54 : kembali pulang kemana? (end)

324 9 0
                                    

Hai, happy Reading 💗
Tandai typonya yaa

Sudah dua bulan lamanya Sena belum sadarkan diri, gadis cantik itu masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Satu persatu keluarga dan teman dekatnya saling menjenguk dan menjaganya setiap malam bergantian. Nata mami dan bunda adalah orang yang paling sering bermalam di kamar rumah sakit dengan nomor yang di tempati oleh Sena.

Dua bulan juga tidak ada semangat dalam diri Nata. Dia sudah seperti mayat hidup, teman-temannya turut kasihan melihat Nata yang seperti ini. Saat Nata biasanya tengil menggoda para siswa perempuan, saat Nata biasanya usil mengerjai guru kesiswaannya sendiri, sudah dua bulan Nata bergerak bagai manusia tak bernyawa dengan tatapan kosong. Di ajak bicara hanya mengangguk dan menggelengkan kepalanya saja selebihnya hanya mengeluarkan kalimat yang sangat amat singkat sebagai jawaban yang di lontarkan oleh pertanyaan dari orang di sekitarnya.

"Gue kasian liat Nata kaya gini" dari jarak jauh Mita dan kedua laki-laki di sampingnya memandang Nata yang tengah duduk di kursi atas roftoop dengan pandang kosong ke langit-langit.

"Harusnya gue yang kecelakaan bukan malah Sena" lanjut Mita. Ucapan itu mendapat pelukan dari Galih dan usapan halus, "Nggak, nggak gitu sayang"

Nata menutup matanya, ia mengingat sedikit kepingan indah setiap ia dekat dengan Sena. Gadis itu selalu membuatnya rindu, ia rindu suara tawa Sena, ia rindu ucapan kasar perempuan itu, dan Nata rindu pergi ke berbagai tempat mengabiskan waktu sorenya bersama dengan gadis itu.

Tiba saat bel pulang berbunyi dia membuka matanya tersadar dan segera berlari menuju parkiran untuk mengambil motornya dan pergi menuju rumah sakit. Mita, Galih, dan Gimbal tidak lagi hanya diam melihat Nata tapi ikut berjalan ke parkiran dan mengikuti Nata ke rumah sakit.

Bel pulang adalah waktu yang sangat Nata tunggu akhir-akhir ini, bukan untuk segera latihan seperti biasanya melainkan agar bisa cepat-cepat bertemu gadisnya yang masih tertidur.

Sampai di rumah sakit, ada mami dan bunda yang tengah duduk sambil memandang Sena. Nata masuk perlahan tak lupa mengucapkan salam diikuti oleh ketiga temannya di belakang. Merasa peka mami bergeser dan memberikan Nata ruang untuk duduk tepat di samping gadis itu.

"Sadar Sena, gue nunggu lo disini. Kita semua nunggu lo disini"

Nata menggenggam tangan gadis yang sangat putih bersih terurus dengan benar, Nata melihat wajah gadis itu yang tengah tertidur. Bahkan dalam saat tertidur saja Sena sangat cantik dan menawan, bulu matanya lentik, bibir mungil tipis dengan warna merah muda, halis simetris, hidung kecil mancung, melihat gadis ini Nata selalu merasa Tuhan pasti sangat bahagia saat menciptakan Sena. Gadis dengan nama lengkap Sena Lasatya adalah bentuk sempurna ciptaan Tuhan yang pernah ia lihat. Gadis baik, penyayang dan selalu peduli dengan sesama.

Melihatnya di saat pertama kali saja sudah membuat Nata langsung jatuh cinta, dan bahkan sampai sekarang perasaan itu masih bertumbuh semakin besar.

Tangannya mulai merapihkan helaian rambut Sena yang menghalangi ukiran wajah indahnya. "Gue kangen monyet"

Nata tersenyum penuh saat memandang Sena, satu kenangan saat awal pertama kenal dengan Sena muncul begitu saja di ingatannya.

Sena berjalan celingukan mencari kelasnya yang tidak tau akan di mana. Sebenarnya bukan kelasnya melainkan kelas yang akan digunakan sebagai awalan mengisi tes psikotes untuk masuk jurusan tertentu, entah itu bahasa, sosial, atau ipa. Setelah mengetahui kelasnya dia masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku paling belakang.

Sena tidak belajar untuk psikotes ini, hanya bermodalkan doa saja. Sena malas belajar dan itu memang faktanya. Kisaran pukul tujuh pagi satu murid laki-laki dengan baju seragam SMP-nya yang dibaluti hoodie coklat duduk tepat di samping Sena.

Nata Sena (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang