58 - Yes, Of Course!

4.5K 517 97
                                    

JENNIE POV

"Jennie, Lisa masih belum pulang juga?" aku menoleh pada Mommy yang baru turun dari lantai dua. Aku hanya bisa memberikan senyum lemahku sambil menggeleng.

"Tidak apa-apa kalau aku meninggalkannu sendirian disini? Daddy sudah menungguku di depan." tanya Mommy. "Tentu tidak apa-apa, mom. Pergilah, jangan biarkan Daddy menunggu." aku berdiri dari sofa dan menarik lengan Mommy. Dia tersenyum kemudian berjalan keluar. Aku kembali duduk di sofa rumah Lisa.

Aku sudah berada di Seoul sekitar dua hari yang lalu. Lisa memaksaku untuk datang kesini, dia memintaku untuk beberapa hari tinggal di rumahnya. Sebenarnya aku tidak enak meninggalkan Eomma sendirian di Jeju karema dia akan kerepotan mengurus cafe tanpaku. Tapi Hanbin mengatakan bahwa tidak masalah jika aku pergi karena dia akan membantu Eomma dari pagi hingga malam. Huh~ Sekarang aku malah menjadi tidak enak pada dua orang sekaligus.

Kami menjalani LDR dengan Lisa yang sangat bawel dan rewel. Aku pusing dibuatnya karena setiap malam ketika kami melakukan panggilan video dia akan selalu merengek dengan alasan tidak mau berjauhan dariku. Dia sudah dewasa dan menjadi orang sukses tapi jiwa kekanak-kanakannya masih sangat melekat.

Jika kalian masih ingat dengan ucapannya saat di rumahku. Dia mengajakku menikah. Itu gurauan yang sangat membuat jantungku berdegup berkali-kali lipat dari detakan normal. Pelukan dan ciuman di pundakku saja sudah membuatku merinding. Ditambah dengan bisikannya yang lembut di telingaku.

Tapi dia masih tetap menyebalkan karena dia selalu menggodaku dengan manggilku bestie. Aku tidak masalah dengan itu, hanya saja jika dia memanggilku di depan orang lain rasanya tidak etis. Aku adalah kekasihnya kenapa dia menyebutku bestie?!

Dia mengunjungiku setiap weekend, walau harus menempuh perjalanan cukup jauh dia tidak pernah keberatan untuk itu. Dan dia juga tidak pernah membahas lagi bagaimana kelanjutan dari ajakannya, emm.. mengenai pernikahan? Entahlah, aku berpikir dia serius tapi dia tidak pernah membicarakan itu lagi. Jadi mungkin menurutnya kami memang belum siap.

Pagi-pagi saat aku membuka mata dia sudah menghilang di sampingku. Aku merasa sedikit kesal karena dia tidak berpamitan untuk pergi ke kantor. Kemudian aku menghubunginya, dia bilang dia ada meeting pagi hari jadi berangkat lebih pagi dari biasanya. Tapi dia menjanjikan padaku sepulangnya dari kantor kami akan berkencan.

Wow, entah sudah berapa lama akhirnya aku dan Lisa kembali merasakan kencan. Apakah masih bisa disebut berkencan ketika kami sudah dewasa seperti sekarang? Apapun namanya, aku akan selalu bahagia bersama Lisa.

Setahuku dia pulang bekerja jam lima. Tapi sampai jam tujuh malam seperti ini dia masih belum memberi kabar. Ponselnya tidak aktif dan yang menyebalkan adalah entah berapa lama lagi aku harus menunggunya.

Aku terperanjat ketika ponselku berdering, aku sudah bersiap akan memarahi Lisa tapi kemudian kekesalanku bertambah karena bukan Lisa yang kudapati dalam panggilan itu, melainkan Chaeyoung.

Aku berdecak kesal namun tetap menerima panggilan itu.

"Halo.."

"Jennie.. Jen.. Kau dimana sekarang? Jen tolong keluar sekarang juga, aku dan Jisoo akan menjemputmu! Cepat sedikit.." suaranya terengah engah dengan kepanikan.

"Wae? Maaf tapi aku sudah ada janji dengan Lisa, Chaeyoung-ah." jawabku dengan lembut.

"Jennie.." aku menjadi ikut panik ketika Chaeyoung sudah mulai terisak, "Lisa.. Lisa mengalami kecelakaan.. Sekarang dia berada di rumah sakit, Jen."

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang