NEW - 76

17.9K 625 9
                                    

!!Cerita ini sudah TAMAT!!

!!Versi lama dan lengkapnya bisa kamu baca di lapak sebelah. Nama lapaknya sudah kusematkan link di bioku!!

.

.

.

Sesuai keinginan diawal, akhirnya, pukul tujuh waktu Perancis Milly tiba di Apartemennya.

Tas jinjingnya ia lepas dan diletakkan asal. Melangkah gontai dan melewati dapur lalu sofa. Sebelum mendaratkan seluruh tubuhnya yang lelah ke Bean Bag, Milly menyalakan perapian tak jauh dari sana. Udara dingin menusuk tulangnya. Mengeluh sejenak, mengharap lelahnya bisa terlepas dari tubuhnya.

Cukup lama ia terdiam sambil memejamkan mata. Merasakan lelahnya mulai tersulut perlahan. Lalu Milly membuka mata, melirik jam dinding yang kini menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit.

Harusnya ia segera mandi. Tubuhnya lengket berkat seharian menjadi orang sibuk. Tugasnya sudah selesai dikerjakan. Setelah mandi, Milly langsung makan lalu tidur.

Namun ia masih ingin di Bean Bag. Kembali memejamkan kedua matanya. Beberapa menit saja. Setelah ini Milly akan mandi. Sungguh. Meski tubuhnya masih menggigil, tapi Milly nggak akan betah jika ia terus menunda mandi setelah beraktifitas.

Matanya tak lagi memejam, kini Milly beralih mengecek ponselnya. Belum ada notifikasi yang ia harapkan sedari tadi. Pesannya pada El belum mendapat respon. Milly melenguh kesal. Apa pria itu sangat sibuk sampai ia tak kunjung membalas pesannya?

Apa jangan-jangan El sedang asik dengan karyawan baru itu? Tidak! Milly menggeleng pelan tentang pikiran jelek itu. El tidak akan menduakannya. Milly sangat yakin. El sangat mencintainya.

Di setiap harinya mereka selalu mengirim pesan dan video call. Akan tetapi, Milly mulai sadar jika komunikasi mereka mulai melonggar. Kesibukan menjadi alasan utama. Milly sibuk dengan tugas, El sibuk dengan kary--

Tidak! Kerjaan! Ayo Milly, buang pikiran itu. El mencintaimu. Milly yakin seratus persen.

Penuh percaya diri dan tanpa berpikir panjang, Milly melakukan panggilan video. Dering pertama, dering kedua, dering ketiga, layar ponsel Milly tak kunjung berubah.

Milly mencoba lagi. Sekali. Dua kali. Hingga ketiga kali. El tak kunjung meresponnya. Milly mendengus kesal dan langsung melempar ponselnya asal.

Sebal! Milly menghentakkan kaki ke lantai. Kenapa bisa El tidak mengangkat panggilannya? Itu sama saja membuat pikiran negatif Milly semakin besar dan menjadi-jadi.

Dari pada melihat ponselnya tak kunjung berbunyi karena notifikasi, Milly mulai bangkit dan bergegas ke kamar mandi. Ia melepaskan coat panjangnya lalu melesat masuk ke kamar mandi.

Begitu selesai, memakai pakaian hangat, lalu merebahkan dirinya ke tempat tidur, ada ketukan pintu terdengar. Milly mengernyit sejenak, siapa yang datang ke Apartemennya? – Setahunya,Emma dan Noel tidak mengatakan bahwa mereka akan mampir. Sebelum beralih pada pintu yang kembali terdengar ketukan, Milly mengecek ponselnya, memastikan pesan teman-temannya. Mungkin ia lupa kalau mereka akan mampir. Namun memang tidak ada diantara mereka yang mengatakan itu.

Maka Milly kembali beralih ke pintu. Melangkah pelan dan terhenti di daun pintu. Milly menanyakan siapa yang berada di sebrangnya menggunakan bahasa Perancis, tetapi tidak ada sahutan di sana.

Walau ragu, ia memutar kenop. Perlahan. Lalu ia membuka pintu juga dengan pelan hingga deritan pintu terdengar.

Milly sepertinya bermimpi. Malam ini, ia sedang bermimpi berhadapan dengan sosok pria bertubuh tinggi tegap yang sangat amat ia rindukan selama ini.

TEMAN KAKAKKU (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang