NEW - 70

15.5K 591 22
                                    

!!Cerita ini sudah TAMAT!!

!!Versi lama dan lengkapnya bisa kamu baca di lapak sebelah. Nama lapaknya sudah kusematkan link di bioku!!

!! 21+!!

.

.

.

Jangan macem-macem selama di sana!

Aku mengijinkanmu karena Milly akan pergi jauh.

Jangan rusak kepercayaanku!

Awas saja kalau ketahuan kamu macem-macem!

Aku tidak akan pernah memaafkanmu!

Apa sekarang El baru saja merusak kepercayaan Adit, karena sekarang El begitu kagum menatap tubuh indah Milly tanpa sehelai benang di sana?

Sebenarnya masih tertinggal kain tipis kecil menyembunyikan sesuatu di bagian bawah sana, memancing El untuk segera menariknya dengan kasar, atau melepaskannya dengan cepat, atau pun merobeknya agar lebih mudah, atau mungkin ia harus segera melucutinya agar ia segera menikmati betapa indahnya pemandangan yang ia lihat ini. Seluruhnya.

Bagaimana tidak indah? Tubuh Milly ibarat pahatan patung yang tercetak indah secara jelas, detil, dan tentu baginya memiliki lekukan tak pasti tetapi dapat membangkitkan sisi bengis El setelah sekian lama ia menahan diri.

Milly yang berada di bawah sana baru selesai melenguh saat setelah ia berhasil meraup oksigen sebanyak mungkin. El benar-benar tidak membiarkan Milly santai di bawah kukungannya beberapa saat yang lalu. Bibir itu terlihat semakin bengkak, padat, lembab dan memerah. Pipi itu juga ikut bersemu merah dan terdapat bekas tumpahan air mata.

Milly menangis, bukan karena merasa tersakiti.

Sebaliknya, ia menikmatinya. Terasa nikmat sampai-sampai ia tidak menyangka bahwa kenikmatan tersebut melebihi akal sehatnya.

"Are you okay, manis?" Suara rendah itu kembali menggema dan kian merusak akal sehat Milly. Manis? Milly jadi teringat di mana pria itu sering kali menggodanya pada saat mereka di bali. Dan kini pria itu memanggilnya lagi dengan nada berat nan sensual setelah sekian lama. Tak lupa dengan nada menggodanya.

Sungguh, Milly dikalang kabut oleh nafsunya sendiri. Tatapan sayu yang masih berlinang air mata itu menatap tubuh tegap El secara terperinci, setiap lekukan yang tercipta di sana, tulang leher, serta garis keringat di sekitar kening lalu turun ke leher menggelapkan pandangannya.

Milly kembali melenguh ketika El menyapu tangannya membelai kulitnya, terdengar seksi di pendengaran El. Milly kian menatapnya seakan sedang memohon untuk kembali memberikannya lebih banyak akan kenikmatan lain yang belum pernah Milly rasakan sebelumnya.

Tapi sekarang El butuh kepastian. Ia butuh Milly mengatakan sesuatu. Sesuatu yang mengharuskannya untuk berhenti. Atau lebih tepatnya—tidak berhenti.

"Aku butuh jawabanmu. Kalau kamu nggak nyaman dan ingin berhenti, katakan padaku. Aku akan menurutimu dan aku tidak akan menyakitimu. Janji, aku tidak akan memaksamu."

Tidak memaksa? El mendengus dalam hati. Ibarat malaikat yang dapat mengabulkan keinginan sang pemohon untuk dilepaskan dari siksaan seorang iblis.

Seandainya Milly tahu, iblis itu justru ingin kembali menerkamnya sekarang juga.

"K-kenapa.. harus ijiin? K-kakak k-kan udah bukaa dan melihat semuanyaa.." erangnya begitu pelan di bawah El. Tampak lemah tak berdaya. Keberanian untuk mengatakan sejujurnya bahwa Milly menyukainya dilapisi dinding keraguan, wajahnya kembali bersemu membayangkan bagaimana ia kembali merintih di bawahnya, untuknya, padanya ketika El kembali bermain dengannya; mencecapnya, menyentuhnya, menghantarkan usapan lembut hingga sekujur tubuhnya meremang kuat, bermain dengan gerakan kasar tetapi memabukkan, hingga berakhir dengan.. penyatuan.

TEMAN KAKAKKU (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang