Perempuan pemilik rambut ikal sebahu itu bergerak rusuh kesana kemari sambil menyiapkannya mata pelajaran hari ini, setelah selesai merapihkan seragam putih abu-abu nya dia kembali mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer yang baru ia beli tiga hari lalu. Jam sudah menunjukan pukul tujuh lebih lima belas menit, Sena segera memasang sepatunya dan berlari mengambil satu helai roti di dapur dan kembali berlari kedepan rumah setelah pamitan pada maminya.
"Jangan rusuh Nana! Ati-ati bawa motornya!"
"Iya ma!"
Setelah memanaskan motornya Sena menancap gas dan mengendarai motornya menuju kawasan Jakarta pusat tepat dimana sekolahnya berada. Tepat di depan gerbang dengan tulisan besar 'SMA Santasa' Sena berteriak memanggil pa satpam untuk membukakan pintu gerbang, tapi yang datang bukanlah Pa Handoko satpam sogokannya seperti biasa melainkan Gerald ketua osis yang sepertinya sedang patroli sekolah.
Lelaki dengan jas kebanggaan anak-anaknya osis berwarna maroon itu berjalan menuju gerbang dan menatap Sena, "Alasan telat?"
Sena mengerjab tak karuan, "Buset ganteng banget si Gerald" batin Sena.
"Sena alasan kamu telat apa?" Gerald melambaikan tangannya sampai akhirnya Sena tersadar dan berdeham kecil, "Ah ini Rald gue telat bangun, malem gue drakoran maaf ya..."
Gerald mengangguk lalu mencatat nama Sena dan alasan keterlambatannya, "Kelas apa?"
"11 IPA 2" setelah itu Gerald mengangguk dan membukakan gerbang untuk Sena, "Langsung ke kelas Sena!"
"Iya, makasih Rald" meski heran sebenarnya kenapa dia tidak dihukum seperti siswi lainnya? Tapi Sena mengangkat bahunya tak peduli yang penting dia bisa bebas dari hukuman hormat bendera di tengah lapangan seperti kebanyakan adik kelasnya.
Sena berlari dan masuk kedalam kelas, sangat diuntungkan ternyata guru biologi tidak masuk di jam pelajaran hari ini. Mita, teman sebangku sekaligus teman dekatnya mengerut kening melihat Sena baru datang jam segini.
"Tumben telat?" Sena cengengesan sambil mengeluarkan beberapa alat tulis dari dalam tasnya, "Bablas nonton drakor sampe jam setengah dua"
Mita mengangguk mengerti jika Sena sudah mengatakannya drakor, dia termasuk pencinta drama ataupun film-film dari luar negri. Sudah tak asing lagi jika Sena membahas drama Korea apalagi film barat. Mita membuka ponselnya lalu menunjukan salah satu story kakak kelasnya pada Sena.
"Perasaan Restu baru putus sama lo belum lama. Kok ngucapin aniv satu tahun bareng si Bela?"
Sena menatap tajam lalu bebicara tidak santai saat melihat foto itu.
"Si Restu bajingan emang. Gue di jadiin selingkuhan sialan, najis gue ketemu speak kaya dia lagi amit-amit...!"
"Serius? Wah gila sih dia jadi cowo gak ada bener-bener nya. Eh tapi Sen..." Mita menggantung ucapannya lantas duduk menghadap pada Sena.
"Berarti apa kata Nata tuh bener, Restu bukan cowo baik-baik. Ya meski gue ga percaya sih restu anaknya suka keluar masuk club"
Sena yang tengah menulis catatan yang tertinggal melalui buku catatan milik Mita hanya mengangkat bahunya acuh. Mita merasa mengingat sesuatu lantas membuka grup telegram yang baru-baru ini sempat ramai. Membuka salah satu Poto dan menunjukannya pada Sena.
"Gue rasa kalo udah liat ini mungkin lo percaya deh..." Mita menunjukan foto Restu yang tengah memegang satu botol Vodka bersama teman-temannya. Sena menatap dengan bola mata terkejut lantas menggeleng tak percaya.
"Gilaaa...."
Seseorang datang dari arah pintu sambil membawa buku legalisir milik kelas, dia Wisnu. Ketua kelas 11 IPA 2.
"Sena di cariin kak Restu, suruh samperin ke rooftop katanya"
•••
Di belakang sekolah tepatnya di warung belakang sekolah beberapa anak laki-laki tengah berkumpul sambil asik bercerita kesana kemari. Beberapa orang diantaranya ada Gimbal, Galih, dan Nata. Tiga laki-laki yang bersahabat sejak smp dan tetap dipertemukan di masa sma. Cukup beruntung.
Nata sesekali membuka ponsel mengecek notifikasinya dari seseorang dan hal itu dilihat oleh Gimbal. "Nunggu notif dasi siapa?"
Nata menggelengkan lalu mengambil bakwan dan memakannya, "Bukan siapa-siapa"
"Nanti malem ada yang nantang, sma sebelah. Lo mau turun atau mau gue heandle?"
Nata tampak berfikir, jika dia turun apa Sena tidak marah?. "Masalah Sena gue yang atur, dia gak akan tau. Gue bakal suruh Mita tutup mulut. Tapi ga janji sih" Galih berucap berusaha meyakinkan Nata.
"Gue ikut turun" final keputusan dari Nata.
Tiba-tiba seorang guru dengan mistar besi 100 cm masuk kedalam warung dan membawa buku catatan hitam. Beliau pak Nandang. Guru kesiswaan yang sudah berkepala lima. "Pagi-pagi bukannya belajar malah asik di warung! Pulang ke kelas masing-masing!"
"Yah pak kan belum sarapan..." Gimbal beralasan
"Tidak ada toleransi sekarang kembali ke kelas atau saya catat nama kalian disini!" Pak Nandang memukul satu persatu muridnya menggunakan mistar yang dia bawa, meski enggan pada akhirnya mereka keluar dari kantin itu dan mulai kembali ke kelasnya masing-masing.
"Anak jaman sekarang bukannya makin baik malah makin bobrok!" Ucapnya sambil bergeleng kepala, beliau duduk di kursi kayu yang disediakan bibi penjual. "Bi pesan kopi hitam satu"
"Ah kata siapa generasi sekarang makin bobrok, justru generasi kita ini pa yang mulai maju buktinya negara berkembang pendapatan negara meningkat..., Ya meski sayang masih banyak yang korupsi" Nata menimpal setelah selesai menalikan tali sepatunya, dia tertinggal oleh teman-temannya yang sudah sampai kelas.
"Bocah nakal! Kau malah asik-asik main sepatu mu. Cepat balik ke kelas..!" Pak Nandang berdiri dan menghampiri Nata, dia berdecak pinggang melihat Nata yang masih saja asik menalikan tali sepatunya yang tidak beres-beres.
"Iya pa iyaa..., Awas ketahuan Bu susi bapa malah nangkring di warung belakang!" Nata meledak pak Nandang membawa-bawa nama istrinya yang kebetulan wali kelas Nata. Selepas mengatakan itu nata berlari menghindari amukan pak Nandang.
•••
Meski enggan pada akhirnya Sena tetap ke rooftop menemui mantan brengseknya, Restu. Laki-laki itu ternyata sedang asik bermain ponsel sambil merokok. Agak kaget sebenarnya melihat ada siswa yang berani merokok di sekitaran sekolah, tapi ini Restu, yang tadi aibnya baru saja terbongkar berkat Mita sahabatnya.
"Ekhem" Sena berdeham kencang menyadarkan Restu, dia tidak ada niat duduk di samping lelaki itu tetap berdiri meski sudah disuruh duduk oleh Restu. Pada akhirnya restu mematikan rokoknya dengan cara menginjaknya hingga tandas lantas berdiri dan merapihkan bajunya terlebih dahulu.
Dia menatap Sena serius, "Soal kemaren gue minta maaf Sen"
"Maaf gak ngerubah sesuatu yang udah terjadi sebenarnya, tapi gue hargain lo cukup berani nemuin gue setelah ngomong gue selingkuhan lo"
Restu tersenyum saat mendengar ucapan Sena dia memegang kedua telapak tangan Sena dan kembali menatapnya, "Tapi lo tetep mau kan jadi selingkuhan gue...?" Pintanya
•••
"Tentang dia, laki-laki yang mempunyai tinggi semampai dan kulit hitam manis eksotis" -author
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata Sena (End)
Fiksi RemajaNata itu lelaki yang rumit. Tapi Nata itu lelaki yang manis. Nata dan Sena itu dekat, mereka seperti sepasang orang yang berpacaran. mereka begitu serasi jika di sambungkan. namun siapa yang tau perihal hati. Bisa saja apa yang orang ucapkan serasi...