Happy reading, jangan lupa komen.
Tandai kalo ada typo.
"Untuk amanat, istirahat di tempat gerak!" Pemimpin upacara mengintruksikan semua siswa di waktu amanat upacara pagi ini.
Sena mengeluh dan berjongkok sebentar saat merasa kakinya serasa pegal berdiri terlalu lama, cukup menguntungkan ternyata berada di barisan tengah-tengahnya. Ia mengatur nafasnya sejenak lalu kembali berdiri, bulir keringat dingin terus membasahi pelipisnya dari tadi saat upacara dimulai dan saat matahari kembali sangat terik. Mita khawatir temannya kenapa-kenapa, ia yang berdiri di barisan dan tepat di belakang sena ikut berjongkok dan memegang bahu sena.
"Sen lo kenapa?" Sena menggeleng lalu kembali berdiri, "Gak papa ta, gausah panik gitu ah jelek muka lo kalo panik"
"Serius anjir, lo kalo sakit mening gue panggilin PMR aja ya?"
"Gausah!. Gue gak kenapa-kenapa"
Mita menghela nafas, membujuk Sena dengan segala keras kepalanya adalah hal yang sulit. Pada akhirnya Mita mengangguk mengiyakan ucapan Sena dan kembali diam di belakang, meski begitu ia tetap memantau Sena dari sana.
"Tanpa penghormatan bubar jalan!"
Selepas ada instruksi untuk bubar karna upacara selesai, sekolah yang isinya kurang lebih seribu siswa sama-sama berhamburan keluar lapangan. Karna lapangan yang ukurannya sederhana dibanding siswa yang cukup banyak pada akhirnya saat seperti ini sangat berdesakan sekali. Mita dan Sena terpisah karna Mita bareng bersama Sifa. Sena yang merasa kepalanya makin menjadi memilih berhenti terlebih dahulu sambil memegang pelipisnya. "Gue kenapa anjir", Sena bergumam. Lama makin lama bersamaan dengan kakinya yang kembali melangkah kepalanya makin menjadi-jadi terasa sakit, penglihatannya mengabur dan suara di sekitarnya terasa samar dan berdengung kencang. Sena ambruk di tengah lapangan.
"Nana!"
Nata yang tak sengaja melihat Sena ambruk di tengah lapangan lantas turun dari tempat hukuman bagi orang-orang terlambat lalu berlari menghampiri sena.
"Kalo ada yang pingsan gini tuh tolongin anjing, bukan malah di liatin!. Bego lo pada!"
"Kita keburu panik Nat..." Seseorang menimpali ucapan Nata. Orang-orang yang mengerubungi Sena mulai menyisakan jarak untuk nata, nata menyalip kan jari-jari tangannya pada beberapa bagian badan Sena lalu membopongnya ke UKS. Sebelum pergi dia menemui terlebih dahulu Galih yang jaraknya tidak terlalu jauh, "Kasi tau kelasnya Sena, ni anak sakit di UKS. Takutnya malah di alfain, thanks gal" galih mengangguk lalu berjalan ke arah lain bersama dengan gimbal di sampingnya.
"Nyusahin lo na, suka banget bikin orang ketar-ketir"
Nata mendorong pintu UKS dengan punggungnya lalu masuk kedalam dan membaringkan Sena di salah satu brankar. Niat ingin meminta bantuan anak pmr tapi ternyata tidak ada, nata berjalan ke bagian ujung belakang dekat dengan almari yang berisikan obat-obatan. Nata mengambilnya kotak p3k lalu membawanya ke brankar yang di tempati sena. Nata membuka kotak brankar itu dan mengambil minyak kayu putih dari dalam sana dan mulai di oles pada bagian dekat penciuman hidung Sena dan pelipisnya. Sambil mengoleskan minyak kayu putih pada Sena, nata juga merapihkan helaian rambut Sena yang tergerai kemana-mana. Tak lama beberapa anak pmr masuk kedalam ruang uks dan menghampiri mereka berdua.
"Sena kenapa Nat?"
"Gak tau sya, pingsan tadi dia di lapangan"
Nisya menggangguk dan duduk di samping brankar Sena, "Tita tolong buatin teh manis anget buat Sena, nanti bawa kesini ya" Nisya menepuk salah satu juniornya lalu menyuruhnya, "iya kak"
"Sekalian tolong beliin bubur ayam di depan ta" sekali lagi tita patuh pada perintah ketua pmrnya.
Tidak butuh waktu lama Sena mulai mengerjapkan matanya kembali dan memegang pelipisnya. Sena melenguh sakit beberapa kali lalu mulai bangun dari tidurnya di bantu oleh nata. "Perut sama kepala gue sakit Nat"
"Makanya jangan banyak makan es terossss!" Sena memutar bola matanya malas, "Lo tau gue gak pernah suka eskrim!"
***
Sudah lewat satu jam Sena tetap berada di uks dan telah menghabiskan bubur ayam dah teh manis yang di belikan petugas uks. Sena merebahkan kembali badannya di brankar uks. Nata sudah pergi ke kelas tiga puluh menit lalu karna di panggil oleh teman-temannya. Sena sebenarnya sudah sehat kembali karna dia hanya lambung yang bersamaan dengan datangnya pms di haid hari kedua jadi wajar saja, toh salah dia sendiri yang tidak sarapan dulu.
"Katanya tadi sakit sen?" Seseorang masuk ke ruangan UKS sambil membawa satu kantong kresek. Sena yang kaget langsung menjatuhkan buah jeruk di tangannya tanpa sadar.
"Kaget, gue kira siapa rald" Gerald tersenyum lalu menyimpan kresek putih tadi ke meja di samping Sena. "Di dalem itu ada kiranti sama obat magh jangan lupa di makan, beberapa ada cemilan juga. Nata tadi nitip itu katanya pesenan kanjeng ratu" Sena mengangguk mengerti.
"Makasih rald udah mau bawain pesenan gue"
"Udah mendingan?" Gerald bertanya sambil memperhatikan Sena, "udah nih, paling abis bel masuk setelah istirahat gue balik kelas"
"Jangan kebiasaan pagi- pagi gak sarapan dulu sen, yaudah gue ke kelas duluan ada ulangan nih di kelas gue" Sena mengangguk, " makasih, hati-hati Rald"
Tak lama setelah Gerald pergi, telpon milik Sena berbunyi nyaring diatas meja. Sena mengambil ponselnya lalu mengangkat telponnya. Ternyata dari nata.
"Halo kenapa Nat?"
"Makanan gue titipin ke Gerald, udah sampe ke lo?"
Sena kemagguk meski di sebrang sanaa nata tidak akan tau, "udah nih barusan, thanks ya..."
"Gak gratis na, gantinya tolong kerjain matematis wajib gue. Oke?"
"Hmm, iya. Pulang sekolah di rumah lo aja ya..." Sena melenguh malas lalu mematikan telponnya dan menarik selimut tipis di UKS tersebut, "Saatnya Putri Aurora tidur untuk setengah jam kedepan" Sena menguap tak sengaja lalu mulai memejamkan matanya kembali.
•••
Hai, apa kabar?
Saya harap baik-baik saja, meski banyak hal yang tidak bisa dibilang baik-baik saja.
Jangan lupa bahagia, jangan lupa peduliin diri sendiri ya...
"Dia itu manis, semanis permen milkita. Dia narsis, random tapi menyenangkan. Ia itu dulu... Sekarang? Dia hanya dekat tapi seperti bayangan saja"
See you di part selanjutnya ya ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Nata Sena (End)
Teen FictionNata itu lelaki yang rumit. Tapi Nata itu lelaki yang manis. Nata dan Sena itu dekat, mereka seperti sepasang orang yang berpacaran. mereka begitu serasi jika di sambungkan. namun siapa yang tau perihal hati. Bisa saja apa yang orang ucapkan serasi...