8 - Team Selection

5.6K 734 49
                                    

JENNIE POV

Aku turun dari motornya Lisa. Kami sekarang berada di parkiran mahasiswa kampus. Lisa sering membawa mobilnya tapi terkadang dia juga menjemputku dengan motornya. Dia bilang dia lebih suka naik motor daripada mobil. Katanya jika di motor dia bisa menyatu dengan alam. Merasakan angin yang langsung menyentuh wajahnya.

Tapi bagaimana bisa, dia saja menggunakan helm fullface!

"Helmnya." pintanya padaku. Aku memberikan helm yang aku pakai padanya. Kemudian dia menaruh di motornya. Dia juga melepaskan helmnya yang sudah seperti pembalap itu.

Saat aku akan berjalan terlebih dahulu, Lisa menahanku, "Tunggu.."

Otomatis aku membalikan badanku lagi padanya.

"Kenapa?" tanyaku padanya sambil menaikan alisku.

Dia tidak menjawabku namun malah merapikan rambutku dengan tangannya.

"Sudah. Sekarang cantiknya sudah sempurna." dia tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya padaku.

Aku memukul lengannya, "Aku tetap cantik meski rambutku berantakan!"

Lisa tertawa dengan suaranya yang melengking sambil merangkul pundakku dan kami berjalan menuju kampus, "Iya.. Iyaa.. Kau yang tercantik."

Sejujurnya inilah penyebab seumur hidupku tidak pernah memiliki pacar. Lisa. Dia penyebabnya. Aku selalu merasa tidak kekurangan apapun, bahkan pacar sekalipun. Karena aku memiliki Lisa. Dia bisa menjadi sosok apapun bagiku.

Dia bukan hanya sahabatku. Dia terkadang bisa menjadi kakakku jika dia sedang menasehatiku. Atau kadang dia bisa menjadi adik yang rewel jika dia sudah merengek menyebalkan. Bahkan seperti ini, dia bisa menjadi sosok kekasih impian jika sudah bersikap manis padaku tanpa diminta.

Lihatlah, hanya dengan merapikan rambutku dan memujiku cantik, hatiku rasanya melambung jauh ke atas awan sana. Padahal, bukankah wajar ketika sesama perempuan saling menuji cantik. Dia juga cantik. Atau aku juga suka dipuji cantik oleh Chaeyoung. Tapi entah, jika Lisa yang memujiku spontan, aku langsung selalu merasa bahagia.

Hari ini tidak ada kelas, tapi aku dan Lisa ke kampus karena aku tentunya akan mengikuti seleksi masuk anggota Cheerleaders. Dan Lisa, dia bersikukuh untuk bergabung ke dalam team basket.

Ayolah! Mana ada team basket pria menerima wanita. Aku juga tidak tahu Lisa bisa atau tidak bermain basket. tapi sekalipun dia bisa, apakah mungkin wanita masuk team basket pria?

Aku sampai di lapangan basket dengan Lisa. Lapangan basketnya berada di indoor. Kebetulan ruangan team Cheerleaders kampus kami juga tidak jauh dari lapangan basket. Jadi selesai aku seleksi aku tidak akan jauh untuk menghampiri Lisa.

"Kau mengantarku sampai sini saja. Lihat mereka sedang latihan. Cepat temui coachnya dan aku tidak mau menerima jawaban kau tidak di terima!" tegasku pada Lisa sambil menunjuk para anggota team basket. Mereka sedang pemanasan dan ini suatu kebetulan lagi yang menarik.

"Tidak, tidak, tidak. Aku harus memastikan kau selamat sampai ruangan cheerleaders." Lisa berkata sambil menggelengkan kepalanya seperti anak-anak.

"Ck!!! Aku bukan anak kecil, Lisa!!! Lagipula itu hanya akan membuang-buang waktu." ucapku lagi dengan kesal.

Ini juga salah satu kebiasaannya. Dia seperti bodyguardku yang kemana mana harus mengikutiku. Aku merasa aman tapi kadangkala itu menyulitkanku dalam keadaan seperti ini.

"Katakan padaku jika Joy berbuat ulah." akhirnya dia menyerah juga.

"Hmm." aku hanya menggumam pelan. Ternyata alasannya Joy lagi. Bagaimana jika nanti aku diterima Cheerleaders, mungkin dia akan menempel padaku terus untuk menjagaku dari Joy.

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang