NEW - 64

11.7K 642 4
                                    

!!Cerita ini sudah TAMAT!!

!!Versi lama dan lengkapnya bisa kamu baca di lapak sebelah. Nama lapaknya sudah kusematkan link di bioku!!

.

.

.

Dua kemungkinan pada pikiran El hanya bisa memutari kepalanya begitu saja. Sebenarnya El bingung, perasaannya berkecamuk, ia sedih dan ingin marah. Tapi ia tidak bisa meluapkan apa yang seharusnya ia lakukan. Ia tidak bisa menjabarkan selain ia merasa.. terluka.

Ia terluka dengan apa yang telah ia lalui. Ia terluka dengan kenyataan yang harus ia hadapi. Mungkin jika ia menceritakan kepada orang lain, ia rasa orang tersebut akan menganggapnya berlebihan. Katakan seperti itu, El menerimanya dengan berlapang dada. Karena memang begitu keadaan dirinya.

Fisiknya tidak sakit, tapi hatinya. Fisiknya dapat berdiri dengan sempurna, tapi ia rapuh, berusaha untuk tetap berpegang teguh dengan keputusan yang—bahkan ia tidak tahu apakah ia yakin dengan hal itu.

Tapi itu hanya beberapa saat saja setelah ia berhadapan dengan Adit. Ketakutannya untuk mengungkapkan perasaannya pada orang lain, hal itu sirna ketika Adit bersukarela menawarkan diri untuk menjadi penopang El dikala El membutuhkannya.

"Aku takut Dit." Lirih El dengan kepala menunduk. Tanpa Adit melihat ekspresi El, Adit tahu bahwa sahabatnya sedang tidak baik-baik saja.

"Kamu berhak untuk takut, El. Kamu manusia biasa, wajar saja jika kamu takut."

"Aku pikir, orang lain akan menganggapku berlebihan."

"Apa aku terlihat meragukanmu?" alis Adit naik sebelah, seperti terlihat kurang suka walau 'orang lain' yang dimaksud El bukanlah dirinya.

"Aku tahu kamu, meski tidak sedalam apa yang kutahu. Tapi aku cukup tahu kamu, El. Tidak hanya kamu, aku pun juga takut. Milly adalah satu-satunya harta yang kumiliki. Milly adalah peninggalan ayah dan ibuku. Tentunya aku ingin dia selalu ada di sisiku, seperti pesan mendiang orang tuaku untuk menjaga adik kecilku sebagaimana mestinya."

"Aku bukan kakaknya. Aku juga bukan siapa-siapa baginya. Aku hanya emngatakan bahwa aku sangat menyukainya. Tapi aku takut dia pergi."

"Aku tahu dia berharga untukmu juga, setelah ayahmu di Inggris. Tujuan dan keinginan kita itu sama, kita ingin bersama Milly, hanya beda konteks."

"Tapi—aku tidak ingin Milly menganggapku pria yang kejam. Egois. Serakah. Tidak memikirkan perasaannya. Aku tidak mau." El menghela napasnya, kepalanya semakin menunduk. Kepalanya mendadak nyeri.

"Jangan lupa dengan masa laluku yang kelam. Aku yakin ia memikirkannya—terutama setelah ia mengetahui semuanya tentangku."

"Itu pasti. Dia akan selalu memikirkanmu, El."

"Maka itu alasan dia ingin pergi.

Adit bangkit dari kursi kerjanya lalu berjalan menuju dinding kaca yang sudah menghiasi cahaya senja sore. Seperti biasa, pemandangan kota akan selalu ramai oleh kepadatan kendaraan karena jam kerja sudah usai untuk hari ini. Tapi entah kenapa—bagi Adit—kali ini senja sore terlihat indah dan menghangatkan dirinya.

"Milly tidak pernah mengatakan hal tentangmu padaku seperti itu. Meski aku dan Milly belum membicarakan tentangmu dengan serius. Tapi aku yakin, Milly akan selalu percaya padamu."

"Dengan segala keburukanku dan setelah ia melihat interaksiku dengan Risma tidak seperti layaknya ibu dan anak sebagaimana mestinya? Bahkan Milly pernah melihatku berteriak di depan Risma. Maka dari itu Milly memilih untuk berkuliah di perancis dan ia bsia menjauh dariku."

TEMAN KAKAKKU (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang