NEW - 60

16K 901 11
                                    

!!Cerita ini sudah TAMAT!!

!!Versi lama dan lengkapnya bisa kamu baca di lapak sebelah. Nama lapaknya sudah kusematkan link di bioku!!

.

.

.

Sudah sejak lama Milly menantikan malam ulang tahunnya akan berakhir indah. Kue ulang tahun sederhana. Lilin-lilin kecil menyala. Beberapa kudapan kesukaan Milly terhidangkan. Minuman soda yang menyegarkan tenggorokan. Bingkisan kado yang menumpuk. Lalu dirayakan bersama Adit, El, Ruby, dan tamu yang datang ke acaranya.

Bukankah itu akan menjadi hari ulang tahun yang paling bahagia? 

Namun malam ini, hari ulang tahunnya yang telah ia rayakan bersama Adit, El, Ruby, dan tamu lainnya tidak sebahagia apa yang Milly bayangkan.

Justru sebaliknya, Milly tidak ingin membayangkan acara ulang tahunnya malam ini.

Terlihat bingkisan kado yang Milly letakkan di dekat tempat tidurnya belum ada satupun yang ia berniat buka. Kue ulang tahunnya tadi terlihat masih utuh dan tidak sedikitpun ia makan ataupun disentuh karena Milly memilih untuk mengurung diri ke kamarnya dan membiarkan semua orang menatap kepergiannya sehingga acara terhenti begitu saja.

Sebenarnya Milly tidak mau seperti itu, tapi ia tidak ingin kesedihannya menjadi sebuah tontonan. Hari ini rasanya begitu sentimental. Milly tidak yakin jika besok harinya akan kembali seperti sedia kala.

Atau tetap mengundang kesedihannya.

Karena ia tidak ingin kembali ke halaman belakang, Milly memutuskan untuk berganti pakaian, menghapus riasan tipis di wajahnya—walau riasannya sudah pudar karena tadi ia sudah menangis—lalu Milly membaringkan tubuhnya ke tempat tidur.

Tak hanya sentimental, tubuhnya juga terasa lelah. Hari ini emosinya benar-benar terkuras hingga Milly tak kuasa menahan kantuknya.

Milly mulai memejamkan matanya. Napasnya mulai teratur dan ia sudah merasa bahwa mimpi akan menariknya sebelum ketukan pintu terdengar.

Alhasil Milly membuka matanya lagi, namun ia tidak menoleh ataupun beranjak ke pintu. Hingga suara serak Adit dibalik pintu mengudara. "Ini kakak dek, boleh kakak masuk?"

Milly tidak menjawab dan ia tetap berbaring di tempat tidurnya. Ia hanya mendengar derit pintu yang terbuka. Sepertinya Milly lupa mengunci pintu hingga Adit langsung mendorong pintu dan Adit  berhasil masuk tanpa kesulitan.

"Sudah tidur ya?" Milly kembali tidak menjawabnya. Ia memilih berpura-pura memejamkan matanya dan mendengar derap langkah kaki Adit yang ingin mendekatinya ke tempat tidur.

Sunyi kembali menyapa mereka. Milly kira Adit melihatnya sudah tertidur dan tidak ingin mengganggunya. Sebaliknya--pria itu beranjak ke tempat tidur, merangkak pelan mendekati punggung Milly lalu memeluknya erat seakan Adit tidak ingin melepaskannya sedikitpun.

Milly hampir saja tersentak dengan pelukan itu sebelum Milly berhasil mengendalikan dirinya dan terus melakoni perannya berpura-pura tidur dipelukan Adit.

Dalam pejaman matanya, Milly merasakan hangat tubuhnya Adit memeluknya. Milly juga merasakan bahwa Adit masih mengenakan kemaja yang ia kenakan di acara tadi. Sepertinya Adit belum mengganti pakaiannya. Begitulah yang dipikirkan Milly yang masih berkutat memejamkan matanya.

Deru napas hangat Adit juga Milly rasakan di antara puncak kepalanya. Hangatnya napas Adit mengingatkannya di saat Adit sering memeluknya dengan erat ketika dulu mereka sering berbagi tempat tidur bersama.

TEMAN KAKAKKU (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang