51 - The Truth

4.1K 491 58
                                    

LISA POV

"Baby! Berhenti menggodaku!" aku berteriak ketika Jennie mencipratkan air ke pakaianku. Walaupun ini hanya pakaian tidur tapi aku malas menggantinya lagi.

Kami di rumahku. Sudah berminggu minggu semenjak Daddy merestuiku dan Jennie, Jennie jadi lebih sering disini. Seperti sekarang, Jennie sedang mencuci piring dan aku memandanginya dari belakang. Tapi sekali anak nakal, tetaplah anak nakal. Dia menggangguku dengan cipratkan air di tangannya ke wajahndan pakaianku.

Dia hanya cekikikan melihatku yang mengerang kesal karena kaos yang kukenakan basah terkena air cipratannya.

"Ganti bajumu. Kita menonton film bersama Mommy dan Daddy." dia mendorong punggungku.

Aku mendengus kesal, menahan tubuhku untuk tidak berjalan ketika dia mendorongnya. "Lisa!" dia mulai kesal.

"Apa kita bisa menonton di kamar saja. Hanya berdua. Aku ingin memelukmu, baby. Jika kita menonton bersama Mommy dan Daddy kau selalu tidak mau dipeluk!" aku menginjakan kakiku ke lantai.

Dia menyilangkan lengannya di depan dadanya, "Hanya sebentar. Daddy ingin bicara dengan kita tadi. Ayo cepat." dia mulai mendorongku lagi.

Daddy ingin bicara? Apa yang ingin dia bicarakan. Mungkin dia ingin membagi lelucon tidak lucunya pada Jennie lagi. Daddy senang memberikan jokes murahan pada kami, dan hanya Jennie yang tertawa seperti tanpa beban. Pacarku memang menantu idaman.

Akhirnya aku mengalah dan mengganti kaosku menjadi kaos yang lain. Aku mengeluh karena Jennie tidak ingin ikut naik. Dia malah menghampiri Mommy san Daddy yang sudah berada di ruang keluarga. Padahal setidaknya kami bisa berciuman sebentar di kamar.

Aku merindukan ciumannya!

Setiap aku meminta ciuman aku hanya di berikan kecupan. Menyebalkan! Kalian tahu kan bedanya antara ciuman dan kecupan? Itu dia! Aku dan Jennie sudah lama tidak melakukan ciuman! Huuu~ Aku merindukan bibirnya yang manis.

Berhenti dengan otak kotorku. Aku keluar kamar dan menyusul tiga orang yang aku sayangi. Daddy sebenarnya mengundang Eomma juga untuk malam ini, tapi karena Eomma bilang dia harus mengurus sesuatu di rumahnya jadi dia mengatakan lain kali. Aku juga masih sering menginap di rumah Jennie. Jadi Eommaku tidak akan iri.

Aku duduk di samping Jennie lalu mengecup pipinya yang sampai hari ini tidak berubah, masih menggemaskan. Dia malah mengelap pipinya dan memasang wajah jijik.

Padahal dia menyukainya tapi dia berpura-pura di depan Mommy dan Daddyku. Awas kau Jennie Kim!

"Sebelum film diputar apakah aku boleh mengatakan sesuatu pada kalian?" Daddy berkata sambil memandang aku dan Jennie.

Aku menunggu jawaban Jennie karena wajahnya sudah mulai tegang. Dia hanya mengangguk.

"Lisa?" Daddy menatapku. Aku ikut mengangguk seperti Jennie.

"Ada yang ingin Daddy katakan pada kalian. Terutama Jennie." Daddy melepas kacamatanya dan kemudian menggenggam tangan Mommy. Aku rasa ini akan menjadi serius.

"Apakah kau akan memaafkanku jika aku mengatakan yang sebenarnya padamu?" Daddy menatap Jennie. Aku menjadi kesal karena Daddy terlalu banyak basa-basi.

"Dad, common. Jangan membuat aku dan Jennie penasaran!" ucapku dengan kesal.

Jennie menggengam tanganku dan tersenyum. Dia menggelengkan kepalanya. Itu perintah bagiku, artinya aku tidak boleh bersikap seperti itu pada Daddy. Tapi aku terlalu kesal padanya.

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang