epilog

361 12 6
                                    

Beberapa tahun kemudian...

Hari ini semua orang tengah berkumpul di kediaman Adiguna, ada bunda, mami, papi, dan ayah Adiguna tentu saja sebagai pemilik sah rumah tersebut. Beliau sudah pensiun dari pekerjaannya dan fokus pada keluarganya di Jakarta. Kulit putih dan uban yang mulai tumbuh di rambut masing-masing tidak pernah sedikitpun menghalangi kesan muda dalam wajah para orang dewasa tersebut.

Tidak jauh dari sana, ketiga remaja yang kini sudah memasuki usia dewasa baru saja datang dan masuk ke dalam rumah. Dengan hormat mereka mencium tangan orang tua dan ikut gabung duduk di ruang tamu. Ada Mita dengan rambut yang di cepol indah dan badan tinggi semampai di baluti oleh blazernya, lalu ada Galih di sampingnya yang menggunakan jas kantoran yang sangat terlipat rapih. Terakhir ada Gimbal dengan kemeja panjang yang di gulungkan dan dua kancing teratas senagaja dibuka.

"Apa kabar kalian, baik?" Mereka tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Kabar mereka cukup baik, pertanyaan mami meraka jawab dengan singkat tapi sopan. Meski begitu tetap selalu ada yang kurang.

Tak lama satu klakson mobil di luar sana berbunyi dan terlihat mobil hitam mengkilat yang terparkir rapi dengan jajaran mobil lainnya. Nata baru saja pulang dari tugasnya.

Laki-laki dengan tubuh semampai itu berjalan tegap menuju kedalam rumah. Di dalam sudah ada banyak orang yang menyambutnya. Orang tuanya, mami, papi, bunda dan ayah menghampirinya lalu memeluknya.

"Makin item kamu jadi tentara gini" Nata terkekeh mendengar ucapan bunda. Ia mencium kening bundanya dan maminya lalu mencium telapak tangan beliau dan kembali memeluknya sesaat.

Ketiga temannya menghampiri lalu terkekeh ringan, "Buset abdi negara tuh bos, senggol dong" Gimbal berucap sangat kencang lalu bersalam dengan nata.

"Gimana kabar lo?"

"Baik" balas Nata dengan senyum tipisnya.

Gimbal bergantian dengan Galih yang menghampirinya lalu laki-laki yang paling dekat dengan nata itu mendekapnya dan menepuk punggungnya, "Pulang bawa harta banyak nggak nih?" Nata hanya terkekeh kecil mendengar candaan temannya. Dia berjalan menuju Mita, dia memeluk sesaat gadis itu dan mengusap surai rambutnya.

"Tinggi lo hampir sejajar sama Galih, padahal dulu bocil" sindir Nata.

Mita memutar bola matanya, "Yoi, berkat heels nih!" Ucapnya dengan bangga.

Mereka duduk di bawah beralaskan karpet sambil berbincang banyak hal, sesekali tertawa lalu disisipi dengan memakan cemilan-cemilan ringan yang telah dibeli terlebih dahulu sebelumnya.

Laki-laki tengil yang dulu menggaet banyak wanita itu kini telah resmi menjadi abdi negara. Gelar tentara angkatan udara resmi disandang olehnya dari beberapa tahun lalu. Dengan masih menggunakan baju loreng Nata mengambil ponselnya lalu membuka brankas pribadi dalam ponsel yang telah ia sandi dengan nama seseorang. Tak lama layar menampilkan potret dirinya saat masa remaja bersama seseorang yang masih mengisi hatinya Samapi saat ini.

"Nata pamit dulu ya sebentar, mau ke rumah si cantik" tanpa menunggu jawaban Nata berdiri dan turun ke parkiran. Ia menyalakan mobilnya dan mengemudi mobil tersebut untuk di bawa ke tempat yang sudah lama ingin dia kunjungi lagi. Orang di dalam rumah hanya mengangguk dan tersenyum sesaat. Mereka tau siapa si cantik yang Nata maksud. Dia, perempuan yang sudah menempati hati laki-laki itu sejak bertahun lamanya.

Sampai di tempat yang ia maksud Nata keluar dari mobil dan membawa satu buket bunga cantik yang masih segar untuk seseorang. Di tempat yang sudah ada di depannya Nata berjongkok dan mencium pusara gadis kesayangannya.

"Hai sayang, ini aku. Maaf baru bisa datang lagi"

Nata menyingkirkan berbagai macam daun kering dari atas makam gadis kesayangannya lalu ia menaburi berbagai macam bunga lalu menyimpang buket tadi di dekat pusara tersebut, tak lupa berdoa untuk gadis itu. Nata menghela nafas ada perasaan sesak yang langsung muncul di dalam dirinya, rindu itu menguap kembali tepat di depan tempat istimewa milik gadisnya, sahabatnya.

Nata Sena (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang