BEST FRIEND - JENLISA

13 - Broken

LISA POV

"Lisa, kecilkan volume musiknya!" desis Jennie dengan tegas namun sedikit berbisik.

Aku langsung mematikan musik di ponselku. Setelah itu Jennie berbalik lagi ke meja belajarnya.

"Maaf guys, ayo kita lanjutkan." ucapnya pada teman-temannya di ponselnya.

Dia sedang melalukan video call group bersama team Cheerleadersnya. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan karena Jennie menggunakan headset dan lagipula aku tidak ingin tahu apa yang mereka bicarakan.

Tapi serius? Apakah perlu mengganggu waktu istirahat di jam malam seperti ini? Bukankah mereka berlatih setiap hari sekarang? Untuk apalagi masih harus melakukan video call di tengah malam seperti ini.

Siapa lagi kalau bukan ide Joy. Aku yakin dia sengaja membuat peraturan seperti ini. Mereka bukan team olimpiade yang akan di ikutsertakan di kejuaraan nasional. Tidak perlu harus sekeras ini.

Aku sedang berbaring di kasur Jennie. Setelah di kampus tadi dia mengajakku membeli ice cream favorit kami seperti biasa. Lalu setelah hari berlalu dia memintaku untuk menginap dan menemaninya untuk rapat berasama team Cheerleadersnya ini. Siapa aku bisa menolak permintaan Jennie?

Walapun sejujurnya aku masih dalam keadaan amat sangat canggung dan malu tentunya. Setelah kejadian tadi malam, aku langsung pulang dan mengurung diriku di kamar. Berguling ke kiri dan ke kanan untuk menenggelamkan diriku di alam mimpi. Namun hasilnya nihil. Aku baru bisa tertidur jam 6 pagi padahal kelas kami dimulai jam 8. Aku terbangun jam setengah 8 dan saat itu juga meminta supirku untuk menjemput Jennie. Aku tidak ingin dia menungguku karena aku yang telat bangun. Siapa yang sebelumnya menganggapku pengecut karena tidak berani menghadapi Jennie?

Yaaa kalian benar! Hahahaha. Aku seperti pengecut setelah bertemu dengannya. Jika alasan aku menyuruh supirku menjemputnya karena memang aku terlambat. Beda lagi saat aku bertemu dengannya di kelas. Untuk menatap matanya saja aku tidak sanggup. Walaupun matanya begitu indah, tetap saja kali ini aku merasa tidak bisa.

Demi Tuhan aku tidak sadar jika kemarin malam aku menciumnya. Apa yang ada di pikiranku sehingga aku sangat lancang mencium bibir indah itu. Tapi sungguh, rasanya luar biasa. Sangat manis dan arrghhh aku tidak bisa menjabarkannya pada kalian!

Dan lebih mengejutkanku saat aku tersadar apa yang aku lakukan dan mengehentikannya, Jennie malah menarik tengkukku lagi dan menempelkan bibir kami sekali lagi. Saat itu rasanya aku hampir tidak sadarkan diri. Jika ini mimpi, tolong izinkan aku bermimpi seperti ini setiap hari.

Namun, lagi-lagi Lisa yang penuh ketakutan kembali datang. Aku takut akan hal-hal yang aku sendiri tidak tahu itu bisa terjadi atau tidak. Seperti, aku takut jika kenyataannya adalah Jennie yang straight malah membenciku ketika aku mencoba mengungkapkan apa yang hatiku rasakan. Aku takut hubungan kami malah akan menjadi renggang bahkan selesai. Tidak! Aku tidak bisa kehilangan Jennie. Jadi biarkan aku memendam perasaan ini sendirian.

Perasaan apa? Entahlah. Aku sendiri sulit menjabarkannya. Semenjak kejadian permen jelly di apartemen Chaeyoung. Setiap kali aku menatap Jennie, ada perasaan yang berbeda dari sebelumnya. Jantungku akan selalu berdetak lebih cepat dari biasanya jika Jennie memelukku atau hanya sekedar tersenyum. Aku bahkan bisa sampai tremor ketika sentuhannya tidak sengaja kurasakan. Maaf, tapi sentuhan seperti pelukan atau hanya sekedar bergandengan tangan. Tolong kondisikan pikiran kalian! Aku tahu pikiran kalian semuanya kotor ketika mendengar 'sentuhan'.

"Okay, terimakasih sekali lagi untuk semuanya. Dan maaf untuk kejadian tadi siang. Aku tidak akan mengulanginya. Sampai bertemu besok semua. Good night." aku mendengar Jennie menyapa dan mengakhiri panggilan videonya. Ini sudah 45 menit semenjak dia melakukan panggilan. Bahkan hanya melamunkan Jennie saja waktu bisa terasa lebih cepat sekarang.