Hai, ternyata kita masih bisa bertemu lagi. Selamat membaca dan selamat bertemu kembali dengan Nata & Sena
Mami adalah sosok terbaik yang pertama kali aku kenal, sejauh apapun aku pergi aku selalu tau tempat pulang. Karna beliau adalah orang yang selalu sedia menyambut putri kecilnya meski dalam rentan waktu yang sulit sekali pun. ~ thanks you mami.
•••
Sore menuju senja adalah waktu yang tepat untuk sekedar bersantai ria, karna memang sangat menyenangkan rasanya ketika tiduran di atas kasur sambil melihat matahari terbenam diantara indahnya pemandangan dan lagi ditemani suara musik yang tenang. Hari ini tidak banyak yang di lakukan Sena selain diam di kamar dan menghabiskan waktunya untuk membaca beberapa novel yang waktu itu pernah di berikan Nata. Sialnya anak ini tidak sadar bekas novel yang dibacanya berserakan di bawah lantai dan jelas saja tidak ada rapih-rapihnya sama sekali.
Menjelang maghrib Sena merapihkan kamarnya dan menutup tirai jendela kemudian mandi membersihan badannya yang sudah berkeringat bau badan, selesai mandi dia turun sekedar absen muka pada mami lalu berniat ke atas lagi.
"Mami lagi apa?" Tanya Sena, tentu saja hanya basa-basi semata karna dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau maminya tengah membuat adonan kue.
Mami lantas berdecak kesal melihat putrinya hanya menonton dirinya yang kerepotan sambil memakan cookies. "Jangan cuma mau makan kuenya aja, mening sini bantuin mami bikin kue kering lagi" Sena mengangguk patuh.
Di dekat meja pantry ada apron sisa lantas Sena menggunakannya dan mulai mengambil peran mami yang sedang mengaduk adonan menggunakan mixer, sedangkan mami membuka oven dan memindahkan kue-kue kering ke wadah-wadah kecil. Lalu setelah itu mami kembali mengambil perannya.
Sena nampak memerhatikan mami ya yang cekatan, kadang dia berfikir apa bisa dia seperti mami?. Sudah punya usaha sendiri, pinter masak, bisa memanjakan anak dan suami, apa bisa Sena seperti mami?.
Lama dalam lamunannya membuat mami yang baru selesai mengadukan makanan memperhatikan anaknya, "Kenapa anak mami? Kok ngelamun?" Sena tersadar saat pundaknya ditepuk dua kali oleh mami, Sena hanya tersenyum lalu mencoba kue kering yang masih hangat, rasanya enak, gurih dan manis.
"Enak, Sena suka" pujinya dan membuat mami tersenyum senang.
"Papi pulang jam berapa mi?" Tanya Sena, "Tengah malem paling, papimu itu gila kerja banget Na. Berangkat paling cepet pulang paling larut, padahal dia yang punya perusahaan tapi dia juga yang paling kesusahan heandle sana sini. Andai aja mami boleh bantuinpapi, kasian mami liat papi mu Na" curhat mami panjang lebar sambil memindahkan wadah-wadah kotor ke tepat cucian dan mulai mencucinya. Sena tidak mau kalah, dia menyapukannya beberapa kotoran lalu mengelap kompor dan juga meja makan dan pantry.
"Yah namanya juga Papi, keras kepala banget. Tapi semoga aja papi terus sehat ya mi.., Sena juga suka kasian liat papi kaya gitu. Eh kalo boleh tau dulu gimana sih ceritanya bisa nikah sama papi?"
Mami yang baru saja selesai mencuci wadah yang kotor lantas menoleh pada Sena dan tersenyum. Ia menarik satu kursi dan duduk disana diikuti oleh Sena.
"Dulu mami sama papi satu kelas na. Tapi ga deket, papimu itu anaknya dingin banget, sampe suatu saat ada satu kejadian yang bikin kita deket. Lambat laun akhirnya kita jadian deket terus nikah"
"Udah? Gitu doang?" Mami lantas mengangguk.
"Yah gak seru..."keluh Sena dan langsung mendapat hadiah pukulan ringan dari maminya, tapi Sena tertawa terbahak-bahak melihat maminya kesal dengan tingkat laku Sena.
"Tapi nanti suatu saat bisa gak yah aku jadi kaya mami?" Mami lantas mengerutkan keningnya bingung, "Jadi mami gimana? Yang selalu hot dan seksi meski udah kepala empat?" Sena memutar bola matanya malas mendengar over percaya diri yang maminya punya.
"Jadi mami yang selalu ada buat keluarganya, jadi mami yang selalu support anak dan suaminya, pokonya jadi seorang wanita yang tau apa yang harus dilakukan. Kadang tu mi Sena suka takjub liat mami, udah cape ngurusin ketering, terus ngurusin butik sama toko kue, masih aja bisa bagi waktu buat Sena sama papi. Mami tuh kaya kok bisa gitu loh..." Sena berucap dengan mata yang berbinar-binar, jelas saja dia sangat menyayangi dan mengidolakan maminya sendiri.
Mami nampak canggungnya dan mulai berdehem sesaat untuk mencairkan suasana, "Terharu mami di puji sama anak yang kerjaannya suka bandel dan ga nurut sama aturan mami ini" Sena terkekeh ringan saat mami menyindirnya.
"Tapi Na, jadi kaya gini kadang suka orang pandang cape, susah dan lain-lain. Tapi balik lagi lakuin sesuatu sesuai apa yang kamu mau, dan bebasin pikiran kamu. Itu yang selalu mami terapin di hidup mami. Dari dulu mami selalu bikin diri mami bahagia dengan cara mami sendiri, dan ga terlalu nurutin apa mau orang lain. Intinya kamu harus jadi diri kamu sendiri Nana, jangan pernah insecure...., Oke?" Sena mengangguk mengerti. Mami nampak memikirkan sesuatu agak ragu sebenernya untuk berbicara perihal ini tapi agaknya ini penting untuk di bicarakan pada Sena, mami menghela nafas terlebih dahulu sampai akhirnya berbicara.
"Sena mami ga akan larang kamu pacaran, asal kamu tau batasan. Mami bakal izinin kamu pacaran kalo kamu ngenalin orang itu ke mami. Jangan kaya kemaren-kemaren pacaran diem-diem dan pergi dari rumah diem-diem. Mami ga suka kamu jadi sering bohong" Sena nampak memainkan jarinya merasa bersalah, "Ia mi, maafin Sena"
"Oh ia, bundanya Nata ngundang kita makan malam di rumahnya, kamu siap-siap ya? Nanti Nata jemput kita jam setengah delapan malam. Sama mami minta tolong, maaf tolong masukin beberapa kue kering ke toples yang di lemari buat dikasih ke bundanya nata" Sena mengangguk, "Oke mi"
•••
Pukul setengah delapan malam Nata sudah menjemput Sena dan mami, sekarang ia tengah duduk di ruang tamu lagi-lagi sambil makan brownies ditemani es jeruk. Matanya asik bermain game sampai tak sadar Sena sudah duduk di sisinya. Tak lama sena berdehem dan membuat nata tersadar.
Nata tersedak saat tanpa sengaja matanya melihat Sena, entah kenapa Sena seperti sangat cantik ?.
Nata menggelengkan kepalanya lantas berdehem canggung, "Mami mana?"
"Lagi siap-siap" Nata a mengangguk, sekali lagi dia memandang Sena takjub.
Perempuan itu menggunakan dress selutut ala rumahan berwarna kuning pastel dan belum lagi rambutnya yang dibiarkan tergerai, dan untuk pertama kalinya nata melihat Sena menggunakan make up yang membuat wajahnya terlihat lebih cantik. Sena yang melihat dipandang segitunya oleh Nata lantas menepuk pundak Nata sampai laki-laki itu akhirnya tersadar.
"Lo kenapa anjir?" Nata menggeleng salah tingkah.
"Nggak, nggak papa" jawabnya, "Eh Na, tumben pake make up?" Tanyanya sedikit penasaran.
Sena nampak mengerjab lucu lantas ber oh ria, "Oh ceritanya lo terpesona sama gue?"
"Enggak!" Secepat kilat Nata berujar tapi justru itu membuat Sena memicingkan matanya curiga, "Ah masa ia?" Tuduhnya.
"Cewek-cewek simpenan gue lebih cantik Nana" elaknya, Sena mengangguk pura-pura percaya dengan apa yang diucapkan Nata.
"Ia deh yang pacarnya banyak" goda Sena.
•••
Mereka lucu banget sih.
Panen deh punya satu yang kaya anak sendiri, nata versi nyata ayo muncul!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata Sena (End)
Ficção AdolescenteNata itu lelaki yang rumit. Tapi Nata itu lelaki yang manis. Nata dan Sena itu dekat, mereka seperti sepasang orang yang berpacaran. mereka begitu serasi jika di sambungkan. namun siapa yang tau perihal hati. Bisa saja apa yang orang ucapkan serasi...