4 - Cheerleaders

7.4K 812 72
                                        

JENNIE POV

"Bisakah untuk tidak makan eskrim seperti anak-anak?" omel Lisa yang melihat tetesan-tetesan eskrim di meja kami.

"Aku juga tidak sengaja meneteskannya. Siapa suruh dia mencair?!" tukasku tak mau kalah.

Lisa menggaruk kepalanya dengan kesal walaupun aku tahu itu tidak gatal! Hahahaha.

Dia tidak berbicara lagi dan melanjutkan makan eskrim miliknya. Aku tersenyum ketika dia tidak berisik lagi. Hobbynya adalah memarahiku dan mengomeliku. Tidak ada satu haripun tanpa omelan Lisa.

Kami di toko eskrim favoritku. Ini menjadi toko eskrim favoritku semenjak 10 tahun lalu Lisa membawaku kemari. Kala itu dia menangis karena di marahi oleh ibunya. Makan eskrim untuk membuat hatinya lebih baik, malah berujung aku menyukai tempat eskrim ini!! Hahaha!!!

Dia dulu datang ke rumahku untuk berjalan-jalan lalu dia menceritakan kronologis bagaimana ibunya memarahinya hanya karena dia lupa bangun tidur siang untuk pergi les.

Cengeng sekali!

Iya!!! Lalisa yang kukenal dulu berbeda dengan yang sekarang ada di depanku. Dulu dia sangat cengeng, rapuh, dan mudah sekali tidak percaya diri. Tapi karena aku selalu memberikan support untuknya, akhirnya dia bertumbuh lebih baik. Sekarang dia kuat dan menjadi Lalisa andalanku pastinya!

"Lalu yang di taman tadi apa? Cheerleaders lagi?" dia mulai membahas tentang apa yang aku ceritakan saat di taman tadi tapi tak di dengarkan olehnya.

Aku mengigit ujung sendok eskrimku dan menganggukan kepalaku dengan lemah.

"Sssshhhh! Sudah kubilang untuk tidak terus memikirkan tentang cheerleaders bodoh itu! Kau boleh mengikuti kegiatan apapun. Ikut Jisoo Unnie dan Chaeyoung kelas musik? Apa kau mau ikut kelas dance denganku? Atau bahkan jika kau mau ikut aku latihan boxing aku tidak keberatan. Tapi aku mohon jangan cheerleaders itu!"

Aku memutar mataku, "Kenapa kau terus melarangku untuk tidak ikut cheerleaders!"

Dia menghembuskan nafasnya, "Aku bukannya melarangmu. Tapi kau tahu itu bahaya. Tubuhmu di angkat-angkat tanpa pengaman atau pelindung. Bagaimana kalau kau jatuh dan terluka? Siapa lagi yang susah nantinya? Pasti aku!"

"Kau bukan takut aku terjatuh. Tapi kau tidak mau berurusan dengan Joy!" ledekku.

"Itu juga." balas Lisa lemah.

Sejak tahun pertama kuliah aku sudah tertarik pada kegiatan cheerleaders di kampus ini. Namun kala itu aku masih ragu untuk bergabung dengan mereka atau tidak. Di tahun ini aku akan mencoba untuk bergabung semenjak hari pertama penerimaan anggota baru. Lisa awalnya setuju-setuju saja dengan keinginanku. Tapi tidak setelah Lisa tahu ketua cheerleaders nya adalah Joy. Iya! Joy si anak menyebalkan 10 tahun lalu itu. Dia satu kampus dengan kami disini. Kami mengetahui itu sejak awal dan kami juga tahu jika dia anggota team cheerleaders. Namun baik aku atau Lisa tidak tahu jika tahun ini dia adalah ketua team. Dan Lisa melarangku mentah-mentah untuk ikut seleksi.

Lisa tidak mau aku berurusan dengan Joy karena semenjak aku melawannya dulu, sekarang dia terlihat lebih tidak menyukaiku daripada Lisa. Bukannya Lisa masih takut pada Joy. Oh ayolah? Dia sekarang sudah menjadi atlit boxing. Kalian tahu, semenjak sekolah menengah pertama dia sudah mendaftarkan dirinya ke tempat latihan boxing. Aku menertawakannya saat itu karena seorang perempuan seperti dia kenapa harus memilih olahraga seperti itu. Dan aku berhenti tertawa ketika dia menyebutkan alasannya. Alasannya ikut boxing adalah untuk menjagaku. Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata saat itu. Dan dia sungguh-sungguh dengan perkataannya. Dia selalu menjagaku, melawanku dari anak laki-laki nakal yang menggodaku, dan tidak hanya itu saja. Dia melakukan segalanya untukku.

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang