62 - First Night (M) (END)

8K 503 83
                                    

LISA POV

Aku dan istriku sedang menikmati hidangan yang sudah disajikan sejak tadi. Kami baru bisa menyantapnya karena sedari tadi tamu-tamu berdatangan. Aku tidak banyak mengundang tamu tapi entah mengapa orang-orang tidak berhenti berdatangan. Tapi tidak apa-apa, semakin banyak doa yang datang semakin baik juga untuk keluarga baruku.

"Hon, aku kenyang." aku menatap piring istriku. Dia hanya menghabiskan setengah dari makanannya. Kami telat makan jadi kurasa perutnya sudah tidak bernafsu untuk menyantap itu. Sementara makanan di piringku sudah habis beberapa menit yang lalu.

"Tidak usah di paksa jika kau kenyang." aku menyentuh tangannya dan mengusap punggung tangannya dengan ibu jariku.

"Hei hei hei~" Jisoo Unnie tiba-tiba datang dan menarik dua kursi yang ada di meja lain begitu saja. Dia mempersilahkan Chaeyoung terlebih dahulu untuk duduk dan dia yang terakhir.

Jika dulu aku menyebut tindakan yang dilakukan Jisoo Unnie adalah bucin, tapi menurutku itu tidak berlaku bagi sekarang saat kami sudah menjadikan mereka istri. Itu kewajiban kami untuk memanjakan istri-istri kami. Itu sebagai bentuk kasih sayang walaupun hal kecil seperti menarik kursi misalnya.

"Sekali lagi selamat guys." Chaeyoung berseru. Dibalas senyum manis dengan gummy smile milik istriku yang selalu membuatku tidak berkedip melihatnya.

"Aku tidak menyangka dua teman kita ini akhirnya menjadi pasangan, Chagiya. Rasanya seperti baru kemarin aku berkenalan dengan mereka." ucap Jisoo Unnie kemudian diangguki Chaeyoung.

"Waktu cepat berlalu, Unnie. Buktinya sekarang kalian sudah memiliki Jiyoung, padahal rasanya masih seperti kemarin saat kau seperti bayi yang terus membuntuti Chaeyoung kemanapun dia pergi." ucapku dan wajahnya berubah menjadi sangar.

"Tutup mulutmu!" geramnya padaku.

"Lalu kapan kalian akan melakukan program seperti kami?" aku yang sedang minum langsung tersedak mendengar ucapan Chaeyoung.

"Honey, ck! Hati-hati." Jennie meraih gelasku dan menepuk lembut punggungku. Aku terus terbatuk karena air yang kuminum.

Setelah batukku berhenti aku menatap ngeri Chaeyoung. Em.. maksudku, bukannya aku tidak ingin, namun bisakah dia menyimpan pertanyaan itu nanti untuk kami? Kami belum 24 jam menikah namun dia sudah bertanya hal seperti itu. Bahkan cara memanjakan istriku di ranjang saja aku belum tentu bisa.

Aku baru akan membalas ucapan Chaeyoung namun Jennie mendahuluiku, "Segera, Chaeyoung. Doakan saja agar aku dan Lisa diberi kesempatan seperti kalian." ucap istriku lembut.

Aku menatapnya dengan heran. Mengapa dia secepat itu menjawab Chaeyoung? Atau mungkin dia juga tidak sabar ingin memiliki anak. Karena yang aku perhatikan adalah Jennie begitu mencintai Jiyoung. Dan aku yakin jika kami memiliki anak juga, dia tentu akan lebih mencintai anak kami.

"Jika anakmu perempuan, aku ingin menjodohkannya dengan Jiyoung." seru Jisoo Unnie dengan senyuman lebar di wajahnya. Namun senyum itu tidak bertahan lama karena kepalanya kemudian di pukul dan dia reflek berteriak sedikit kesakitan.

"Chagiya, kau kasar sekali." ucapnya pelan.

"Kau memang pantas dipukul. Bagaimana bisa orang tua sepertimu ingin menjodohkan anak kecil seperti Jiyoung." tuturku dan Jennie terkekeh. Dia tidak sadar menyendokan makanan di piring tadi dan melahapnya sambil memperhatikan pertengkaran kecil kami bertiga. Dia lupa kalau tadi dia baru saja mengatakan kenyang.

Walaupun sebenarnya aku tidak keberatan jika anakku perempuan maka akan di jodohkan dengan Jiyoung. Jiyoung adalah bayi yang sangat pintar, cerdas, komunikatif, bersemangat. Tapi tidak lucu ketika bahkan anak kami saja memang belum ada tapi sudah memiliki garis takdir di jodohkan oleh orangtuanya. Lelucon macam apa itu?

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang