Hai, bertemu dengan saya lagi disini. Seperti biasanya jangan lupa vote dan komen.
Perempuan itu sangat istimewa, wajib di jaga dan dilindungi. Laki-laki patut menghormati perempuan di luar sana sama seperti mereka menghormati orang yang melahirkan mereka.
Tidak sepatutnya kalian semena-mena pada perempuan. Apa yang kalian tanam maka itu yang kalian tuai. Apa yang kalian lakukan pada orang lain maka hal itu juga lah yang akan kalian terima di kemudian hari. Sadari dari sekarang sebelum menyesal di hari-hari berikutnya.
Stop pelecahan seksual, stop kekerasan, dan stop bullying karna perbuatan tidak terpuji ini akan sangat berdampak bagi korban bisa terhadap mental dan masa depannya. Jangan egois. Kita hidup sama di bumi, dan sama-sama harus mendapat keadilan.
Happy reading 💗
TANDAI JIKA ADA TYPO
Acara masih terus berlanjut bahkan sampai tengah malam, Sena memilih memisahkan diri dan diam di kamar laki-laki itu. Untuk pertama kalinya Sena berada di kamar ini, kamar nuansa abu-abu yang dominan hiasannya semua berwarna dongker. Kesan pertama saat masuk kamar ini adalah sangat amat laki-laki. Tapi keren, Omong-omong ia kira akan bertemu lagi dengan orang tua Sego nyatanya mereka tidak ada, mereka sengaja memberikan akses bebas untuk teman-teman Sego tanpa merasa canggung karna ada orang yang lebih tua. Dan lagi ternyata mereka sedang di Bandung, sama seperti orang tua nata. Lagi-lagi ada pertemuan keluarga. Keluarga besar bermarga 'guna' ini selalu sibuk dengan urusan perusahaan. Dan jika di pikir lagi sebenarnya seberapa banyak aset dan kekayaan mereka sampai sesibuk ini, hebatnya mereka semua selalu rendah hati. Hal yang sangat amat patut di contoh.
Dipikir-pikir sebenrnya agak aneh waktu tau bahwa Sego dan Nata itu sepupu. Tapi yausdahlah bukan urusannya. Dan untungnya lagi Sego membolehkan dirinya untuk beristirahat sejenak disini, menemani laki-laki itu yang terus aktif bersama teman-temannya cukup melelahkan. Apalagi beberapa di sana dominan laki-laki yang sifatnya sangat amat menyebalkan dan bikin risih tak kepalang, belum lagi ada Gabriel. Sungguh Sena sangat benci dengan laki-laki setengah bule bernama Gabriel itu.
"Kecilnya ganteng juga ternyata" ucap Sena sambil membawa pigura berisi Sego sendiri yang masih kecil tengah tersenyum sambil memegang robot di tangannya. Laki-laki itu tampak tampan dengan kemeja hitam dan celana jeans-nya. Dan ukuran wajahnya memang sedari kecil sangat mirip dengan ayahnya.
Di bawah sana acara sangat ramai, Nata yang memang diundang memilih memisahkan diri untuk diam di dekat kolam renang bersama dengan kedua temannya. Dia enggan bergabung dengan teman-teman lamanya.
"Lo nggak mau baikan sama Sena? atau nggak mau selesai gitu musuhannya?" Gimbal bertanya.
"Enggak lah males, ngapain juga!"
"Gengsi kok di gedein" Nata memutar bola matanya malas, "Matamu gengsi nyet!"
"Pengen pulang gue" keluh Gimbal dan malah di balas pelototan oleh Nata.
"Kita pulang kalo Sena juga pulang. Mami udah nyuruh gue ngawasin Sena kalo lo lupa"
Memang, jika bukan gara-gara tau Sena datang ke tempat ini mana mau Nata ke rumah sepupunya. Mungkin lebih baik-baik dia diam di apartemen Gimbal dan memakan makanan di dalam kulkas. Tapi bukan hal aneh juga jika Sena datang kesini, toh ini acara pacarnya susah pasti dia datang kesini. Meski jelas dalam diri nata ia merasa kesal dan tidak suka ketika Sena tadi menemani Sego dan terus di samping laki-laki itu sampai acara inti selesai, meski ia kurang tau dimana gadis itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata Sena (End)
Teen FictionNata itu lelaki yang rumit. Tapi Nata itu lelaki yang manis. Nata dan Sena itu dekat, mereka seperti sepasang orang yang berpacaran. mereka begitu serasi jika di sambungkan. namun siapa yang tau perihal hati. Bisa saja apa yang orang ucapkan serasi...