Aku tunggu antusias kalian di kolom komentar.
Happy reading!
Pukul sepuluh malam Sena telah selesai dengan siarannya. Niatnya ia akan langsung pulang saja kerumah tapi yang ada ia malah kejebak hujan, bang Miko dan lainnya sudah pulang duluan tadi cru yang lainnya juga sama. Sena jadi merasa menyesal menolak tumpangan gratis yang di tawarkan mereka tadi secara cuma-cuma. Sena diam di depan gedung siaran radio sambil sesekali berdecak kesal, badannya kedinginan mana kecipratan air hujan lagi tadi, niat ingin menelpon nata tapi ponselnya malah mati.
"Kenapa mati segala sih hp, mana udah malem anjir. Tau bakal ujan gini gue nginep aja di dalem tadi minta kunci sama bang Miko"
Sena mengeratkan hoodienya ia bergumam sesekali akibat kedinginan. Memangnya siapa sih yang tidak akan kedinginan diwaktu hampir mau tengah malam dan sendirian di jalanan? Agak ngeri sih. Tak lama mobil ferari berwarna putih terparkir tepat di depan Sena, orang itu keluar dari dalam mobil dan menghampiri sena.
"Lo ngapain nyet di pinggir jalan, mau ngelontr lo?" Sena memutar bola matanya malas, yang barusan turun adalah Sego. Orang yang ia tolong saat ada tawuran di dekat kompleknya, lebih tepatnya dipaksa untuk menolong.
"Amit-amit. Gue abis siaran mau pulang lupa gabawa motor. Gue nebeng ya?" Pinta Sena dan diangguki oleh Sego. Sego membukakan pintu mobil untuk Sena dan menyuruhnya untuk masuk. "Arahin aja jalannya"
"Abis dari taman yang waktu itu maju aja terus belok kiri, deket laundry kilat" Sego fokus menyalakan mesin kemudi, "Ok".
Sebelum berjalan sego tampak berdiam sebentar lalu mengambil kresek besar dan jaket dari kursi belakang dan memberikannya pada Sena, "Ada Snack sama vitamin lo makan aja takutnya malah demam gara-gara keujanan. Jaket gue pake tuh buat nutupin paha lo, gue kalo malem takut khilap"
"Gak usah lah, ngerepotin lo kan jadinya. Udah gue gini aja ga papa"
"Justru kalo lo demam gue juga kerepotan disini, udah makan aja. Tuh jaket juga sekalian, makanya kalo kemana-mana malem-malem tuh jangan di biasin pake celana pendek ga baik" Sena memutar bola matanya malas mendengar ucapan sego yang terkesan seperti memberi wajengan kepadanya.
"Lo siapa sih go pake nasehatin gue segala..." Sego yang tengah fokus menjalankan mobilnya diantara derasnya hujan lantas menoleh pada Sena, "Ya gue bukan siapa-siapa lo sih. Tapi ya seenggaknya lo jaga diri, Hawa malem ga baik buat anak gadis. Oh ya tadi kata lo abis siaran? Siaran radio maksudnya?" Sena menaggguk sebagai jawaban.
"Kenapa mau jadi penyiar? Gak cape lo tengah malem kerja siang sekolah?"
"Enggak lah, gue kerja cuma seminggu sekali aja tiap malam Minggu aja. Lagian daripada bosen juga kan? Jadi ga masalah lah" Sena nampak menelisik tampilan sego yang lebih-lebih urakan dibanding hari-hari kemarin saat pertama bertemu, mukanya yang kusut, kantung mata yang menghitam, baju yang tidak rapi dengan bercak darah di ujung kaosnya tak lupa dengan goresan luka di ujung dahi.
"Lo abis tawuran lagi ya nyet?" Sego tampak tersenyum polos melihatkan deretan gigi putihnya yang rapi, "Yoi, keren kan gue?" Tanyanya dengan sangat bangga.
"Serem kek setan, eh ada p3k ga? Gue obatin ya?" Sego menunjuk ke arah dasboard mobil lalu Sena mengangguk dan mengambil obat dari dalam dasbor tersebut, di sela-sela Jalan yang macet Sena mengobati luka sego dengan telaten.
"Kalau pun gue larang lo obatin gue, gue rasa lo bakal tetep kekeh deh nyet sambil bilang 'heh nyet luka secuil pun bisa jadi infeksi' iya kan sen?" Sena terkekeh lantas mengangguk setuju, membenarkan apa yang Sego ucapkan.
Setelah selesai mengobati Sego, Sena mengambil susu coklat dari dalam kresek belanjaan Sego dan meminumnya, "Ini buat gue ya, gak papa kan?" Sergo mengangguk, "Ambil aja boleh lah, asal gantinya neng Sena tidur sama Abang..."
"Bangke!" Meski sempat mengumpat pada akhirnya keduanya tertawa bersamaan di selingi dengan berbagai pertanyaan.
***
Selepas pulang diantarkan oleh sego tadi Sena segera membersihkannya badannya yang lengket dan kedinginan, pada akhirnya ia tetap harus mandi tengah malam tapi tak apa masih ada air hangat tadi. Sego tidak mampir karna katanya terlalu malam untuk berkunjung dan anak itu juga buru-buru. Padahal tadinya mau di kenalin ke papa yang sebentar lagi akan pulang. Setidaknya sego cukup sopan saat menemui orangtuanya, dia bicara baik-baik dengan mami dan menceritakan kenapa Sena pulang malam. Mami pula berterimakasih pada laki-laki brandal yang sudah menyelamatkan anaknya dari derasnya hujan tadi.
Selepas mandi dan berganti pakaian menjadi daster kekinian untuk dibawa tidur, seperti biasanya Sena melakukan perawat night rutin pada wajah dan badannya. Setelah selesai menggunakan serum kulit sambil memasang masker bibir Sena memberikan body lotion pada pergelangan tangannya agar tidak kering lalu setelah semuanya selesai Sena menyisir rambutnya dan membiarkannya tergerai begitu saja setelah beres di hairdryer.
Hendak awalnya ingin tidur tapi ternyata perutnya berkata lain, Sena kelaparan. Dia berjalan keluar kamar melewati tangga dan menuju ke dapur membawa beberapa makanan dan minuman untuk di simpan di kamarnya. Sena membawa Chiki, cake, brownis, lalu Boba ke kamarnya tak lupa menyeduh terlebih dahulu mie instan agar masak dan di bawa ke kamar sambil drakoran. Tampaknya mami belum tidur karna dia kebawah dan menghampiri sena yang tengah menuangkan bumbu mie instan ke piring. Mami membawa buah segar dan mengupasnya lalu di makannya satu-satu sambil duduk di meja makan, mami memandang anak tunggalnya sangat instens sampai membuat Sena risih.
"Kenapa sih mami?" Mami hanya tersenyum lalu kembali menyuapkan buah, tak lama setelah buah tertelan lantas mami berbicara. "Yang tadi namanya Sego? Ganteng ya dia?. Ala-ala badboy gitu suka deh mami"
"Mami mah kan semua cowo ganteng di sukain" mami terkekeh, "Nggak juga si na, buktinya mami ga suka kan sama restu? Ya karna emang vibes awalnya aja ga sopan, keliatan muka kurang ajarnya tuh"
Sena menaggguk setuju dengan ucapan mami yang satu ini, karna pada dasarnya Restu mantannya itu memang sebrengsek itu.
"Hmm iya, tapi ma tumben mama bisa suka sama yang Sena bawa kerumah?" Mama menaikkan satu halismya sambik memandang Sena bingung, "Yang pernah kamu kenalin langsung cuma temen mu si nata sama yang barusan loh na? Yang lainnya kan kamu pacaran diem-dieman. Eh yang barusan pacar kamu?"
"Bukan lah mi!" Mami tampak mengangguk, "oh kirain, padahal cocok"
"Mami sendiri kan yah larang Sena pacaran?" Lagi-lagi mami mengangguk, "Rencana tadinya pengen banget mami besanan sama si bundanya nata, tapi kayanya yang tadi juga cocok jadi bahan seleksi mami selain nata"
Sena memutar bola matanya malas. Kenapa sih doyan banget ngejodoh-jodohin anaknya. Padahal kan anaknya ini bisa milih sendiri?.
"Nata tuh is my best friend aneh kalo aku sama dia pacaran. Terus lagi tadi si Sego kita temenan baik kok. Sena lagi ga mau pikirin pacar-pacaran lagi. Teru tadi mamih bilang nata cocok? Duh mi speak buaya gitu mana cocok sama Sena yang bak putri raja"
"Jangan salah na, buaya tuh hewan setia tau" Sena membawa mie goreng yang tengah jadi ke kamarnya dan meninggalkan maminya sendiri di ruang makan, "Ya iya kalo hewan buaya, tapi kalo buaya jadi-jadian mah perlu di ragukan. Udah deh ni Sena mau drakoran dulu. Bye mami good night"
•••
Pengen punya cowo, tapi di sakitin Mulu hehehe.
Jangan lupa vote yaaa, makasi banyak.
See you di part selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata Sena (End)
Ficção AdolescenteNata itu lelaki yang rumit. Tapi Nata itu lelaki yang manis. Nata dan Sena itu dekat, mereka seperti sepasang orang yang berpacaran. mereka begitu serasi jika di sambungkan. namun siapa yang tau perihal hati. Bisa saja apa yang orang ucapkan serasi...