18 : nata itu peduli

150 13 0
                                    

Dia memang sering bercanda, tapi dia serius dalam melindungi orang terdekatnya. Karna itulah Nata.

Happy reading! Tandai kalo ada typo...

Sore harinya kisaran pukul tiga mereka sudah selesai dengan praktik renangnya dan mulai kembali pulang. Tapi berhubung Sena tadi berboncengan dengan Nata maka pulangnya pun sama seperti itu, Sena tidak ikut dengan anak-anak lain yang naik bus mini.

Kini Sena duduk di atas jok motor Nata sambil bermain ponsel, ia menunggu Nata yang katanya hendak berganti pakaian lebih dulu. Tapi ditunggu kisaran lima menit anak itu belum saja terlihat batang hidungnya.

"Mana sih si Nata, lama amat sumpah. Lagian ya udah di suruh ganti baju dari tadi malah asik sendiri main air sama si Gimbal, lama kan jadinya!" Sena merutuk kesal sambil melihat ke arah arjoli di tangannya. Berharap anak itu cepat datang tapi yang ada hanya suara angin.

Satu laki-laki dari sekolah lain datang menghampiri Sena dan berdiri di samping Sena, Sena tampak risih ketika di pandang sebegitu lekatnya oleh laki-laki itu. Sena lantas turun dari atas jok motor Nata lantas memandang laki-laki yang menggunakan kemeja polo itu tajam.

"Apa lo?!" Ucap Sena, ngegas.

Laki-laki itu terkekeh senang lantas menjilat bibirnya dan kembali memandang Sena, "Gue Gabriel, mau main dulu sama gue cantik?!" Laki-laki yang bernama Gabriel itu memegang telapak tangan Sena. Sena cukup risi dia hendak melepas tangannya tapi di genggam kencang oleh lelaki itu.

"Lepas! Gue gak mau kenalan apalagi main sama lo!"

"Wah-wah santai dong baby, kita main aja dulu bentar!" Gabriel nampak mencondongkan badannya pada Sena, Sena berusaha memberontak tapi badannya di pegang kasar oleh kedua tangan laki-laki itu. Sena menendang laki-laki itu sampai tersungkur.

"Lepas bajingan!" Gabriel nampak menatap nyalang pada Sena, tapi lagi-lagi dia tertawa dan kembali berdiri menghampiri Sena. Sena tampak ketakutan dia mundur perlahan tapi sayang dia malah terbentur dinding dan tidak bisa menghindar lagi. Gabriel tersenyum culas dia mencekram pipi Sena dan hendak menciumnya.

"Jangan jual mahal sama gue, gue udah terlanjur suka liat lo dari tadi di kolam. Gak salah kan gue main-main sebentar!"

"L-lepas anjing!" Sena mengumpat tapi justru itu membuat orang di depannya senang.

"LEPASIN CEWE GUA ANJING!" Nata berlari kencang lalu menarik Gabriel  sampai tersungkur. Dia memukul tulang rahang laki-laki itu sampai memerah memar, Nata pula memukul tulang pipi sampai membuat bibir laki-laki itu sedikit robek.

"Salahin cewe lo yang seksi sampai bikin gue mau sama dia" pancing orang itu sampai membuat Nata kembali emosi, dia memberikan beberapa kali bonggeman pada laki-laki itu. Tak lama satpam datang bersama anak-anak lain dan memisahkan mereka berdua.

"Lain kali tolong perketat keamanan jangan sampai kejadian tadi keulang, temen saya hampir di lecehkan sama tu cowo brengsek!" Ucap Nata pada satpam sambil menunjuk Gabriel yang sudah terbaring lemah.

Nata mendekat pada Sena dan mendekap gadis itu. Sena diam dalam dekapan Nata tapi air matanya banjir tidak berhenti mengalir dan badannya bergetar. Sena pasti shock dengan kejadian barusan. Nata mengusap puncak kepala Sena sampai punggung Sena berulang kali dan mengucapkan kata-kata penenang pada Sena.

"Udah Nana aman sekarang ada Nata disini, udah ya" Nata mengelus Surai Sena dan berakhir mencium kening Sena. Nata memandang Sena memberikan kepercayaan untuk gadis itu.

"Lo tenang okay?" Sena nampak mulai mengangguk. "Lo aman na, ada gue. Sekarang kita pulang ya?" Sekali lagi Sena menaggguk dan Nata menuntun Sena untuk naik ke atas motornya. Selepas itu mereka pergi dari kolam renang tersebut dengan Sena yang memeluk erat Nata.

"Jangan harap lo bisa tenang setelah ini Gabriel" dalam hati nata menyebut berulang kali nama laki-laki brengsek yang di kenalnya itu. 

•••

Nata tidak langsung membawa Sena pulang kerumah melainkan membawanya ke taman kota lebih dahulu. "Kita turun dulu bentar, lo tunggu di kursi putih deket air mancur gue beli minum dulu" Sena mengangguk dan menurut.

Selama Nata membeli terlebih dahulu air minum dan mungkin beberapa cemilan Sena mengatur nafasnya berkali-kali agar lebih tenang kembali. Tak lama kemudian Nata datang dan menyodorkan Aqua botol pada Sena. "Minum dulu Na" Sena mengangguk dan membuka tutup botol yang sudah terlebih dahulu dibuka segelnya oleh Nata. Sena meminum airnya hingga tersisa setengah botol dan menyerahkannya pada Nata. Nata menerimanya lalu memilih menghabiskannya airnya hingga tandas.

"Air minum gue bangsat!" Kesal Sena, nata menoleh bingung, "Bukannya barusan lo nyuruh gue abisin?"

Sena berdecak kesal, "Gue nyuruh lo pegangin bukan di abisin. Gak jelas banget sih lo jadi cowo!"

Nata tampak menggaruk kepalanya bingung lalu duduk di samping Sena, "Ya gimana mau peka kan gue gak pernah serius sama cewe. Ah lagian belinya juga pake uang gue jadi Terserah gue lah mau ngabisin atau engga" balas Nata tentu saja sambil membela dirinya sendiri.

"Lo niat gasih ngasih gue?"

"Niat lah Na, kalo engga ya gue gausah cape-cape perhatian sama lo. Bikin cape, bikin pusing, bikin ribet, bikin kesel, bikin--"

"Diem, berisik!" Sentak Sena. Sekali lagi Nata kembali diam dan hanya menyerahkan sepotong brownies bekas gigitannya barusan pada Sena, tanpa rasa jijik sedikitpun Sena melahap habis brownies yang tinggal setengahnya akibat ulah nata.

Terjadi hening beberapa saat sampai akhirnya Nata menatap Sena dan mengajaknya kembali berbicara, "Nanti malem gue jadi barista lagi di cafee biasa. Lo mau temenin gue ga?"

Sena nampak menaikkan alisnya tertarik, "Nemenin atau jadi babu lo nih?" Godanya.

"Jadi babu juga gak papa, kali-kali biar enggak gue doang yang jadi babu lo na!"

"Ntar malem gue dateng, sekalian ngisi lagu deh disana, gak papa kan?" Nata mengangguk setuju, "Gampang, nanti gue bilang sama yang punya cafee. Mau pulang sekarang aja?"

Sena mengangguk setuju untuk segera pulang, lagian ini sudah terlalu larut sore. Takut-takut mami malah khawatir dengan dirinya, dan juga dia harus segera muncuci pakaiannya bekas renang tadi pula. Mereka berdua beranjak pergi dari taman dan kembali membelah jalanan menuju pulang. Sesekali Sena bergumam menyanyikan bait lagu yang dia hafal sampai akhirnya anak itu ketiduran kembali di bahu Nata saat di jalanan di atas motor, dan lagi-lagi Nata bergumam kesal dengan tingkah laku Sena namun meski begitu Nata tersenyum tipis.

"Jangan pernah bikin gue khawatir lagi" gumamnya sambil mengusap Pergelangan Sena yang memeluknya kencang di pinggang. Tak lupa Nata memegang pergelangan tangan Sena dengan satu tangannya agar gadis itu tidak terjatuh dari motor ninjanya.

•••

Jangan lupa vote

Nata Sena (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang