NEW - 27

26.8K 1.5K 7
                                    

!!NEW VERSION!!

!!Cerita ini sudah TAMAT!!

!!Versi lama dan lengkapnya bisa kamu baca di lapak sebelah. Nama lapaknya sudah kusematkan link di bio-ku!!

.
.
.

Milly tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya setengah mati—mendadak ia sulit bernapas, kakinya lemas, ingin berteriak—tapi Milly berusaha untuk menjaga ekspresinya sebaik mungkin. Meski ia sendiri tidak yakin apa ia bisa menjaga ekspresinya sedemikian rupa.

"Pacarmu?" Perempuan bernama Silvia itu juga sama terkejut dan menatap El dan Milly bergantian. Bahkan perempuan cantik itu menunjuk sambil memperhatikan penampilan Milly dari atas sampai bawah.

Tatapannya seakan berbicara "hello, are you joking right now?"

Dan seakan tahu dengan tatapan penilaian itu, El semakin mengeratkan rangkulannya. "Iya. Kenalan dulu dong Sil—ini namanya Milly. My boo, ini yang aku ceritain tadi ke kamu tadi—dia Silvia."

Milly dan Silvia saling menatap sesaat. Oh, pria ini sedang melakoni drama rupanya. Pikir Milly sambil mengangguk mengerti.

Silvia mengulurkan tangannya ke arah Milly. Putih, bersih dan terawat. Itulah yang ada dipikiran Milly ketika tangan itu sedang menyambutnya.

Sesaat Milly menilai tangan kanannya sendiri—putih? Tidak juga! Bersih? Bersih! Terawat? Tentu saja!—Tidak salah Milly berteman dengan Ruby yang tahu tentang hal per-skincare-an.

Membicarakan gadis itu—kenapa Ruby belum muncul juga? Pikir Milly.

"Milly." Kata Milly lalu tangannya meraih tangan Silvia. Sentuhan kulit bertemu kulit itu membuat Milly terperangah karena kulit perempuan itu lebih lembut ketimbang Milly.

"Kenapa kamu nggak bilang dari awal kalau kamu membawa pacarmu ke sini? Kalau aku tahu, seharusnya aku tidak memintamu untuk menjemputku di depan tadi." Kata Silvia pada El setelah selesai berjabat tangan dan menatap sinis ke arah Milly.

Sinis? Iya, Milly melihat tatapan itu tampak berbeda sejak mereka bertemu. Milly tidak berasumsi jelek, buktinya perempuan itu semakin tajam menatapnya.

"Santai, hanya sekedar menjemputmu sampai aku memperkenalkanmu dengan pacarku. Kita bisa masuk bersama kalau gitu."

Belum selesai tercengang dengan keadaan yang menimpanya saat ini, kini Milly dipaksa mengikuti langkah mereka menuju pintu yang dilalu lalang orang-orang.

"Kak El, sepertinya aku tidak bisa masuk ke dalam sana. Ijinkan aku pergi Kak." Bisik Milly disela perjalanan mereka menuju pintu neraka itu sambil ia melepaskan diri dari rangkulan El. Milly menyebut neraka karena sebentar lagi El akan membuat ulah yang akan membuat Milly kelimpungan di sampingnya.

"Kenapa kamu tidak bisa masuk, ini tempat umum, siapapun bisa masuk termasuk kamu my boo."

Oh Tuhan, seandainya Milly memiliki kekuatan ekstra supaya bisa menutup mulut pria itu agar tidak memanggilnya my boo lagi.

"Aku--kebelet."

"Toilet ada di dalam, kamu bisa ke sana nanti." Kata El tanpa melonggarkan rangkulannya.

"Aku harus pulang Kak El. Aku nggak bisa pakai toilet umum." Kilah Milly.

"Tapi sayang lho kalau kita nggak masuk ke dalam—ada banyak makanan enak menanti kita. Pasti kamu akan betah dan nggak mau pulang." Bisik parau pria itu berhasil membuat tubuh Milly bergetar.

TEMAN KAKAKKU (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang