JENNIE POV
"Awwwww..." aku menjerit kesakitan tepat saat aku jatuh.
Aku berada di lapangan basket indoor dan kami sedang latihan. Latihanku tidak fokus sehingga kesalahan yang aku lakukan membuatku terjatuh begitu saja.
Saat aku akan bangun, pergelangan kaki kananku rasanya mengerikan. Aku memejamkan mataku menahan sengatan nyerinya. Beberapa orang menghampiri dan membantuku untuk berdiri.
"Bagaimana ini? Siapa yang akan mengisi posisi Jennie. Haisshh, menyusahkan sekali." suara Joy menginterupsiku. Aku menatapnya, ingin sekali aku berteriak di depannya bahwa ini juga bukan keinginanku. Tapi sudahlah, tidak ada gunanya.
Aku tidak melihat Luda hari ini. Mungkin setelah kejadian tadi dia tidak mau bertemu denganku? Tamparan di pipinya dan luka di ujung bibirnya akan membekas. Apa perlu aku minta maaf?
Tidak! Dia sudah mencampuri urusanku. Jadi dia pantas mendapatkan itu.
Aku duduk di tepi lapangan. Aku tidak mungkin menghubungi Lisa untuk membantuku. Menyakitinya lalu membutuhkannya? Egois sekali.
Aku mencari kontak Chaeyoung dan mencoba menghubunginya.
"Chaeyoungie.."
"Ya, Jennie?" suara riang Chaeyoung menyapaku.
"Kau dengan Jisoonie?" ucapku ragu.
"Iya, kami di mall. Dia merengek sepanjang hari untuk menonton film aktor favoritnya hari ini. Kenapa, Jen?" jawab Chaeyoung.
Aku menghela nafas. Tidak mungkin aku mengganggu acara mereka. Aku yakin mereka tidak akan keberatan tapi aku tidak enak jika kencan mereka batal hanya karena aku membutuhkan bantuan mereka.
"Jen?" Chaeyoung kembali memanggilku.
"Aaaaa... tidak. Lupakan, Chaeyoung. Aku harus kembali berlatih. Aku akan menelfonmu lagi nanti. Bye! Selamat berkencan.." tanpa menunggu jawaban lagi dari Chaeyoung aku langsung menutup panggilannya.
Aku menghembuskan nafasku lagi. Jika aku meminta bantuan pada orang-orang disini, itu hanya akan mengganggu mereka berlatih. Tapi aku memang tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Lisa.
Aku terpikirkan untuk meminta bantuan Deb. Apa dia bisa membantuku? Setidaknya hanya untuk mengantarkanku ke klinik. Jika aku bisa menahan rasa sakitnya, aku akan pulang saja. Namun sakitnya sangat menyiksaku dan aku tajut terjadi apa-apa dengan tulangnya.
Aku mencoba mengirim pesan padanya apakah dia bisa datang ke lapangan basket indoor karena aku memerlukan sedikit bantuannya.
Dia tidak menjawabku. Aku rasa dia juga marah padaku karena aku tidak berbicara apapun dengannya saat di toilet tadi.
Aku akan mencoba bangun dan berjalan sendiri tapi saat yang bersamaan Deb datang dan menghampiriku.
"Jen, what's wrong with you?" dia membantuku berdiri dan meraih lenganku untuk dikaitkan ke pundaknya.
Aku tersenyum lemah padanya, "Aku terjatuh dan aku rasa kakiku terkilir. Apakah kau mau membantuku untuk pergi ke klinik terdekat dari sini?"
"Oh my Gosh. Ayo kita harus cepat." ucapnya dengan khawatir.
Sebelum itu aku pamit dulu pada Joy. Seperti biasa dia sangat tidak ramah. Tapi apa peduliku. Setelah berpamitan dengan semuanya aku di bimbing oleh Deb hingga menuju parkiran mobilnya. Dan aku masuk, setelah itu dia mengikuti ke bangku pengemudi.
Klinik terdekat hanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit. Sesampainya disana aku dipapah lagi oleh Deb, tapi beberapa perawat membantuku dan memberikan kursi roda.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND - JENLISA
Roman d'amour"cinta butuh waktu untuk bisa kita rasakan" Jenlisa Story GXG ID 🏆🥇 #jenlisa rank #1 on May 26, 2022 until May 30, 2022 | June 5, 2022 until June 6, 2022 🏆🥉#gxg rank #3 on Sept 13, 2022