Terik matahari siang ini sangat tidak bersahabat. Tajamnya sinar yang ia pancarkan mampu membuat siapa saja yang berada dibawahnya akan berkeringat hebat.
Tidak dengan anak kecil yang sedang berkeringat dingin sambil terduduk kaku di sudut jalan buntu. Dia ingin sekali menangis namun semenjak tadi dia menahannya. Alasannya hanya satu, dia tidak boleh terlihat cengeng lagi. Karena dengan memperlihatkan kelemahannya, otomatis anak-anak yang sedang tertawa puas ini akan semakin menertawakannya.
Mereka ada empat anak jika dihitung. Tiga perempuan dan satu laki-laki. Mereka semua masih berumur sekitar 9-10 tahun. Namun sifatnya sudah berlagak seperti preman. Berdiri tegak. Ada yang menyilangkan tangannya dan ada yang bertolak pinggang. Rasanya seperti mereka berkuasa atas satu anak yang hampir menangis di bawah sana.
"Menangislah maka buku sialanmu ini akan kurobek!" salah satu dari mereka berteriak. Sepertinya dia adalah bossnya.
Perempuan lainnya ikut menimpali, "Sudahlah Joy, robek saja bukunya."
"Ja..jangan dirobek. Aku mohon.." akhirnya anak kecil yang sedaritadi diam saja kini mencoba menahan anak-anak itu untuk merobek bukunya.
"Sialan! Kenapa saat aku akan merobek buku ini baru kau mau bicara?!?! Apa sesusah itu mengeluarkan suaramu?!?!"
"Mungkin dia bisu, Joy." ucap satu satunya anak laki-laki yang ada disana.
Semuanya tertawa dan si ketua melemparkan buku yang akan dia robek ke wajah anak yang masih terduduk itu.
brukkkk
Buku setebal 300 halaman itu sengaja dijatuhkan pada wajah anak itu. Sekarang tidak hanya panas karena matahari, namun wajahnya memerah karena perih yang ditimbulkan oleh hantaman buku itu.
Semuanya malah tertawa semakin keras. Dan anak itu mulai menangis karena menahan rasa sakitnya.
"Yhaaaaa!!! kubilang jangan menangis!! Apa kau tidak mendengarkanku!!!" Joy berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan anak yang kini mulai menangis karena tidak bisa menahan sakit di wajahnya.
"Kau benar-benar ingin kurobek ini hahhh!?!?!" Joy meraih lagi buku milik anak itu yang kini sudah berada di atas tanah. Dia baru saja akan merobek bagian dalamnya sebelum seseorang yang lain berteriak dan menghentikan aksi Joy.
"Paboya!!! Jika kau merobek buku itu, maka akan kurobek mulutmu!!!!" teriak seorang anak di ujung jalan satunya lagi. Dia berlari sambil menggendong tas ranselnya.
Anak itu memasang wajah yang sama sekali tidak merasa takut. Padahal jika dipikir-pikir dia hanya sendiri sementara mereka berempat. Tapi keberaniannya mengalahkan rasa takutnya.
Anak kecil itu menggulung kemejanya yang merupakan seragam sekolahnya. Dia memicingkan matanya, menatap satu satu keempat anak itu. Joy kemudian yang dia tatap terakhir dan paling lama.
Joy yang merasa tertantang kemudian melemparkan buku yang akan dia robek tadi ke tanah. Dia berdiri dari posisinya sekarang. Dan melangkah pelan menghampiri anak kecil yang sekarang menatap tajam dirinya.
"Siapa kau berani meneriakiku?" Joy yang lebih tinggi dari anak itu makin mendekatkan tubuhnya dan mencondongkanya.
Tidak gentar, anak itu malah mendorong tubuh Joy sehingga Joy terhuyung dan hampir terjatuh ke belakang jika tidak ditahan oleh kedua temannya.
"Hahaha.. Untuk berdiri saja kau masih dibantu oleh temanmu. Bagaimana kau bertingkah seolah kau hebat disini." dia berkata sambil tersenyum pada semuanya dan kini tatapannya tertuju pada satu-satunya anak laki-laki disana.
"Dan kau? Tidakkah kau malu. Heeeii.. Kau laki-laki dan mengikuti tiga wanita ini?!?! Kau seharusnya jadi pemimpin!"
Anak laki-laki itu hanya diam dan menundukan kepalanya. Entah mengapa sekarang rasanya dia merasa malu. Harga dirinya sebagai laki-laki menjadi rusak setelah anak itu mengucapkan kalimat barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND - JENLISA
Roman d'amour"cinta butuh waktu untuk bisa kita rasakan" Jenlisa Story GXG ID 🏆🥇 #jenlisa rank #1 on May 26, 2022 until May 30, 2022 | June 5, 2022 until June 6, 2022 🏆🥉#gxg rank #3 on Sept 13, 2022