!!NEW VERSION!!
!!Cerita ini sudah TAMAT!!
!!Versi lama dan lengkapnya bisa kamu baca di lapak sebelah. Nama lapaknya sudah kusematkan link di bio-ku!!
.
.
."Saudara Arkana Bramawan dan saudari Risma Poernama—dengan ini gugatan perceraian kalian dikabulkan."
Ketukan palu terdengar dan orang-orang yang berada di dalam sebuah ruangan besar beranjak untuk meninggalkan tempat.
Hari ini cuaca sangatlah cerah, namun hal itu tidak membuat hati Elkana Bramawan secerah sinar matahari.
El beranjak dari kursi kayu yang tersedia di dekat pintu lalu menatap orang-orang yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. El memperhatikan mereka satu persatu sampai El termenung menatap seorang wanita berjalan melewatinya begitu saja tanpa ia sadari akan kehadiran El yang tidak henti menatapnya.
"El, kemari nak.." seorang pria berkemeja lusuh keluar dan menghampiri El. Ia memperhatikan El yang masih menatap punggung Ibunya semakin jauh.
"Kita pulang ya nak." El menoleh akan kehadiran ayahnya yang sudah berdiri di sampingnya dan menyentuh bahunya.
"Dia pergi... Ayah..." Tatapan El mulai berkaca-kaca. Berusaha ia menahan supaya air matanya tidak turun. Namun tepukan hangat Arkana membuat sekujur tubuhnya gemetar.
"Maafin ayah ya nak, ayah gagal memperjuangkan ibu." Kata Arkana lirih dan bergetar. Ia berusaha untuk menahan kesedihannya juga agar El tak mencemaskannya.
"Kenapa—ayah?" El menoleh lagi ke arah ibunya. Risma Poernama—masih tampak cantik dan elegan menggunakan blazer dengan rok pendek berwarna hitam diumurnya yang memasuki kepala empat. Kaki jenjangnya terus melangkah menjauhinya.
El masih terdiam di sana, ia mencoba dan menunggu wanita itu berbalik dengan pandangan kosong. Hanya itu yang bisa El lakukan karrna lidahnya kelu, seakan sulit untuk memanggilnya.
Ia teringat kembali akan kejadian terakhir yang dimana Arkana dan Risma bertengkar hebat. Pertengkaran mereka sudah menjadi konsumsi sehari-hari El. Hanya saja saat itu ada Adit yang kebetulan sedang bermain di rumah El dan tidak sengaja mendengar pertengkaran hebat mereka.
El pikir pertengkaran mereka akan berakhir dengan kemenangan Risma dan wanita itu langsung pergi dan tidak pulang beberapa hari. Seperti biasa—El sudah hapal sama kebiasaan ibunya setelah pertengkaran dengan ayahnya terjadi.
Namun saat itu Risma lebih banyak berteriak, Risma juga sering menekankan setiap perkataannya dan menyudutkan Arkana karena status Arkana sebagai pegawai teknisi listrik tidak lebih hebat dari status Risma sebagai jurutama masak yang membuat namanya semakin naik daun.
Ditambah dengan keterangan Arkana yang menyudutkan Risma terlebih dahulu karena Risma kepergok pergi bersama dengan seorang pria di sebuah hotel. Pria itu adalah salah satu pemegang saham dari beberapa perusahaan Tbk dan belum lama ia kehilangan mendiang istrinya karena jatuh sakit.
Arkana tidak terima melihat Risma bersama pria itu, sehingga pertengkaran kembali terjadi namun Risma semakin mencaci maki Arkana.
Hingga kata perceraian keluar dari mulut Risma. El masih belum merasa terguncang setelah Risma mengakhiri pertengkarannya lalu berbalik dan menatap El yang baru saja menyaksikan pertengkaran mereka.
Saat itu Risma mengatur napasnya setelah lelah berteriak, dan ia menatap El tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. El tahu karena Risma melangkah dan melewatinya begitu saja tanpa mengucapkan sesuatu padanya.
Sekali lagi El kira Risma hanya terbawa emosi, ia akan pergi beberapa hari lalu ia akan kembali pulang.
Tapi ternyata El lagi-lagi salah, wanita itu pergi. Hari demi hari, bulan demi bulan, cukup lama hingga El tidak bisa menghitungnya lagi. Wanita itu juga tidak lagi menghubunginya walau El sudah mencoba memberikannya beberapa pesan dan menanyakan kabar wanita itu. El juga mencoba mencarinya ke tempat kerja Risma, tapi El selalu gagal untuk bertemu dengannya dengan alasan Risma tidak ada di tempat, seakan Risma menghindarinya.
Lalu akhirnya mereka dipertemukan kembali setelah sang hakim mengabulkan permohonannya dalam perceraian tersebut. Risma melangkah pongah, tidak menghiraukan El yang kini mulai menangis dengan hati yang remuk.
Untuk terakhir kalinya El lagi-lagi mencoba berharap kepada wanita itu. Mungkin El merasa konyol tapi ia percaya akan suatu pernyataan yang pernah Adit katakan sebelumnya, naluri ibu dan anak sangat kuat. Dengan pernyataan konyol itu El menaruh sisa harapannya—setidaknya El ingi Risma berbalik dan menatapnya, lalu Risma menghampirinya dan mereka berpelukan.
El ingin sekali memeluk wanita itu, ia ingin mengatakan bahwa ia ingin mencium aroma hangat di tubuh wanita itu, ia ingin menangis di bahu yang terlihat kokoh itu, El ingin mengatakan bahwa sangat merindukan ibunya.
El masih menginginkan kehadirannya.
Tapi yang El dapatkan wanita itu tetap pergi, lalu datanglah seorang pria berpakaian formal yang namanya pernah menjadi bahan pertengkaran ibu dan ayahnya.
Pria itu mengulurkan tangannya, dan Risma tak segan meraih tangan itu tanpa menoleh ke arah manapun. Seakan ia sudah terbebas dari kurungan yang selama ini mengurungnya dan ia sudah bebas memilih apa yang ia inginkan.
Melihat pemandangan itu El hanya bisa menangis dalam diam. Dan ketika Risma berbalik dan menatap El yang sedang menangis atas kepergiannya—ternyata Risma sadar akan kehadiraannya saat itu—dan El bergeming melihat Risma tidak melakukan apapun selain menatapnya dan ia kembali pergi bersama pria itu.
Di saat itulah perasaan El benar-benar sangat hancur. Dan di saat itu pula, El mengingatkan dirinya untuk tidak mengharapkan keberadaan Risma lagi.
El sudah menganggap bahwa ia tidak pernah memiliki ibu.
Namun nyatanya Tuhan mempertemukan mereka lagi setelah sekian lama.
El tidak mengerti di saat ia sudah tidak mengharapkannya lagi kenapa Tuhan kembali mempertemukannya.
Karena bagi El saat ini, Risma hanyalah parasit di masa lalunya dan ia harus membunuh parasit itu agar ia bisa kembali melanjutkan hidupnya yang bahagia.
Iya—El menginginkan kehidupan yang bahagia. Tanpa adanya Risma di hidupnya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN KAKAKKU (NEW VERSION)
Romance!!NEW VERSION!! !!OLD-VERSION BISA DIBACA DI MANGATOON/NOVELTOON!! !!LINK DI BIO!! Milly hanya bisa memendam perasaannya terhadap seorang pria tampan yang merupakan teman kakaknya sendiri. Pria itu dingin, sulit digapai. Pria yang irit bicara, dan h...