35 : iya mereka seperti itu

122 7 0
                                    

Tandai kalo ada typo

Selepas pagi tadi ia pulang dengan keadaan emosi dari rumah Adiguna, atau kediaman milik Nata. Kini Sena tengah asik menyantap buah mangga yang telah di potong-potong menjadi beberapa bagian menyisakan daging buahnya saja tanpa biji dan kulit luar.

Sena membuka ponselnya, ternyata banyak deretan pesan dari kekasihnya. Sego. Lelaki itu mengirimnya deretan chat dan beberapa spam telpon puluhan kali. Ada juga isi pesan dari nata yang tidak lain tidak bukan kalimatnya 'jauhi seho' Sena tidak peduli dengan ancaman Nata. Dia membaca sekilas pesan dari Nata dan mengabaikannya tanpa ada niat sedikitpun untuk membalasnya.

Sena lantas membuka room chat dengan Sego menelpon laki-laki itu, dan tanpa menunggu lama telponnya diangkat oleh Sego.

"Sen maaf, malam tadi gue lalai jagain Lo"

Meski tak terlihat Sena kemagguk dan tersenyum tipis, "Nggak papa Go, wajar kan guenya yang salah. Oh ia temenin gue sekarang beli buku utbk. Mau?"

"Boleh, gue otw kesana ya"

"Gue tunggu" selepas mengatakan itu, telpon di matikan oleh Sena. Sena menyuapkan mangga terakhirnya lalu berjalan menuju kamarnya dengan langkah ringan dan bahagia.

•••

Sena tidak terlalu banyak membeli buku yang berisikan soal-soal itu, dia hanya membeli satu saja dan sisanya dia membeli beberapa novel terbitan baru.

"Biar gue bayarin" ucap Sego dengan nada tidak menerima bantahan sedikitpun. Meski agak enggan sebenarnya tapi pada akhirnya Sena mengangguk. Selepas buku-buku itu di kemas mereka keluar dari Gramedia dan berjalan-jalan sebentar di sekitar mall dan pada akhirnya Sego mengajak Sena makan terlebih dahulu di salah satu restoran.

Mereka berdua memesan satu porsi ayam bakar jumbo beserta nasi tak lupa dengan air putih dan jus jeruk. Dengan inisiatif Sena mereka memesan satu untuk berdua tapi dalam porsi besar agar lebih romantis.

Sambil asik makan sesekali Sena memandang ke sekitar, sisanya Sego yang asik memandang wajah cantik kekasihnya.

Restoran terbilang cukup sepi, mungkin karna ini jam-jam kerja. Dan itu membuat mereka bebas tidak terlalu terbatas dalam melakukan apapun.

"Ayamnya enak, gurih. Gue suka" Sena berucap memuji.

Sego yang baru saja memasukkan satu suap nasi ke dalam mulutnya juga ikut mengangguk rasanya enak. Entah itu enak karna makannya atau karna orang yang mendampinginya makan saat ini. Sena mengambil satu sendok ayam geprek dan nasi lalu menyuapi Sego, dengan senang hati Sego menerimanya.

"Gue kira lo ga bisa sosweet" ujar Sego dan dibalasa kekehan ringan oleh Sena.

"Ngapain sosweet kalo posiisnya masih Deket doang. Kalo pacaran mah beda cerita dong ganteng!" Sena berucap sambil menggoda Sego dengan kedipan matanya.

Meski di goda seperti itu oleh wanita, bukannya marah seperti biasanya wajah Sego nampak memerah bak kepiting rebus. Anak laki-laki itu tampak salting.

"Punya pacar kaya lo ngerepotin, ngerepotin hati gue anjir"

"Gue tau" ucap Sena dan kembali memberi satu sendok suapan pada Sego.

Selesai makan mereka tidak langsung pulang dan meninggalkan tempat itu, Sena dan Sego sama-sama menenangkan badannya juga perutnya yang baru saja di isi dan kekenyangan. Bukan apa-apa kata Sego, nggak baik langsung jalan kalau habis selesai makan. Sambil bersantai ria Sena memesan satu kentang goreng dan memakannya sambil bermain ponsel. Tak lama setelah itu ia teringat akan sesuatu dan menyimpan ponselnya di depan meja dan memandang Sego yang ternyata tengah asik memandang nya sedari tadi.

Sego mengangkat satu alisnya tertarik ketika Sena memasang ekspresi mupeng di depannya.

"Kok lo bisa kenal Nata?"

"Temen lama. Sepupu jauh sebenarnya, cuma ga akrab aja"

Sena mengangguk mengerti. Namun jika di lihat-lihat memang garis wajah Sego dan Nata terbilang hampir mirip. Bagaimana bisa Sena baru sadar?.

Meski begitu untuk sekrang tetap Sego sih yang punya garis pesona yang berhasil memikat hati Sena. Nata kalah jauh.

"Dia keliatan nggak suka sama lo, kenapa?" Sena bertanya sekali lagi berusaha memastikan. "Bukan apa-apa cuma nggak enak aja rasanya, gue pacaran sama lo tapi sahabat gue benci sama lo"

Sego mengangguk mengerti tapi tidak berniat menjelaskan terlalu rinci, laki-laki berkulit sawo matang itu lantas tersenyum miring tapi untungnya Sena tidak sadar akan hal itu.

"Bukan masalah besar Sen, nanti juga lo tau sendiri. Tapi biar gue urus Nata, dia emang posesif. Benerkan?. Padahal gue yang lebih punya hak buat itu"

"Maaf ya" ucap sena sedikit merasa tidak enak.

"Nggak papa, mau pulang nggak?" Sena mengangguk. "Ayo!" Mereka membayar terlebih dahulu ke depan kasir. Dan lagi-lagi Sego memaksa untuk dia yang membayar.

Mereka bergandengan tangan sampai akhirnya sampai di area parkiran. Sena naik ke atas motor Sego lalu mereka pergi meninggalkan kawasan mall.

•••

Di tempat yang berbeda Nata tengah memandang gausar pada orang di depannya. Clara. Anak itu nekat datang ke apartemen Gimbal demi menyusulnya.

"Aku udah minta kamu waktu buat aku, kenapa malah main sama temen-temen kamu?"

"Aku lagi butuh hiburan sayang, pala aku mumet"

"Sena kan? Kamu tuh kapan si Nat liat aku, tiap kali bareng aku aja selalu aja Sena yang kamu bahas"

"Jangan gitu, Sena sahabat aku"

"Sahabat yang bikin kamu jatuh cinta. Kamu jatuh cinta sama cewe itu kan?"

Nata menghela nafas, tidak pernah terpikir olehnya bahwa Clara akan seribet ini. Ia pikir dengan diamnya Clara dia tidak akan sama seperti gadis-gadis yang lainnya. Nyatanya mereka semua tidak ada yang benar-benar bisa mengerti dengan sikap Nata.

Di depan apartemen milik Gimbal, mereka berdua bertengkar kecil. Sang pemilik apartemen sendiri bahkan tidak ada niat sedikitpun untuk memisahkan keduanya malah asik mengintip diam-diam dari balik Pintu sambil memakan popcorn. Galih yang paling tenang hanya memandang saja sekilas dan kembali asik dengan ponselnya.

"Nggak, yakali aku suka sama sahabat aku sendiri. Jangan ngaco Clara. Kamu cewek aku"

Clara menaggguk dan membenarkan letak cardigan yang di kenakan nya, "Aku cewe kamu tapi kenapa kamu ga pernah ada waktu sama aku?. Waktu itu ke see world kan bareng Sena? Kemaren ke Ancol sama dia?. Beberapa Minggu lalu bahkan sebelum tampil kamu nggak ngebolehin aku ketemu kamu karna sibuk olah vokal bareng Sena. Kamu ini kenapa sih Nat?"

"Kamu yang kenapa?. Kenapa tiba-tiba masalahin ini sekarang? Kenapa nggak dari dulu?. Harusnya kamu tau Cla, bahkan semua orang yang pacaran sama aku tau. Aku nggak pernah serius"

"Aku tau, tapi seenggaknya bisa gasih kamu hargain aku? Aku ini pacar kamu!. Aku cuma minta waktu kamu buat bareng sesekali jalan ke luar. Sebenernya kamu sayang gasih sama aku?"

Nata menghela nafas lelah. Ia paling malas jika ada orang yang seribet ini. Nata pikir Clara akan diam dan tidak seperti mantannya kebanyakan dan lagi teryata sama saja.

"Aku nggak pernah serius, kamu tau itu. Udah konsekuensi kalo kamu pacaran sama aku. Kamu mau kita putus? Yaudah!" Nata berjalan hendak masuk ke dalam apartemen.

Gimbal Panik, dia memilih lari ke ruang tv agar aksi menguntitnya tidak ketahuan oleh Nata. Melihat sikap Nata yang seperti itu Clara jelas marah. Meski ia tau menjadi pacar seorang Pranata Adiguna hanya sekedar mainan di waktu senggang. Tapi dia mencintai Nata! Sangat.

"Nggak ada kata putus!" Selepas itu Clara menghentakkan kakinya kesal lalu pergi dari sana dengan perasaan kesal karna apa yang ia mau tidak bisa ia dapat.

•••

Ayo pilih, Nata atau Sego? Dan berikan alasannya!.

Mereka rumit. Tapi aku suka liat mereka kaya gitu hehe.

Nata Sena (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang