NEW - 75

11.7K 536 11
                                    

!!Cerita ini sudah TAMAT!!

!!Versi lama dan lengkapnya bisa kamu baca di lapak sebelah. Nama lapaknya sudah kusematkan link di bioku!!

.

.

.

Milly baru saja membuka salah satu buku yang telah ia kumpulkan di Perpustakaan. Halaman demi halaman ia membalikkannya dan menemukan sebuah judul yang akan ia baca.

Demi menyelesaikan tugas yang belum selesai, terpaksa Milly mengurung dirinya ke Perpustakaan. Dan sepertinya, Milly akan menghabiskan waktunya di sana. Mungkin seharisna, sampai malam. Milly tidak yakin karena ia harus membaca dan merangkum beberapa bab supaya ia bisa menyalinnya ke buku tugas.

Milly telah berbohong pada El. Kemarin ia mengatakan bahwa tugasnya sudah ia selesaikan dengan baik, tapi nyatanya—tugasnya itu seakan sulit terkikis. Pebimbingnya suka sekali menambah tugas meski tugas sebelumnya baru hangat-hangatnya diberi. Baru satu tugas datang, tugas lainnya menyusul. Begitu terus sampai Milly hampir saja muak menatap tugasnya sendiri.

Demi menyelesaikan tepat waktu, Milly mau tidak mau harus melakukan ini. Ia hanya terdiam dan benaknya hanya melatunkan kalimat iri menatap jendela.

Emma dan Noel, teman-temannya di Perancis berbeda jurusan itu berada di halaman luar, tepat di belakang gedung Perputakaan. Melalui jendela kaca, Milly bisa menyaksikan bagaimana halaman itu sangat luas untuk dinikmati, sudah dipenuhi beberapa mahasiswa yang sedang menikmati suasana dingin di sana.

Siang ini, salju kembali turun namun tidak membuat mereka-mereka yang di sana khawatir. Saljunya tidak turun deras. Salju tidak terlalu menumpuk halaman. Sehingga beberapa dari mereka yang di halaman luar mulai sibuk bermain. Ada yang tengah membuat boneka salju, mengumpulkan bola saju, dan apapun yang terbuat dari salju.

Begitupun dengan Emma dan Noel. Mereka mulai asik mengumpulkan benda dingin itu menjadi beberapa bola, lalu masing-masing mereka melemparkan bola itu ke satu sama lain. Menyerang. Ada rasa sakit ketika bola salju itu mengenai mereka, tetapi mereka tampak senang. Dinginnya salju tidak mempengaruhi euphoria bermain.

Milly ingin sekali ikut bermain bersama mereka. Sangat. Tapi tugasnya memaksanya untuk tetap berada di Perpustakaan. Ia kembali menunduk dan membaca satu persatu kata dengan perasaan dongkol. Sungguh, ia ingin sekali bermain di luar. 

Namun ia hanya bisa kembali menunduk, kembali menatap ratusan kata yang tercetak di buku tebal itu lalu membacanya ulang. Tadi sampai mana? Milly menghela napas. Ia harus segera menyelesaikan tugasnya. Kalau bisa, sebelum matahari benar-benar tenggelam.

Ketika Milly mrmbaca ulang, ketukan jendela terndengar dan lantar Milly mendongak. Mendapati Emma dan Noel bergerak antusias mengajak Milly keluar dan bermain bersama mereka.

Milly menggeleng lemah. Tugas menjadi alasan terberat Milly. Ia tak beranjak sedikitpun. Kembali menatap buku itu dan membaca kembali.

Baru beberapa menit Milly membaca, ia mulai jengah. Bosan. Ia mendongak dan kembali memandangi pemandangan dari jendela. Walau bersalju, orang-orang di sana merasa tak terganggu. Mereka tampak senang. Memang bulannya memasuki musim salju dan mereka begitu menyambut.

Tiba-tiba saja ia teringat El. Lantas ia membuka ponsel. Membuka aplikasi kamera dan membagikan momen salju tersebut lalu segera ia kirim melalui pesan.

Milly jadi membayangkan bagaimana jika El ada di sini. Memikirkan angan-angannya yang di mana ia bisa menikmati salju bersama El. Melempar bola salju, membuat peri, dan permainan lainnya. Tentu mereka akan lakukan bersama. Tertawa bahagia dan tak ingin terpisahkan lagi.

Sudah dua tahun mereka berpisah. Terakhir Milly pulang ke Indonesia tahun lalu tetapi ia tidak bisa bertemu El karena El masih di luar kota mengurus pekerjaan.

Milly hanya bisa melihat El melalui video call. Hampir setiap hari. Tergantung waktu yang mereka jalani. Susah, karena perbedaan waktu sangat signifikan. Namun mereka masih berusaha untuk melakukannya. Hampir setiap hari. Demi mengikis rasa rindu mereka. Masih bisa melihat bagaimana wajah tampan El tersenyum dan sakit, marah dan sedih, suara merdu El memanggil namanya setiap hari membuat Milly merasa bersyukur.

Namun tetap saja Milly merasa kurang. Hatinya mengganjal. Video call tak bisa mengurung keinginannya terlalu lama untuk meluapkan kerinduannya. Video call tak bisa menahan dirinya terlalu lama untuk menyentuh pria itu.

Video call juga tidak bisa membuat Milly merasa tenang. Sebab, akhir-akhir Milly melihat sosial media El yang sering berinteraksi dengan seorang wanita yang baru saja menjadi karyawan baru di perusahaan El bekerja. Milly melihat beberapa komentar yang tersematkan yang intinya wanita itu suka dengan El. 

Milly selalu berusaha percaya pada El. El nya tidak mungkin bermain api.

Mencoba berpikir positif, tetapi ada kalanya hatinya merasa resah.

Melihat ponselnya tak bergetar akan balasan pesannya, resahnya berubah menjadi gelisah.

Menghalau kegelisahannya, Milly kembali memusatkan dirinya pada buku-buku itu.

*****

Dikit ya? Segini dulu ya.
Mau tamat soalnya, blm rela wkwk

TEMAN KAKAKKU (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang