NEW - 74

11.1K 512 5
                                    

!!Cerita ini sudah TAMAT!!

!!Versi lama dan lengkapnya bisa kamu baca di lapak sebelah. Nama lapaknya sudah kusematkan link di bioku!!

.

.

.

El baru saja tiba menginjakan kedua kakinya ke negara yang terkenal dengan land of hope and glory.

Sambil menarik satu koper besarnya, tubuh tegap berbalut pakaian hangat itu melangkah lebar dan menghampiri seseorang yang sudah lama menunggunya.

Duduk di kursi penunggu, pria itu bangkit dan tersenyum senang menyambut El yang juga memasang garis senyuman.

"Lama kita tak bertemu."

El segera melepaskan koper itu dan ia menghamburkan sebuah pelukan hangat kepada pria tua itu. Arkana Bramawan—pria berbalut pakaian yang sama hangatnya dengan El merengkuh erat anak semata wayangnya. Perlahan-lahan ia menghirup aroma tubuh anaknya yang sangat amat ia rindukan itu dan beberapa kali kedua tangannya menepuk punggung El sebagai tanda bahwa ia begitu bahagia menyambut anaknya.

"Maaf menunggu lama. Tadi pesawatku delay." El segera melepaskan pelukannya dan langsung diangguki kepala. Mengerti. Lelah menunggunya sudah lenyap oleh kehadiran El di hadapannya.

"Tidak masalah. Mau seharian pun aku akan tetap menunggumu di sini."

Tak mau berlama-lama di sana karena cuaca semakin dingin, Arkana menuntun El ke sebuah mobil yang sudah ditunggu oleh seorang sopir. Mereka bergegas masuk dan mobil segera meninggalkan Bandara.

Seharusnya tidak butuh beberapa menit mereka akan sampai di kediaman Arkana, tetapi ruas jalan saat ini sedang dipadati oleh penduduk yang tengah memeriahkan karena sebuah acara di sana. El hanya bisa menyaksikannya melalui kaca mobil melihat penduduk di sana sibuk mengerumungi orang-orang yang tengah memainkan alat musik. Terdengar meriah dan El merasa penasaran.

Namun ia tahu bahwa ia harus kekediaman Arkana terlebih dahulu. Pria tua di sampingnya tak bisa berlama-lama di luar mengingat kondisinya yang lemah. El heran, belum lama ia mendengar kabar bahwa Ayahnya seharusnya berada di rumah dan beristirahat, tapi sekarang pria tua itu tampak bugar menjemputnya ke Bandara. Tak terlihat jika pria itu tampak lemah seperti yang disampaikan melalui pesan singkat.

Mobil mereka berhenti di sebuah minimalis ala Inggris yang biasa El lihat di internet.

Rumah tinggi di pinggiran kota menjadi rumah ternyaman untuk Arkana selama di sisa hidupnya. El bisa melihat itu karena rumah itu terlihat hangat dengan cerobong asap yang menguarkan kepulan asap di sana.

El memasuki rumah setelah Arkana masuk. Ia disambut oleh suasana haangat akan banyaknya barang-barang Arkana di sana; guci, keramik, figura, alat pancing hias, patung, golf, lemari, dan beberapa set sofa yang diletakkan di setiap sudut ruangan. El tidak mengerti kenapa Arkana begitu menyukai rumahnya tertumpuk sofa. Karpet bulu yang sangat tebal juga menghiasi beberapa sudut. Dan dapur yang tampak sedikit berantakan.

"Aku salut sama Perawat Ayah yang betah tinggal di sini." Arkana mendengus mendengar kalimat sarkas itu. Arkana tahu setelah melihat kebingungan anaknya menatapi satu persatu barang-barangnya.

"Jangankan Perawat, aku yakin kamu juga akan betah tinggal di sini."

El tak menghiraukan ucapan Arkana karena ia kini teralihkan dengan figura-figura yang menumpuk di sudut ruangan lain. El memperhatian figura yang menampilkan sosok dirinya ketika ia masih kanak-kanak dulu.

TEMAN KAKAKKU (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang