Hello, happy reading!.
Jangan lupa bahagia, dan vote ya
Sena berbaring di atas kasur sambil cemberut kesal. Di depannya ada Nata yang tengah duduk di jendela sambil mengupas jeruk. Anak itu tiba-tiba saja menjemput Sena dan mengajaknya pulang. Padahal Sena belum menjawab apa-apa atas apa yang tadi Geralad ucapkan.
"Gausah di pikirin, tinggal tolak. Gue tau lo ga ada feeling sama dia..."
Sena menghela nafas lalu menatap tajam pada Nata, "Bacot lo Nat!"
"Gue ga enak Nat sama Gerald udah neraktir gue, mana belum sempat jawab lagi" Sena tampak risau, lebih tepatnya dia merasa tidak enak pada Gerald. Gerald itu ganteng, punya pesona, dan kharismatik meski tidak seperti Nata. Tapi Sena tidak pernah bisa mempunyai rasa lebih pada laki-laki itu, mungkin bisa dibilang Sena tidak bisa jatuh cinta pada Gerald entah kenapa. Padahal Geralad sosok sempurna dan anak baik-baik.
"Gue tau kalo lo ga enakan sama cowo baik-baik gimana. Lo tadi ada niatan Nerima kan?" Sena menaggguk ragu dan itu langsung mendapat umpatan dari nata
"Perasaan bukan mainan monyet! Kalo lo gak jatuh cinta ya ngapain mau di terima?. Untung tadi gue ada disana..."
Sena nampak kurang terima dengan ceramahan Nata yang satu ini. Apa katanya perasaan bukan mainan? Lantas selama ini laki-laki itu bermain dengan banyak wanita dengan dalih senang-senang buat apa? Hellow! Harap ngaca!.
"Terus kenapa? lo juga gitu ke cewek-cewek. Emang apa salahnya kalo gue kaya gitu?" Nata turun dan berjalan menuju tepi kasur Sena, "Ada!"
"Lo cewe, ga boleh kaya gitu. Gue jelas Nerima mereka karna mainan, tapi kalo lo Nerima karna ga enakan buat apa? Na hubungan tuh di dasari mau sama mau...."
"Udah sini ponsel lo biar gue chat si Gerald biar gue yang ngomong nya..."
Nata nampak menggeledah kasur mencari ponsel Sena dan akhirnya ketemu di tepi bantal, Sena merampas ponsel itu dan mencari nama geralad tak lama dia mengetik pesan yang akan dia kirimkan pada teman satu wakil basketnya itu
Gerald :
Rald buat yang tadi gue minta maaf pulang duluan, dan gue minta maaf kayanya gue ga bisa buat nerima itu. Gue belum siap buat pacaran..Nata mengetik dengan rapi seakan-akan dia adalah Sena, Sena hendak mengambil ponselnya tapi tingginya yang lebih pendek dari Nata menjadi lebih sulit dan tak lama Nata selesai dan sudah mengirimkan pesannya pada gerald. Tak lama ceklis dua dan centang biru, lalu Gerald langsung membalas
Gak papa na, mungkin gue kecepatan. Tapi kita tetep temenan ya...
Nata memberikan ponsel dengan casing imut itu pada pemiliknya lagi, "Nolak cowo gak semengerikan itu, gue tau lo bisa. Cuma gausah gaenak-gaenakan lah sama orang lain. Masa sama gue lo bisa ga tau diri sampe suka minta jajan terus lah sama orang lain ga enakan... Yang adil dong Na!" Cibir nata dan langsung mendapat tamparan bantal yang tepat mengenai matanya.
"Diem gue lagi kesel sama lo!"
"Aelah pake marah segala, gue kan cuma batu doang na"
"Caranya salah! Gak suka gue!"
Nata menghela nafas, padahal dia hanya ingin membantu Sena dan mempermudah Sena, memangnya apa salahnya?. Sena duduk dan menghadap pada Sena.
"Iya-iya gue salah, gue minta maaf ya Nana jelek. Gue traktir ke Gramedia sama beli ramen nanti sore mau ya?"
"Nyogok ya lo?!"
Nata terkekeh lalu mengangguk polos, memang itu yang selalu nata lakukan ketika Sena marah. Dan jangan salahkan sena karna nata selalu seperti itu Sena selalu meminta lebih dan memorotnya beberapa kali. Toh nata tidak keberatan meski ujungnya suka nyinyir sih, tapi tak papa itu masih wajar.
Sena lantas mengangguk mengiyakan ajakan nata, "Boleh, kebetulan gue ada yang mau di beli nih, duit lo boros lagi ga papa kan?"
"Sebenernya kenapa-kenapa sih, tapi ga papa asal nanti neng Sena seneng gak marah-marah sama Abang!" Nata berucap menghidangkan dan menoel dagu Sena, setelahnya ia turun dari atas kasur dan berlari keluar dari kamar. Sena berteriak kencang tidak terima di hina seperti itu tapi tampaknya nata kesenengan melihat Sena marah-marah.
Bunda yang baru selesai masak nampak ikut tertawa dan menggeleng ringan. "Mainnya nanti dulu sekarang kalian makan dulu sini!" Bunda berteriak tak lama di balas teraikan pula oleh kedua remaja tersebut.
"Iya mami!"
Sena keluar dari kamarnya dan turun tergesa-gesa dari tangga tak lupa di ikuti oleh nata di belakangnya. Mereka duduk berdampingan di meja makan dengan mami yang berada di depan mereka. mami tersenyum senang melihat kedua anak itu menatap binar lapar pada makanan yang baru di buatnya.
"Makan dulu, mami buatin kalian tumis kangkung. Makanan kesukaan kalian kan?" Mereka menaggguk bersamaan dan mulai mengambilnya porsi nasinya masing-masing.
"Tumben ngambil kangkung nya doang? Ga laper?" Tanya mami melihat Sena yang sedikit aneh. Anak itu hanya mengambil tumis kangkung tiga sendok makan saja pada piringnya, padahal biasanya dia anaknya banyak makan, rakus.
Sena tersenyum canggung, "Anu mi..." Sena bingung harus berucap seperti apa, tapi mami tampaknya sudah penasaran dengan apa yang akan diucapkan Sena.
"Barusan abis makan di cafee sama temen, terus beberapa jam lalu di traktir pecel lele sama galih. Emmm... Pas istirahat abis makan bakso juga sama Mita" cicit Sena diakhiri dengan kekehan tak berdosa.
"Maruk ih anak mami" mami tampak tertawa sambil mengambil satu centong nasi pada piringnya. Tapi yang membuat aneh adalah Sena itu banyak makan tapi tidak pernah bertubuh besar mentok-mentok ya lima puluh kilo. Tapi lumayan lah badan anak gadis itu tetap stabil tidak terlalu ramping ataupun kebesaran, dan Sena selalu sehat sampai sekarang itu saja sudah sangat cukup untuk maminya.
Tapi jika dipikir-pikir pantas saja banyak yang menyukai Sena, karna dia mempunyai fisik yang sangat bagus. Bunda tersenyum saat memandang diam-diam putri tunggalnya.
"Ngeliat kamu tuh mami berasa flashback sama mami dulu yang lagi marak-maraknya di incer cowo-cowo"
"Emang mami ada yang ngincer?" Ledek Sena
"Jangan salah, gini-gini mami dulu primadona sama bundanya Nata!"
Nata nampak tersenyum, dua tau soal ini. Bunda pernah bercerita dan nata juga pernah melihat foto para ibu itu saat masih muda dan memang benar mereka berdua memang sangat cantik pada masanya. Ah bahkan sampai sudah berumur seperti ini pun kesan cantik selalu menempel.
"Emang! Bunda sama mami cantik banget. Nata pernah liat di album punya bunda"
Mami tampak tersenyum bangga, lalu dia menatap kedua anak remaja di depannya bergantian.
"Kalian perfect menurut mami, emang sih bibit unggul ga pernah kalah saing!. Eh na tolong nanti beliin bahan dapur gak papa? Diantar sama kamu ya Nat?" Mereka berdua menaggguk bersamaan.
"Oke abisin makannya, bunda udah selesai. Nanti catatan barang yang harus di beli bisa ambil di atas kulkas kertasnya. Mami mau tidur dulu pengen istirahat ngantuk..."
"Kalian mandi dulu terus ganti baju. Ga baik kemana-mana masih pake baju sekolah. Nata kamu mandi di kamar tamu yang biasa di pake nginep, masih ada kok kalo ga salah baju kamu di sana. Awas! Jangan mandi bareng-bareng. Gak boleh!" Peringat mami setelah selesai mencucinya tangan
"Iya mami!" Jawab mereka serempak
Sebenernya kadang aku ngeliat mereka kaya kakak adek sih tapi ayo kita lanjutkan...!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata Sena (End)
Novela JuvenilNata itu lelaki yang rumit. Tapi Nata itu lelaki yang manis. Nata dan Sena itu dekat, mereka seperti sepasang orang yang berpacaran. mereka begitu serasi jika di sambungkan. namun siapa yang tau perihal hati. Bisa saja apa yang orang ucapkan serasi...