39 - Slap

4.3K 610 71
                                    

LISA POV

Aku turun dari lantai dua dan mendapati Nayeon beserta ayahnya sudah duduk di sofa ruang tamu kami. Aku mendekat kepada mereka. Memberi senyuman terbaik yang aku bisa, padahal sebenarnya aku tidak ingin memberikannya.

Aku membungkuk memberi salam pada mereka. Aku melihat Daddy belum ada diantara kami. Itu sudah biasa karena sedari kecil sampai aku sebesar ini dia jarang di rumah. Kantornya adalah nomor satu untuknya.

"Kemari sayang." Mommy memanggilku dan aku duduk di sebelah Mommy.

"Jadi bagaimana? Bukankah mereka memang sudah jodoh?" mataku mengarah pada ayahnya Nayeon yang sekarang sedang tertawa riang. Aku tahu maksudnya mengarah kemana.

Pakaianku dan Nayeon memiliki tone warna yang sama. Aku menggunakan sweatshirt berwarna keabuan dengan celana panjang merah. Dan Nayeon juga memakan dress berwarna abu-abu dengan memiliki belt warna merah cerah. Tapi ini hanya sebuah kebetulan. Bukan berarti kami berjodoh.

Mommyku hanya tersenyum sambil melirik aku yang mungkin sudah terlihat tidak enak dipandang. Moodku sudah berantakan ketika aku batal pergi berkencan dengan Jennie. Ditambah sekarang ayah dari Nayeon mengatakan hal yang tidak-tidak.

"Lisa bagaimana kabarmu?" dia kemudian bertanya.

Aku enggan tersenyum padanya sekarang namun aku mencoba memaksakannya, "Baik, Uncle."

"Ck! Kenapa kau masih memanggilku Uncle? Itu tidak enak di dengar. Kau boleh memanggilku dengan Daddy juga jika kau tidak keberatan." perintahnya dengan ekspresi menyebalkan. Siapa dia mengaturku?

"Sayangnya aku keberatan." jawabku dengan suara dinginku.

Seketika semuanya menjadi hening. Kurasa aku berlebihan tapi dia memang harus disentil sedikit seperti ini.

"Hahahahaha.." aku tertawa karena semua menjadi canggung, "Aku hanya bercanda, Uncle. Aku tidak keberatan memanggil siapapun dengan sebutan ayah atau ibu." dia tersenyum lagi mendengar ucapanku.

Aku belum selesai, "Tapi jika dia sudah dekat denganku."

Lanjutku, "Kita belum dekat, Uncle. Aku memang tidak bisa memanggil orang asing dengan sebutan ayah."

Aku melihat raut wajahnya menjadi masam. Aku sangat suka! Teruslah bermimpi menjadi ayahku. Tidak akan pernah!

"Tentu saja!" dia tertawa canggung dan melanjutkan, "Kita akan semakin dekat setelah ini."

Maksudnya setelah pertunangan?

Dalam mimpimu!

"Apa aku bisa bicara berdua dengan Nayeon? Ada yang ingin aku tanyakan padanya." tuturku pada semua.

Mommyku mengerti dan dia mengangguk lebih dulu.

"Mari kita bicara diluar sambil menunggu Marco." ajak Mommy pada ayah Nayeon.

Dia hanya mengangguk dan mencium kepala putrinya saat beranjak dari sofa.

"Ada apa Lisa?" tanya Nayeon dihadapanku.

Aku hanya mempersiapkan diriku untuk menanyai ini, "Apa pembicaraan kita berdua saat itu masih belum cukup untukmu?"

Matanya seperti berpikir keras tentang pertanyaan yang aku ajukan. Kemudian dia tersenyum kecil dan mengangguk, "Tentang pertunangan?"

Aku hanya mengangguk tanpa bersuara.

"Aku berubah pikiran. Aku rasa Jennie tidak pantas untukmu." jawabnya ketus.

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang