Kenapa mereka bisa sampai menjalin hubungan?.

Mau seperti apapun nanti kedepannya, kabar jadian sena dan Sego itu bukan sesuatu yang baik menurut nata. Sego itu sepupunya memang tapi, mereka itu seperti musuh. Dan sebenernya apa yang sedang di rencanakan Sego sampai melibatkan Sena? Nata terlalu lemah jika gadis itu yang sudah di sangkut pautkan. Nata takut Sena kenapa-kenapa karna Sego berbahaya!.

"Sialan lo Sego!" Umpat Nata sebelum akhirnya berusaha untuk tertidur.

•••

Pagi ini kicauan burung nampak merdu dan sesekali riuh suara di luar ikut bersahutan. Sena bangun dari tidurnya dengan keadaan kepalanya sangat pening sekali. Perempuan dengan rambut ikal itu mengingat-ingat apa yang terjadi semalam sampai akhirnya ia bisa pening seperti ini.

Sampai pada akhirnya ia ingat samar-samar. Kalau tadi malam ia pergi ke birthday party bersama kekasihnya, lalu tanpa sengaja ia mencoba minuman yang di tawarkan sang pemilik acara tanpa sepengetahuan pacarnya. Padahal Sego sudah mewanti-wanti dan melarangnya untuk menyicip sedikitpun alkohol berkadar tinggi. Sena dengan keras kepalanya dan terlanjur terbujuk rayuan Zino akhirnya mencoba minuman itu. Yang terakhir ia ingat ia bertemu dengan Nata dan sempat bertengkar kecil dengan laki-laki itu.

Kepalanya pusing sekali, mungkin ini efek bagi seseorang yang tidak terbiasa meminum alkohol dan dengan bodohnya Sena mencoba Vodka yang dominan kadar alkoholnya lumayan tinggi. Sena melihat ke sekitar kamar dengan nuansa putih dan merah muda.

"Gue dirumah Nata? Kok bisa?" Ia ingat kamar ini, kamar tamu yang di desain oleh bunda dan disiapkan untuk Sena jika sesekali ia atau keluarganya menginap disini kalau diadakan acara besar.

Melihat ke bajunya yang berganti dengan piyama polkadot merah muda. Padahal Sena ingat malam tadi ia menggunakan dress menawannya.

Tak lama Nata masuk dan membawa nampan berisikan sarapan pagi untuk gadis itu. "Bunda yang gantiin baju sama hapus make up lo" ucap nata menjawab pertanyaan sena dalam benaknya tadi.

"Gue yang bawa lo pulang"

Sena mengangguk lalu menerima memakan sarapan yang telah di siapkan nata. "Makasih Nat"

"Jauhin Sego. Dia bukan pacar yang baik buat lo" peringat Nata.

Sana yang baru saja menyuapkan dua kali sendok makan ke dalam mulutnya lantas dia mematung dan memandang penuh pertanyaan pada nata.

"Lo kenal Sego?" Sena bertanya tampak ingin tahu sesuatu, bagai mana Minggu mereka saling kenal?.

"Satu tempat balapan. Satu anggota dragon dark. Dia ga baik buat lo Na"

Meski di peringati lagi oleh nata tampaknya Sena tidak peduli dengan ucapan laki-laki itu, karna menurut-nya Sego itu baik. Sangat baik.

"Sego baik, dia pacar gue. Lo gak berhak ngatur gue" ucap Sena. "Tapi gue peduli sana lo Na!"

"Nggak ada orang peduli yang larang gue buat bahagia sama pacarnya sendiri. Lawak lo anjir!" Sena tampak terpancing.

Selera makannya hilang ketika Nata memancingnya dan menyuruhnya menjauhi Sego. Dia menyimpan piring ke atas nakas lalu menyempatkan minum air setengahnya terlebih dahulu dan turun dari atas ranjang berniat pulang.

Nata menarik Sena untuk duduk, dia tidak membiarkan perempuan itu untuk pergi barang sedikitpun. Karna menurut Nata pembicaraan ini harus tetap di lanjutkan sampai Sena mengiyakan perintahnya beberapa menit lalu.

"Gue tau apa yang terbaik buat lo. Gue bolehin lo deket sama cowo lain asal jangan sama Sego. Dia bukan cowo baik-baik Na!. Gue gini karna gue peduli sama lo, lo sahabat gue!. lo udah gue anggek kaya adik gue juga!"

Sena memutar bola matanya malas. "Jangan pancing gue, gue nggak mau ribut. Gue mau pulang. Titip salam dan makasih buat bunda!"

"Maju barang sedikitpun gue bakal marah sama lo! "

"Lo sahabat gue tapi lo nggak berhak ngatur gue Nata. Ini hidup gue, pilihan gue. Dan Sego adalah orang yang gue pilih buat jadi pacar gue. Stop ngurusin hidup gue lagi, urus dulu sikap bajingan lo yang suka mainin cewe!"

Selepas mengatakan itu Sena keluar dari kamar dan membanting pintu tersebut sampai orang di dalam sana mematung. Bunda yang baru turun dari tangga kaget melihat Sena yang tampak marah.

"Kenapa Nana?"

Sena berbalik sebentar dan tersenyum pada bunda dia menghampiri bunda dan mencium punggung tangan bunda hendak berpamitan.

"Nana pamit dulu ya Bun"

"Loh bajunya nggak di ganti dulu? Nanti aja kita sarapan bareng..." Bujuk bunda sambil memegang tangan sena.

Sena menggeleng dan menolak halus. Bunda menghela nafas lalu mengangguk pasrah. Dia mengantar Sena kedepan rumah.

"Pulangnya biar di antara supir ya. Jangan di bantah!" Peringat bunda.

•••

See you di part selanjutnya

Nata Sena (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang