Sepulang dari rooftop mood Sena melonjak turun, kesal abis dengan kelakuan Restu yang tidak ada benarnya sama sekali. Menawarinya menjadi yang kedua? Cari mati!. Mana mau Sena menjadi perusak hubungan orang! Mana mau Sena menjadi yang kedua! Najis!. Di rooftop tadi Sena menjawab dengan tegas tidak akan pernah mau untuk bertemu bahkan menjalin hubungan barang sedikitpun dengan Restu, ia pula menampar pipi lelaki itu cukup kencang dan berlari meninggalkan Restu disana.
Yang tadinya niat ingin kembali ke kelas dan mengikuti jam pelajaran rasanya jadi malas, Sena memilih ke lapangan dan melihat orang-orang kelas berapa sekarang yang akan olahraga, dilihat dari orang-orangnya rasanya Sena tau itu siapa. Anak-anak 11 ips 2. Kelasnya Nata, si cowok tengik.
"Na!" Nata melambaikan tangan pada Sena dan dibalas anggukan oleh Sena. Lantas dia duduk di kursi dekat lapangan sambil melihat kelas Nata yang tengah olahraga tanpa guru, mungkin jamkos?. Karna dilihat-lihat tidak ada siswi perempuan disini tapi laki-laki semuanya menggunakan baju olahraga.
Di depan sana, Nata mendribble bola basket lalu memasukkannya ke dalam ring. Mencetak point' yang cukup unggul. Gerakan basketnya bagus tapi terlalu banyak gaya. Dasar pansos.
Sena memutar bola mata malas, Nata itu terlalu banyak gaya dalam melakukan sesuatu. Caper dasar, Sena bergidik ngeri melihat banyak perempuan yang berteriak histeris memberi semangat pada Nata dan lelaki itu membalas dengan kedipan mata menggoda.
"Najis pansos"
Memang sih Nata itu punya fisik yang bagus, meski badannya belum kebentuk dengan sixpack tapi tinggi dan dada bidangnya sudah lebih dari cukup. Belum lagi rambut hitam legam rapi dengan gaya Messy. Menggoda!.
Banyak beberapa wanita yang selalu mencoba berbicara agar Nata mau membuat bisep dan sixpacknya, tapi Nata yang memang dari awal ingin masuk TNI mana mau dia olah badan dari sekarang. Ngeri! Dia takut ga keterima!. Apalagi ayahnya sendiri yang sekarang TNI AU meminta Nata jangan dulu membentuk otot jika ingin benar-benar masuk tentara Indonesia.
Dan karena alasan cita-citanya itu, Nata termasuk laki-laki yang sangat bersih, rapih, dan cerdas. Itu yang Sena tau setelah dia berteman satu tahun lebih dengan Nata. Meski minusnya dia urakan dan laki-laki ganjen haus pujian!. Tunggu-tunggu, bersih? Tidak! Nata bahkan sering malas merapihkan kamarnya itu adalah buruknya, tapi tambahnya dia bisa masak. Dan Sena hanya bisa sedikit dibandingkan nata.
Nata selesai dengan permainannya, dia maju kearah Sena sambil mengacak rambutnya yang basah oleh keringat. Dia duduk di samping Sena sambil meminum air botol yang tadi diberikan oleh salah satu kakak kelas mereka.
"Pulang bareng gue?" Sena menggeleng, "Gue bawa motor"
"Tadi Kak Restu minta maaf sama gue, tapi endingnya malah minta gue jadi selingkuhannya lagi"
Tampak raut wajah Nata mengerutkan tidak senang matanya tajam, "Dasar si bajingan!. Jangan mau lagi lo Na sama cowo kaya gitu" Sena mengangguk setuju.
"Oh ya, gue jadian sama Clara. Hoki banget dapet most wanted mana cantik banget lagi!"
"Clara?! Temen sekelas lo? Yang kemaren menang olimpiade ekonomi nasional kan?" Nata mengangguk senang dengan senyum tercetak di bibirnya, "Tobat Nat, jangan nyakitin hati cewe mulu napa, awas aja lo nyakitin si Clara!"
"Udah konsekuensinya kali, mereka tau jadian sama gue ya buat main-main. Bukan serius" Nata terkekeh lantas mengacak rambut Sena dan kembali ke lapangan.
"Besok gue jemput! Jangan bawa motor sendiri!"
•••
Nata sudah mengganti baju olahraga nya dengan seragam putih abu kembali, meski dengan baju yang tidak dimajukan dan dua kancing paling atas dibuka dia cukup tampan. Apalagi ada kalung hitam berbantuk elang yang menempel di lehernya.
Dia tiduran di teras kelas lebih tepatnya dekat bangku belakang. Kedua temannya Galih dan Gimbal ikut tiduran sambil bermain ponsel tak lama Gimbal berbicara dan bangkit dari tidurnya.
"Si Sifa cantik banget anjing gila gak nyangka gue!. Dia kan baru balik dari turnamen taekwondo dua Minggu lalu yang di Jepang kan yaa... Wah makin kesemsem gue sama tu anak"
"Sifa mah gak ada tanding anjing, udah body kaya gitar spanyol, otak encer, anak orang kaya lagi. Beuh cewe Idaman dia!" Timpal Galih
"Tapi mantan si onoh nih" Gimbal menyikut tangan Nata dan dibalas kekehan oleh anak itu.
"Doinya posesif gue mau ngelakuin apa aja harus ngabarin dia. Selesai mandi aja gue dimarahin karna lama ga ngasih kabar" Galih mengangguk mengerti, "Tapi Nat, masa lo mau putus gitu aja sama berlian emas kaya Sifa"
Nata nampak berfikir dia memainkan dagunya seakan berfikir sangat keras, "Buat apa sih bertahan lama-lama. Toh gue cuma main-main juga bro"
Tak lama dari itu Clara datang bersama kedua temannya, dia berjalan kearah belakang kelasnya sendirian menemui pacar barunya, nata.
Nata yang awalnya tidak sadar dan masih asik tiduran di lantai lantas duduk rapi setelah di kode oleh Galih ada pacarnya datang. Nata menampilkan senyum terbaiknya untuk Clara, sederhana tapi mampu membuat gadis berdarah barat itu salting dengan rona pipi merah muda.
"Pulang bareng aku mau?" Ajak Nata dan diangguki girang oleh Clara. Perempuan itu tampak berfikir lantas ngajukan permintaannya.
"Emm..., Nat?" Nata mengangkat halusnya sebagai tanda balasan
"Pulang bisa anter aku ke salon ga?"
Mendengar pertanyaan itu Nata mengerjab tak percaya, apa tadi katanya salon? Salon perempuan maksudnya? Bahkan untuk disuruh Bundanya saja malas apalagi dia, Clara yang notabennya jika sudah bercantuk diri selalu lama. Nata menggaruk tengkuknya bingung, "Duh sayang maaf banget, bukan aku ga mau tapi..., Nanti ada latihan band sama anak-anak. Iyak kan Bal?" Nata menyikut pergelangan Gimbal.
Gimbal yang tak mengerti apa-apa hanya menatap bingung pada Nata, "Hah?" Selepas mendapat kode lewat raut wajah Galih di belakang Nata ia mengerti dan kembali memandang Clara.
"Iya nih Cla, sorry banget. Pacar lo gue pinjem dulu, bang Garen udah nyuruh kita latihan band lagi, maklum suka kabur-kaburan kaya buronan"
Nata tampak bernafas lega saat gimbal bisa membuat alasan dengan lancarnya, tapi di sisi lain Clara dengan raut kecewanya akhirnya tetap mengangguk berusaha ngerti pacarnya yang super sibuk.
"Yaudah deh gak papa Nat kalo gabisa, aku ke depan dulu ya. Baju kamu jangan lupa dirapihin" Nata menaggguk, "Iya sayang"
Selepas Clara pergi ke bangkunya akhirnya Nata bisa bernafas lega, "Aman gue" gumamnya.
"Baru jadian dua hari udah banyak boongnya duh boy boy, karma menanti boy!" Galih menepuk pundak Nata.
Nata terkekeh dan membalas ucapan temannya itu, "Urusin dulu si Mita bro, udah jadi mantan kok masih sayang-sayangan. Itu pacaran tanpa kepastian atau mantan tapi ada hubungan?"
•••
Jangan lupa bahagia.
Ucap seseorang yang berusaha membahagiakan dirinya sendiri.
Ini Nata
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata Sena (End)
Novela JuvenilNata itu lelaki yang rumit. Tapi Nata itu lelaki yang manis. Nata dan Sena itu dekat, mereka seperti sepasang orang yang berpacaran. mereka begitu serasi jika di sambungkan. namun siapa yang tau perihal hati. Bisa saja apa yang orang ucapkan serasi...