23 : main sore

123 9 0
                                    

Jangan lupa bahagia...

Membeli keperluan dapur berduaan dengan Nata tidak semenyenangkan yang orang pikir, meski beberapa orang menatap kagum pada mereka karna Sena dan Nata terlihat serasi, Tapi yang Sena rasakan adalah Nata yang sangat susah untuk diajak memilih menu-menu makanan. Mereka juga beberapa kali ribut Hanya karna sebuah sayur mana yang segar dan mana yang enak. Tapi pada akhirnya mereka bisa menghabiskan waktu kisaran satu jam untuk berkeliling mencari menu makanan dan membayarnya di kasir.

Selesai dari sana mereka langsung pulang untuk menyerahkan bahan masakan pada bibi, pembantu di rumah. Lalu selesai dari situ Nata mengajak ke Gramedia untuk membeli beberapa buku. Sena memborong lima novel terbaru dan lagi membuat Nata menghela nafas tertekan. Lalu terakhir sesuai kesepakatan mereka memakan ramen bersama di cafee yang tidak jauh dari sana.

Selesai berjalan-jalan Nata kembali lagi mengajak Sena ke suatu tempat. Tempat yang tidak pernah Sena tau sebelumnya.

"Kenalin ini temen-temen gue" Nata mengenalkan dua laki-laki dan satu perempuan sebaya dengan mereka pada Sena. Ternyata mereka adalah temen SMP Nata dulu, berarti mungkin kenal pada Galih dan Gimbal.

Di sana mereka adalah kumpulan anak-anak yang suka skateboard dan pencinta  sepertinya. Sena sudah ditinggalkan oleh nata yang tengah mencoba atraksi dengan papan skateboard bersama yang lainnya. Sena duduk  bersama ayana sambil memperhatikan nata.

"Lo udah kenal dari kapan sama kak nata?" Tanya Ayana pada Sena.

"Mungkin satu tahun lebih deh"

Ayana tampak tersenyum penuh arti lalu memandang keduanya bergantian, "Sky Skateboard. Ini club yang di dirikan kami-kami bersama nata waktu kelas tujuh SMP. Gimana Lo suka?"

Sena tersenyum manis lalu memandang ke sekelilingnya, jelas saja ia suka. Tempat ini sangat menarik. Banyak yang latihan skateboard dengan berbagai macam jenis dan gaya pula papan selancar yang tinggi-tinggi belum lagi dentuman musik dan atraksi menggunakan api membuat sedikit ngeri di benak sena.

"Keren banget, gue ga tau si nakal itu punya hobi kek gini. Tapi agak wajar sih dia anaknya suka ngeeksplor sesuatu" Ayana mengangguk setuju, "bukan kak nata namanya kalo ga coba hal baru"

"Btw, Lo pacarnya kah?. Baru kali ini nata ajak orang di luar alumni SMP ke sini. Padahal dia yang wanti-wanti jangan bawa orang luar"

"Bukan Ayana, gue cuma temenan Deket aja sama nata dari awal kelas sepuluh. Kita se frekuensi, orang tua kita juga dulunya sahabatan jadi ya Deket aja"

"Gue rasa Lo orang spesial di hati dia deh Sena"

Suara tampak rusuh, mulai terdengar teriakan sana sini karna memang sudah mulai ramai sekali. Lagi pula kapan lagi mereka melihat nata ikut turun untuk bermain, dan itu sangat keren. Beberapa orang tampak terpesona, apalagi adik kelas nata di SMP yang belum kenal jelas dengan nata mereka menatap kagum pada laki-laki itu. Tak lama Anaya mengambil skateboardnya dan ikut bergabung dengan yang lain.

Gadis berambut ikal itu tampak senang melihat apa yang ada di depannya, beberapa kali ia tertawa lepas dan bertepuk tangan. Lalu tak lama nata menghampirinya dan berhenti bermain skearbord lalu duduk di samping Sena.

"Mau?" Sena menaggguk dia mengambil teh botol yang di berikan oleh nata. Nata tampak kelelahan itu terlihat dari keringatnya yang berlumuran di area pelipisnya. Dengan detak jantung yang kencang bahkan sampai terdengar oleh Sena, sepertinya hal tadi cukup memacu adrenalin nata. Tapi anak laki-laki itu tampak sangat menikmati.

Tak lama nata memandang kembali pada Sena dan melihat binar senang di kedua bola mata Sena, "mau gue ajarin?" Tawar nata dan mendapatkan gelengan ragu dari Sena.

"Takut jatuh Nat..." Cicit nya, nata terkekeh ringan.

"Monyet kaya lo kan udah biasa jatuh na, udah ayo gue ajarin, tapi di gedung sebelah biar gak terlalu ramai"

"Sialan Lo! Malah di samain sama monyet lagi!" Cibir Sena, tentu saja dia kesal.

Nata mengenggam tangan Sena lalu membawanya melangkah ke salah satu gedung yang tidak jauh dari sini, ternyata itu masih bagian dari sky skateboard. Disini juga ada beberapa orang yang sedang dilatih main skateboard, mungkin ini sepertinya tempat untuk para pemula?. Nata mengambil skateboard sederhana berwarna biru muda bercampur hitam dengan tulisan Pranata.

"Ini punya gue waktu pertama latihan, mau coba?"

Sena tampak berfikir tapi pada akhirnya ia mencoba. Nata mempraktekan beberapa gaya sederhana dan diikuti oleh sana, berhasil!. Sena berhasil menjaga keseimbangannya agar tidak terjatuh juga dalam menjaga agar tidak terkilir

Nata tersenyum senang saat melihat Sena tertawa lepas tapi tak lama kemudian ia ikut panik saat Sena hampir jatuh dari skateboard, nata maju selangkah dan membawa Sena ke pelukannya. Mereka bertatapan cukup lama, tampak Sena shock sedikit. Nata kembali tersadar lalu berdehem sebentar.

"Lo gak papa?"

"Nggak, sakit doang ini" tunjuk Sena pada bagian punggung kakinya.

"Duduk dulu bentar"

Mereka duduk di atas kursi panjang tanpa senderan, nata memeriksa kaki Sena dan untungnya hanya ada sedikit memar tidak terlalu parah. Khawatir bentar lagi malam nata mengajak Sena pulang karna memang nata hanya izin mengajak Sena main sebentar keluar, dan mami mengizinkan mereka bermain asal pulang sebelum Maghrib.

"Kita pulang?" Sena mengangguk setuju ia berdiri dan mengikuti nata ke area perkiraan. Tanpa Sena sadari ternyata dari tadi ada Sego. Laki-laki itu datang hendak bermain skateboard bersama dengan yang lainnya tapi tanpa sengaja melihat Sena dari kejauhan.

Sego mengepalkan tangannya tak terima saat ternyata perempuan yang baru saja beberapa hari lalu membuatnya jatuh hati ternyata adalah, sahabat dari orang yang paling ia benci.

"Udah lah, yang udah jangan keulang lagi!" Anaya menepuk bahu Sego.

"Gue ga mau ngalah, kalo emang nata mau ngambil jabatan itu terserah. Tapi buat perasaan gue gak mau ngalah lagi!. Cukup dua taun lalu gue bodoh gara-gara ngalah soal cewe ke si brengsek itu!"

"Jangan dendam sama nata, kalian cuma salah paham!" Peringat Anaya tapi tidak merubah pandangan apapun dalam diri Sego, "Lo gak tau apapun Anaya, gue pulang. Gak jadi main, ganti aja sama yang lain"

Sampai sini paham?

Nata Sena (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang