28 - Regret

4.4K 532 62
                                    

JENNIE POV

"Sialan kau, Jennie!!!" aku membentak diriku sendiri pada cermin di hadapanku. Sekarang aku ada di dalam kamar mandi kampus. Lebih tepatnya aku melarikan diri.

Aku harus menjelaskannya pada kalian agar kalian semua tidak menyalahkanku.

Kalian ingat wanita yang tidak sengaja menumpahkannya minumannya di kantin pada jaket kesayanganku pemberian Lisa? Itu orang yang sama dengan yang membelaku di lapangan tadi saat Luda memancing amarahku.

Pagi tadi aku berangkat satu jam lebih cepat dari biasanya. Tentu saja untuk menghindari Lisa. Hmm, aku tahu aku sudah berhasil menghindari semua pesan dan panggilan masuk darinya. Tapi jika aku melihat wajahnya dan dia merayuku aku yakin aku akan luluh. Aku harus memberi pelajaran padanya karena dia sudah berani berbohong di belakangku.

Siapa yang tidak akan marah saat kekasihnya bersama mantannya sekaligus orang yang dijodohkan oleh orangtuanya. Terlebih dia menutupi itu dibelakangku. Mengingat senyuman Lisa memberikan kopi itu rasanya hatiku sakit lagi.

Kemarin Jisoo Unnie dan Chaeyoung benar-benar mengira bahwa aku melihat hantu sampai aku tidak bisa menahan airmataku dan menceritakan apa yang kulihat. Jisoo Unnie akan menyusul mereka tapi aku menahannya. Aku tidak ingin Jisoo Unnie ikut terlibat dalam masalahku. Biarkan aku menghadapinya.

Aku berhasil sampai di kampus sangat pagi. Namun karena begitu paginya aku pergi, Eomma tentu saja belum menyiapkan sarapan dan perutku sangat lapar sehingga aku harus pergi ke kantin untuk sekedar membeli roti dan kopi. Sesampainya aku di kantin aku menikmati roti dan kopiku sendirian sampai akhirnya seseorang meminta bergabung denganku dan aku mengingat bahwa dia adalah yang menumpahkan minuman kemarin.

Singkat cerita dia memperkenalkan dirinya tanpa kutanya. Namanya Deb Never. Dia tinggal di Amerika, Washington D.C. Sebelumnya dia juga bercerita pernah ikut orangtuanya pindah ke Korea Selatan tinggal cukup lama sehingga itu penyebab dia fasih berbahasa Korea. Namun saat dia menuju remaja dia tidak nyaman dan dia kembali ke Amerika. Tapi entah mengapa dia malah memilih ikut program pertukaran pelajar disini, di Korea Selatan.

Kami bercerita, tidak, lebih tepatnya dia banyak bercerita tentang dirinya. Tentang kehidupannya di Amerika dan belum satu jam kami mengobrol dia sudah terbuka padaku tentang orientasi seksualnya. Aku lebih sebagai pendengar yang baik untuknya. Dia asyik, menyenangkan dan baik. Namun aku sangat tidak nyaman ketika dia mulai merokok di depanku. Aku benci perokok. Bukan benci orangnya melainkan asapnya. Itu akan membuatku sesak. Tapi tentu saja aku tidak enak padanya jadi aku membiarkannya merokok di depanku.

Dia meminta tolong padaku untuk memperkenalkan kampus ini dan aku berjanji jika aku memiliki waktu luang aku akan menemaninya. Dia bilang jam 10 dia kosong dan aku tahu itu adalah waktu pergantian jam mata kuliahku. Setidaknya aku bisa membantunya.

Saat ujian selesai aku mencoba untuk bertemu dengan Deb dan berkeliling kampus untuk memperkenalkannya secara umum. Sampai kita tepat berada di lapangan basket outdoor aku melihat Luda dan beberapa anak basket duduk disana. Luda tiba-tiba saja meneriakiku 'Hei jalang tidak tahu malu. Kali ini siapalagi mangsamu.'

Aku benar-benar terkejut saat dia berteriak seperti itu apalagi banyak orang disekitarnya. Aku tahu Luda sangat lembut tapi bagaimana bisa dia berubah padaku. Aku mencoba mengabaikannya sampai akhirnya Deb menarikku mendekati Luda. Dia menarik rambut Luda dengan cengkramannya. Menjambak rambutnya sambil saling berteriak. Luda tidak mau kalah. Dia ikut menarik baju Deb. Aku bingung bagaimana cara memisahkannya karena tenaga mereka berdua sangat kuat. Sampai beberapa pria membantuku untuk memisahkan Deb dan Luda.

Aku tahu Deb membelaku tapi itu tidak perlu karena hanya akan membuatnya dalam masalah. Dia baru beberapa hari di kampus. Bisa saja dia dikembalikan ke Amerika dan programnya dibatalkan. Tapi dia bersikeras untuk tetap membelaku. Dan itu membuat semakin banyak orang datang memperhatikan kami bertiga.

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang