TKK - 11

63.4K 3K 50
                                    

!!RE-PUBLISH!!

!!Cerita ini sudah TAMAT!!

!!Versi lengkapnya bisa kamu baca di lapak sebelah. Nama lapaknya sudah kusematkan link di bio-ku!!

.
.
.

Milly menatap layar ponselnya, berharap pesannya ke Kakaknya segera dibaca dan dibalas. Dari centang 1, lalu berubah menjadi centang 2. Namun centang tersebut tak berubah warna. Menatap area sekitar yang sudah sepi dan pesannya tak kunjung dibaca membuat Milly gelisah.

Hari sudah menunjukan pukul 7 malam, 1 jam sebelumnya Adit telah mengabari Milly bahwa ia udah dijalan untuk menjemput Milly.

Namun sampai sekarang Milly hanya menatap area sekolahnya kosong. Tak ada seorang pun yang menemaninya di sini. Mendadak Milly merasa menyesal kenapa ia tidak ikut saja dengan Nathan atau menebeng di mobil Ruby. Sudah pasti sedari tadi Milly sudah tiba di rumah.

Mencoba untuk menelepon Adit. Awalnya tersambung, namun tidak diangkat. Milly mencoba sekali lagi, lalu ia berdecak kesal karena tiba-tiba saja nomor Adit tidak tersambung.

Hawa dingin malam mulai semakin mengusik sekujur tubuh Milly. Sweather yang Milly kenakan mendadak nggak mampu menahan hawa dingin yang menusuk itu. Milly mulai mengigil, berharap Adit segera muncul.

Akhirnya Milly bernapas lega ketika ia melihat ada sebuah mobil masuk ke halaman sekolahnya. Buru-buru gadis berkuncir satu itu mendekati mobil tersebut. Ia berhenti di depan mobil ketika suara deru mobil tersebut juga berhenti.

Namun Milly mematung. Tercengang beberapa saat. Mobil yang ia hampiri bukanlah mobil sang Kakak.

Tak hanya itu, seseorang yang baru saja keluar dari mobil tersebut membuat Milly tak bisa bergerak berang sedetikpun.

Orang yang menghampiri Milpy bukanlah Adit. Melainkan El.

Benaknya mencoba untuk mencubit kesadarannya. Mungkin saja Milly sedang berhalusinasi. Iya. Terkadang kan Milly suka berhalusinasi. Milly suka membayangkan bagaimana rasanya dijemput seseorang yang ia sukai. Terkadang Milly sendiri suka iri dengan keromantisan Ruby dengan pacarnya yang suka antar jemput Ruby ke sekolah. Karena itu Milly jadi suka berhayal betapa senangnya jika El menjemputnya ke sekolah.

Tapi kini Milly sedang tidak berhalunasi. Atau berhayal. Atau apapun bahasa yang bisa menjelaskan keadaan Milly saat ini. Sekarang yang di hadapannya ini adalah sosok El yang asli. El bertubuh tinggi tegap dengan wajah rupawannya menatap Milly yang masih tercengang menatapnya.

"Adit lembur di kantor jadi nggak bisa jemput. Ayo pulang."

Bibirnya ikut membeku. Milly tak bisa berkata apapun selain terdiam memandanginya. Masih tidak percaya dengan semua yang ia alami sekarang.

Tunggu, baru saja El berbicara dengannya. El baru saja berbicara dengan Milly. Iya. El mengajak Milly bicara.

Tidak! Milly rasanya mencelos. Masih tidak percaya. Ini lebih dari sebuah mimpi yang ia idam-idamkan.

"Milly?" Sementara El mencoba menyentuh bahu Milly. Menepuknya. Memastikan bahwa gadis di hadapannya ini beneran Milly Andreansyah. Adik kesayangan Adit yang harus ia jemput di sekolah.

Sebelum tiba ke sekolah, Adit menyuruh El untuk menjemput Milly. Adit belum bisa pergi dari kantor karena urusannya belum selesai. Tak butuh waktu berapa lama, El langsung melesat pergi ke sekolah Milly.

"Kamu baik-baik saja?"

El mencoba mengajaknya berbicara lagi sambil menepuk bahunya lagi. Seketika Milly mengerjap cepat, seakan kesadarannya pulih dan buru-buru ia menjawab pertanyaan El.

TEMAN KAKAKKU (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang