LISA POV
Demi Tuhan aku ingin mengutuk Jisoo Unnie dan Chaeyoung. Aku tidak habis pikir apa yang mereka lakukan di bawah selimut itu.
Setelah aku memukul mereka menggunakan bantal, mereka mengeluarkan kepalanya dari bawah selimut. Yang benar saja!!! Mereka masih berpakaian lengkap tapi mengeluarkan suara-suara yang begitu menjijikan di telingaku! Dan bagaimana bisa Jisoo Unnie malah memarahiku karena aku mengganggunya? Shit! Kalian lihat kan manusia random dan kelakuannya itu?!?
Aku saat itu juga mengusirnya agar langsung masuk ke kamarnya. Persetan dengan filmnya, aksi mereka dibawah kami lebih menakutkan. Aku benar-benar menarik mereka ke dalam kamar. Sangat menyesal menerima ajakan Chaeyoung untuk menginap di apartemennya malam ini.
Aku kembali ke ruang tengah ketika selesai mengambil air dingin di kulkas. Aku meminumnya dengan sangat cepat. Tiba-tiba tenggorokanku kering. Mungkin aku berteriak sangat keras saat mengusir Jisoonie dan Chaeyoung tadi.
Atau udara yang agak panas?
"Sudah ku katakan kita hanya akan menonton mereka berpacaran daripada menonton film!" seru Jennie yang kini berbaring di sofa ruang tengah. Film sudah kumatikan karena kami sudah tidak mood menonton filmya. Ditambah Jennie yang penakut, daritadi dia hanya bersembunyi karena tidak berani melihat filmya.
"Aku tidak menyangka kalau mereka akan melakukannya di depan kita, Jen!" ucapku sambil ikut berbaring di samping Jennie.
Sofanya cukup besar. Muat untuk kita berdua hanya saja memang tidak memiliki space untuk bergerak bebas. Tapi aku tidak keberatan, aku terbiasa tidur di sofa ini jadi tidak masalah bagiku walau harus berbagi tempat dengan Jennie.
Jennie menghadapku dengan memunggungi punggung sofanya. Sementara aku dengan posisi terlentang, mencari posisi yang nyaman.
"Lisa..." ujar Jennie dengan pelan.
"Hmm?" aku memiringkan kepalaku menghadapnya.
"Dingin." ucapnya lagi dengan wajah sendunya.
Aku beranjak lagi dari tidurku dan mencari remote AC. Aku kepanasan dan Jennie malah kedinginan. Aku dengan berat hati meraih remote AC nya yang berada di samping televisinya kemudian menaikan suhunya agar Jennie tidak kedinginan.
Aku kemudian mengambil selimut yang sudah disediakan untukku dan Jennie, kemudian menyelimuti Jennie dulu sebelum aku masuk juga ke dalam selimutnya.
Bukankah berada di dalam selimut akan sangat panas?
Jennie dengan posisi yang sama dan aku pun kini menghadapnya.
"Lisa.." dia bergumam lagi.
"Hmmm?" kali ini apa? Mau minum? Atau ingin ke toilet? Kebiasaan Jennie terkadang membuatku geram.
Aku ingin memejamkan mata dan tidur. Jangan ganggu aku, please.
Tapi tentu saja aku tidak berani mengucapkannya. Dia bisa saja mendorongku ke bawah dan tidak mengizinkanku tidur si sofa empuk ini. Aku tidak mau tidur di karpet bekas Jisoo Unnie dan Chaeyoung melakukan sesuatu.
Tapi kita tidak tahu sofa ini masih suci atau tidak?
"Terimakasih sudah mengizinkanku untuk ikut seleksi anggota cheerleaders." ucapnya.
Aku tersenyum, "Kemarilah." Kemudian aku merangkulnya, memposisikan kepalanya pada lenganku untuk dijadikan bantal. Dia memelukku dengan nyaman sambil memejamkan matanya.
"Tidak perlu berterimakasih. Kau tahu, aku akan melakukan apapun untuk menjagamu." ucapku sambil menempelkan pipiku pada kepala bagian atasnya.
"Aku benar-benar bingung denganmu, Lisa. Aku hanya membantumu satu kali. Tapi kau membalasanya dengan 10 tahun ini. Ck!" dia mengatakannya dengan nada kesalnya seperti biasa.
"Dan masih akan terus berlanjut!" ucapku sambil tertawa.
Dia melanjutkan lagi ucapannya, "Jika nanti kau sudah memiliki pacar. Apakah masih akan terus berlanjut?"
Pertanyaan bodoh macam apa itu?
"Tentu saja! Bahkan aku akan mencari pacar yang bersedia ditempatkan posisi nomor dua. Karena nomor satunya adalah kau!" tegasku.
Dia tertawa mendengarkan ucapanku itu.
"Mana ada yang mau seperti itu! Nanti kau tidak akan pernah mendapatkan pacar impianmu jika persyaratannya seperti itu. Bodoh sekali! Hahaha" dia tertawa lagi.
"Emmm, sejujurnya aku tidak pernah memiliki kriteria pacar impian yang seperti apa. Mungkin syarat menjadi pacarku hanya itu. Bersedia menjadi nomor dua karena aku akan selalu menomor satukanmu." ucapku seraya Jennie membulatkan matanya.
Kami akhirnya tertawa berdua. Sejujurnya setelah kejadian Jisoo Unnie dan Chaeyoung tadi aku agak sedikit gugup. Entahlah, aku merasa jadi canggung padahal bukan aku yang melakukannya!
"Lalu sekarang aku yang balik bertanya. Jika nanti kau memiliki pacar, lalu pacarmu keberatan aku selalu ada di sampingmu. Apa yang akan kau lakukan?" tanyaku. Sejujurnya aku juga ingin tahu bagaimana Jennie menganggapku setelah nanti dia memiliki pacar.
Aku sungguh tidak keberatan jika pada akhirnya kami harus sedikit menjaga jarak dan tidak bebas 24/7 seperti sekarang. Aku harus memahami bahwa prioritasnya Jennie nanti akan berganti menjadi pacarnya, bukan aku.
Dia menyipitkan matanya padaku, "Aku akan mencari pacar yang juga mau menikahimu."
"Yhaaa!! Aku tidak mau menikah dengan pacarmu!" aku sedikit mendorong pundaknya, dan dia malah tertawa.
"Kau tidak boleh menolak, Lisa! Aku tidak bisa jauh darimu. Dan aku tidak akan menikah jika kau tidak bersamaku!" Jennie merengek seolah itu akan terjadi dalam waktu dekat ini.
Aku memukul pelan keningnya, "Ck! Aku hanya bertanya tentang pacar. Kenapa kau malah membahas pernikahan!"
"Memangnya kenapa? Pacarku pasti akan memintaku menikah nantinya. Dan aku berpikir jauh tentang itu. Dan keputusanku sudah bulat aku tidak mau jauh darimu, Lisa!" kali ini dia yang mendorongku pundakku. Tapi dia lebih keras sehingga aku hampir terhuyung ke belakang. Aku akan jatuh jika dia tidak menahanku.
"Siapa yang mau menikahi wanita kasar sepertimu!!" aku mencubit pipinya yang gembul.
"Aaaaaaaakkkk!! Sakit bodoh!!!" Jennie melepas paksa jariku dan aku mulai memeluknya lagi sambil tersenyum.
"Aku menyayangimu, Lisa." kemudian Jennie membenamkan kepalanya pada dadaku lagi. Memelukku lebih erat. Dan entah mengapa jantungku mulai meningkat detakannya.
"Dan kau pun tahu aku lebih menyayangimu." aku berkata dan setelahnya menarik nafasku panjang-panjang untuk menormalkan detak jantungnya.
"Terimakasih. Terimakasih untuk semua yang sudah kau berikan selama ini. Kau yang paling terbaik di hidupku." tukas Jennie masih di posisi yang sama.
Aku terkekeh kecil, mengusap-usap kepalanya sambil memejamkan mata, dan tanpa sadar mencium atas kepalanya.
Jujur aku tidak tahu perasaan apa ini. Begitu nyaman dan hangat di lubuk hatiku yang terdalam. 10 tahun bersama, aku selalu memperlakukannya dengan spesial, dan tentu hari ini aku merasa bahwa aku berhasil memberikan yang terbaik untuknya. Untuk seseorang yang paling banyak mengisi hati dan pikiranku.
•••
to be continued
Emangnya ada yaa yang bestie-an kayak mereka? 😏
See you next chapter! Enjoy🖤

KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND - JENLISA
Romance"cinta butuh waktu untuk bisa kita rasakan" Jenlisa Story GXG ID 🏆🥇 #jenlisa rank #1 on May 26, 2022 until May 30, 2022 | June 5, 2022 until June 6, 2022 🏆🥉#gxg rank #3 on Sept 13, 2022