9 - Hug And Make Up

5.7K 707 43
                                    

LISA POV

"Mom, aku sepertinya tidak akan sarapan pagi ini." aku menuruni tangga sambil berbicara agak sedikit berteriak pada Mommyku di dapur. Dia sedang menyiapkan makanan.

"Lisa, makanlah dulu. Tidak baik pergi ke kampus tanpa sarapan. Atau mau Mommy bawakan agar kau memakannya nanti?" Mommy menghampiri meja makan dan aku mendekatinya.

"Tidak perlu, mom. Aku akan makan nanti saat jam istirahat." aku mencium pipi Mommy, "Bye, mom!"

Aku mendengar Mommy berdecak kesal namun aku abaikan. Aku lebih memilih berlari kecil menuju parkiran mobilku. Aku memiliki 1 mobil dan 1 motor. Semuanya pemberian dari Daddy dan Mommy tentunya karena aku belum memiliki penghasilan. Hehehe.

Aku menaiki mobilku dan mengendarainya. Seperti biasa, meski kami sedang bertengkar, aku akan selalu menjemput Jennie ke rumahnya.

Sejujurnya hari ini aku sangat malas untuk pergi ke kampus. Benar, kalian sudah tahu alasannya. Karena Jennie.

"Aku lebih baik kehilanganmu daripada keluar dari Cheerleaders!!!"

Sungguh, teriakan itu sangat menggangguku. Bahkan malam ini aku hanya tidur 2 jam karena memikirkan terus apa yang Jennie ucapkan.

Apa kalian pikir aku tidak sakit hati? Yang benar saja! Aku masih manusia yang memiliki perasaan. Disaat aku melakukan segala hal untuknya. Dengan mudahnya dia mengatakan itu. Mengatakan bahwa dia lebih baik kehilanganku daripada Cheerleaders sialannya itu.

Karena kau sahabat yang mengekang, Lisa.

Oh ayolah? Selama 10 tahun ini semua apapun yang Jennie inginkan selalu kuturuti dan ikuti. Terkadang aku sampai melakukan hal-hal bodoh untuk mewujudkan keinginannya.

Aku hanya minta satu hal padanya, hanya untuk tidak bergabung dengan anggota Cheerleaders, tapi dia menolak bahkan membentakku.

Aku tidak bisa mengawasi dia terus. Aku seperti ini karena khawatir terhadap Joy. Dia orang yang sudah pernah menghancurkan mentalku. Sebisa mungkin kami tidak perlu berurusan lagi dengannya. Namun sekarang Jennie malah masuk ke kandangan Joy. Jelas aku sangat khawatir.

Tapi dia keras kepala. Dia tetap pada keinginannya dan itu pilihannya bahkan sampai rela kehilanganku. Baiklah, silahkan jika ucapanku tidak lebih penting dari Cheerleaders itu.

Setelah mengatakan itu kemarin, aku pergi. Aku hanya tidak ingin dia melihat wajah kekecewaanku. Biarkan aku sendiri yang merasakannya.

Dia tidak meminta maaf padaku atau melakukan apapun yang membuatku lebih lega. Setelah aku pergi dari kantin kemarin, tidak ada pesan yang aku dapatkan darinya. Begitupun sebaliknya. Jika biasanya aku yang pada akhirnya merayu Jennie dan meminta maaf meskipun aku tidak salah, namun kali ini sudah keterlaluan. Dia harus memikirkan efek dari apa yang dia ucapkan.

Aku sudah tiba di depan jalan kecil rumah Jennie. Biasanya dia menunggu di ujung jalan ini. Namun hari ini dia tidak ada. Mungkin dia sedikit terlambat.

Sepuluh menit aku menunggunya, namun dia tidak muncul juga. Aku mencoba untuk menelfonnya dan ponselnya tidak aktif. Karena ini sudah terlalu lama, maka aku mencoba menyusul ke dalam rumahnya.

Aku keluar dari mobil dan memasuki jalan kecil itu. Kemudian sampailah di rumahnya yang kebetulan Eommanya baru akan keluar rumah.

"Selamat pagi, Eomma." aku Menyapa Eomma dengan ramah. Asal kalian tahu, dia sudah seperti Eommaku sendiri.

"Lisa? Kenapa kau disini? Jennie sudah pamit pergi daritadi. Eomma pikir kau bersamanya."

"Aaaaaa.. Eomma maafkan aku sepertinya Jennie pergi duluan tadi. Aku terlambat, kupikir dia menungguku tapi ternyata dia pergi lebih dulu." aku melanjutkan, "Baiklah juga pamit kalau begitu, Eomma." aku mencium pipi Eomma.

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang