50 - We're Family

3.9K 538 104
                                    

JENNIE POV

"Untuk apa kau disini?"

Semua hening, tidak ada yang bersuara sama sekali. Termasuk aku. Hanya detak jantungku yang kurasakan semakin berdetak diluar batas normal.

Aku terlanjur berada di dalam rumah ini. Mengikuti semua apa yang Lisa sarankan. Jika tahu ucapan itu akan terlontar dari Daddy, maka aku memilih untuk tidak datang kemari. Ini sama saja dengan bunuh diri.

Tapi kemudian tawa Lisa memecahkan ketegangan ini. Lisa tertawa sangat keras. Belum lagi Mommy yang ikut terbahak-bahak. Aku tidak bisa mencerna semua permainan ini. Apa aku tidak jadi mati karena sebelumnya sudah masuk ke perangkapku sendiri?

"Dad! Jangan mengerjai kekasihku!" ucap Lisa sambil berjalan ke arah Daddy dan Mommy kemudian meninju kecil dada Daddynya. Daddy mengacak-ngacak rambut Lisa kemudian memeluknya.

"Aku hanya ingin bercanda sedikit. Jangan terlalu serius." untuk pertama kalinya aku mendengar suara Daddy begitu lembut.

Aku pikir yang tadi bukan sungguhan jika tanggapannya begitu. Tapi sungguh, itu membuat jantungku yang lemah ini akan semakin melemah. Baru saja aku ingin menghampiri mereka, Daddy yang kemudian mendekatiku lebih dulu. Dia begitu tinggi sehingga aku mungkin terlihat mungil di hadapannya.

"Apakah kau Jennie, calon menantuku?" ucapnya sambil menghadap ke arahku. Ok, kali ini membuat jantungku kembali bekerja dua kali lipat lagi dari sebelumnya.

Aku tidak menjawabnya, hanya diam saja. Ini seperti mimpi ketika orang yang bertahun tahun kau takuti, sekarang dia menyebutmu calon menantu.

Jika kalian jadi aku kalian juga akan melakukan hal sama, diam dan hanya menunduk. Apa yang harus aku jawab? Tidak mungkin aku langsung dengan percaya dirinya memperkenalkan diri sebagai kekasih Lisa di hadapan orang yang selama ini tidak suka akan kehadiranku di hidup Lisa walaupun hanya sebagai teman.

Kenapa aku bisa berpikiran seperti itu?

Tentu saja karena aku sudah merasakan aura tidak mengenakan ini sejak lama, bahkan sejak pertama kali aku menginjakan kaki di rumah besar ini. Mommy begitu hangat menyambutku saat Lisa memperkenalkan aku sebagai sahabatnya dulu. Namun tatapan Daddy berbeda. Aku sangat bisa membacanya jika itu adalah tatapan tidak suka. Mungkin karena penampilanku yang terlihat biasa-biasa aja, bahkan dulu tasku sedikit robek bagian depan.

Jadi, setiap aku datang ke rumah Lisa aku selalu merasa enggan berlama-lama atau bahkan tidak pernah menginap. Sekali seumur hidupku menginap di rumah Lisa saat makan malam di rumahnya waktu itu. Kamar dimana pertama kali aku mengungkapkan perasaanku lebih dulu. Semoga saja kalian masih ingat. Hihihihi.

Tiba-tiba tangan melingkar di pinggangku. Tanpa melihat wajahnya dan masih menatap ke bawah aku bisa merasakan bahwa tangan hangat itu milik Lisa. Dia mengusap-usapnya dengan lembut lalu berkata, "Hei.. Tidak perlu takut. Daddy tidak akan menggigitmu, baby."

Daddy tertawa disusul oleh Mommy, "Kau takut denganku? Kenapa harus takut?" ucapnya sambil masih tertawa.

Aku mulai berani mengangkat kepalaku dan berhadapan dengan pandangan Daddy serta Mommy yang ikut berdiri di sampingnya.

Daddy tersenyum padaku begitu lembut. Senyum yang pertama kali aku lihat, seperti senyum seorang ayah pada anaknya. Dia merentangkan tangannya menyuruhku untuk masuk ke dalam pelukannya.

Aku masih diam berdiri, tidak merespon apapun yang dia ajukan, "Lisa adalah anakku. Kau pacarnya. Jadi kau juga anakku mulai sekarang." tuturnya lembut dengan masih merentangkan tangannya.

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang