02 : Gramedia

495 28 1
                                    

Sesuai janjinya, sepulang sekolah Nata menemani Sena untuk membeli buku utbk dan beberapa novel yang baru terbit. Meski enggan sebenarnya, karna saat seperti ini Sena selalu asik dengan dunianya sendiri dan melupakan Nata.

Meski begitu layaknya tuan yang patuh pada nonanya Nata terus mengkori Sena yang pergi dari satu rak ke rak-rak lainnya. "Gue jadi pengen deh beli pernak pernik Harry Potter" Sena berucap saat tak sengaja melihat novel terjemahan berjudul 'harry potter'.

"Gausah aneh-aneh Na, mubazir uangnya" peringat Nata

"Tapi Nat, gue pengen kaya Harmonie" Sena berjalan kederetan buku-buku terjemahan dan memegang poster Harmonie salah satu karakter dalam novel tersebut, Sena menatap poster itu dengan decak kagum.

"Harmonie itu cantik, pinter, tanggap, elegan. Kalo lo banyak tingkah. Gak ada peluang lo kaya dia"

Sena mencibir kesal mendengar ucapan Nata, dia menghentakkan kakinya lalu berjalan ke rak novel terbitan yang best seller. Matanya kembali berbinar cerah saat tiga novel yang dicarinya ada di sana, Sena bertepuk tangan senang lalu berlari menuju lemari itu. Nata memutar bola matanya malas.

"Dasar bocah"

Perempuan yang rambutnya di tutup dengan topi berwarna putih tulang itu mengambil tiga novel dan mebaca ulasan cerita di belakangnya, sekali lagi dia tersenyum senang dengan lesung pipit yang terlihat di pipinya, itu manis. Nata ikut tersenyum melihat vibes positif dari sahabatnya, ia menyentil dahi Sena lalu merangkulnya.

"Udah kan? Ayo kita bayar!" Sena mengangguk setuju, "Lo yang bayar ya Nat" Nata berhenti berjalan dan melepas rangkulannya pada pindah Sena, dia menatap Sena dengan tatapan menghunus.

"Apa gak ada sehari aja lo gak nguras isi dompet gue?" Sena mengerjakan matanya lucu lalu tersenyum manis berusaha meluluhkan hati Nata, "Nata temen gue yang paling ganteng. Tolong traktir gue ya...., Please..., Pleaseee..." Sena menagkupkan tangannya.

Pada akhirnya Nata mengangguk pasrah, "Terserah Nana" Sena bersorak girang dia berlari ke kasir untuk membayar buku yang ia bawa dan meninggalkan Nata di belakangnya.

"Mba pengen tambah tiga novel lagi ya, yang Areksa, sama dua buku dari Tereliye apa aja deh bebas" Sena berucap tanpa beban.

Nata tertekan.

Dia mengacak rambutnya kasar, mukanya kusut sekali setelah mendengar kalimat yang diucapkan Sena barusan.

"Sena Lasatya bangsat. Tau bakal gini gue ga mau nganter lo na!" Nata merajuk kesal sambil menggenggam telapak tangan Sena, Sena hanya cekikikan dan mengambil buku yang telah di kantongi oleh kasir.

•••

Selepas dari Gramedia dan membeli beberapa buku mereka berdua mampir ke restoran yang ada di dalam mall. Memesan sushi dan topoki yang sempat viral beberapa Minggu lalu, telat sih tapi ga papa daripada tidak sama sekali.

Nata sebenarnya tidak mengerti dengan menu makanan yang ada di depannya, tapi yasudahlah yang penting ia ikut makan juga. Nata sendiri memesan ramen dan ayam geprek untuk dirinya sendiri, dengan jus jeruk menjadi minuman favorit mereka berdua.

"Jangan sambil hp kalo makan" peringat Nata, Sena mengangguk dan menyimpan hpnya di tempat.

Sena memakan lahap pesanannya sesekali bergumam dan memandang sekitar, Nata? Dia hanya memandang ekspresi Sena yang berubah-ubah karna memandang sekitarnya. Mata Sena memicing tajam, dahinya berkerut tidak suka.

Wanita dengan topi putih itu menggebrak meja kesal lalu berjalan kearah meja didekat pintu keluar, "Gak bisa dibiarin!" Sena berucap sebelum dia berdiri dan menghampiri seseorang di depan sana.

Nata panik saat tau apa yang dilihatnya di depan sana. Dia ikut berdiri dan berusaha menghentikan Sena yang cemburu melihat Restu tengah bersama Bella sepupu jauh Sena.  Nata menarik pergelangan tangan Sena sampai wanita itu berbalik dan Nata membawa Sena kedalam pelukannya lalu menyeret wanita itu ke tempat duduknya kembali.

"Diem! Gausah malu-maluin!" Peringat Nata

"Gak bisa! Gak bisa gue diam aja! Gue gak terima, gue cemburu!" Sena turun dari pelukan nata dengan brutalnya lalu berlari ke meja depan tadi.

"Bagus!" Sena menggebrak meja sampai orang yang tengah duduk ya pun terkaget, "Baru kemaren putus sekarang kaya gini sama sepupu gue sendiri!"

"S-sena gue bisa jelasin..."

Sena menyuruh Bella diam menggunakan telunjuknya, ia memandang Restu tajam.

"Gak tau diri!" Restu menghela nafas, "Bella pacar gue dari lama, sorry tapi lo cuma jadi yang kedua waktu kemaren-kemaren"

"Maaf sen, tapi Bella juga tau soal ini"

Sena memandang keduanya tak percaya lantas menunjuk dirinya, "Gue? Jadi yang kedua?"

"Lo jadiin gue selingkuhan lo? Wah parah ya lo!" Sena mengambil es teh manis lalu menumpahkannya pada Restu. Lelaki itu hendak protes tapi Bela memegang tangannya dan menggeleng.

"Muka kaya pantat panci di rumah gue aja sok-sokan kaya gitu sama cewe. Nyesel gue mau sama lo! Awas ya lo!"

Nata terkekeh melihat kemarahan Sena di depan sana. Dia tidak ada niat memisahkannya kembali Sena yang sedang bertengkar dengan mantannya, nyatanya melihat dia bertengkar dengan seseorang dan mempermalukan seseorang di depan sana menjadi hiburan tersendiri bagi nata. Nata meminum jus jeruk dan menghabiskan mie ramennya sambil melihat Sena yang kembali berjalan ke bangku ini dan duduk sambil bersedekap dada. Wanita itu mengatur nafasnya yang masih tak teratur.

"Gila tu cowok"

Nata terkekeh ringan lalu mencoba takoyaki milik Sena.

"Gue kan udah bilang na, dia bukan cowok baik-baik. Terbukti kan?. Lain kali nurut sama sahabat sendiri kalo di omongin"

"Percuma, mau lo ngomong sepanjang lebar apapun gak akan bikin uang jajan gue gak jadi di potong sama mami"

"Terima aja elah, lagian kalo full pun uang jajann lo kerajaannya di beliin cemilan mulu"

"Daripada lo clubbing sama balapan terus!. Udah ah ayo pulang gak mood gue"

Sena membereskan tasnya dan kembali menggunakan jaket putih bomber yang tadi ia simpan di dekat kursi sampingnya, ia jalan ke depan parkiran dan menunggu Nata di depan motor CBR hitam milik Nata.

"Buset gue lagi yang bayar" gumam Nata, meski begitu dia tetap berjalan kearah kasir dan membayar cash, setelahnya dia menyusul Sena yang sudah menunggu di parkiran.

•••

"Percaya atau tidak tawamu adalah obat paling mudah di dapat"

Nata Sena (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang