46 : rencana indah di kemudian hari

128 6 0
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ya

Happy Reading 💗

Mencintaimu adalah hal yang selalu saya sukai, meski cinta itu tidak dapat terbalaskan. –Pranata Adiguna

Keadaan Sena sudah cukup membaik sekarang. Dia lebih terbuka lagi kepada orang tuanya, rasa takutnya mulai hilang berkat beberapa kali kemarin pulang pergi ke psikolog. Mungkin untuk lima kali ke depan masih harus ke sana untuk menghilangkan traumaticnya. Tentu saja ada Nata atau maminya yang menemani untuk konsultasi dan sejauh ini perkembangannya cukup baik.

Sore ini, tepat di taman belakang rumah nata bunda mengajak piknik kecil-kecilan. Ada mami, papi, nata, bunda, dan ayah Adiguna. Semuanya hadir di sini, para ibu membuat ikan bakar dan beberapa tumis-tumisan, para ayah asik berbincang sambil bermain catur, Nata dan Sena hanya diam sambil berbaring di atas rerumputan bersih.

"Panas nggak nyet?"

"Nggak lah kan sore" Nata mengangguk setuju. Pukul setengah lima sore mana ada panas terik yang ada langit cerah yang mulai menjadi jingga secara perlahan-lahan.

"Nataaa" Sena memanggil laki-laki itu sampai pada akhirnya ia menoleh pada Sena, "Itu anu..." Sena tampak gugup dan malu-malu.

"Paan?"

"Jubah sama pernak pernik Gryffindor Harry Potter mana?" Tagih Sena

Nata tampak mengerjap-erjap kan matanya lucu, keningnya mengerut berusaha mengingat sesuatu, "Oh iya!" Nata bangkit dari tidurnya diikuti oleh Sena. Dengan antusias Nata menarik Sena kembali ke dalam rumah dan mengambil barang tersebut dari dalam kamarnya.

"Mau kemana?!" Bunda bertanya terkesan berteriak

"Oleh-oleh Harry Potter bunda!" Nata balas berteriak.

Nata membuka kamarnya dan mencari-cari barang yang ia maksud di dalam lemari, sampai akhirnya paper bag coklat berukuran besar ia serahkan kepada Sena.

"Ihhh keren, banyak banget!"

Sena membuka hadiah dari Nata satu persatu, barangnya lucu-lucu dan Sena menyukainya. Apalagi ada banyak poster harmonie disana, sana mengambil jubah merah khas gryffindor lalu bercermin di depan kaca dan tak lupa membawa tongkat sihir yang tadi sempat ia lihat.

"Cantik ya Nat?" Ucapnya meminta pendapat dari Nata, tanpa pikir panjang Nata menganggukkan kepalanya. Selain tampak mungil dengan jubah kebesaran tersebut Sena tampak cantik dan mempesona apalagi rambutnya yang ia cepol dan di gerai beberapa helai di area pelipisnya.

"Mahal ini, bela-belain gue minta di cariin buat lo doang"

"Halah Bacot, waktu itu bilangnya buat sepupu lo"

Nata tampak menyengir tanpa dosa.

"Jubahnya pake aja gue juga mau pake, tapi punya gue slytherin. Sisanya masukin ke paper bag terus simpan di bawah biar nanti nggak kelupaan di bawa"

Nata Sena (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang