30 - Lost

4.7K 552 79
                                    

LISA POV

Sudah 3 hari aku sama sekali tidak berbicara dengan Jennie. Setelah kejadian di lapangan itu, aku sengaja meninggalkannya di kampus. Aku izin tidak latihan dance untuk kemudian bergegas ke rumah Jennie. Aku memberikan bunga untuk Eomma sebagai permintaan maafku. Karena aku yakin setelah ini aku dan Jennie tidak akan selalu bersama lagi.

Eomma memarahiku. Dia bilang kenapa hanya karena latihan dance dan boxing aku seperti akan melakukan perpisahan, apalagi memberikan bunga walaupun dia menyukai bunga yang aku berikan. Aku hanya bisa tertawa, ternyata Eomma dengan mudah menebaknya. Aku meyakinkan Eomma bahwa aku akan mengusahakan untuk datang ke rumah sebisaku. Walau aku tahu itu tidak akan terjadi.

Besoknya, aku merasa mungkin terlalu berlebihan. Aku berpikir bahwa mungkin jika dibicarakan baik-baik dengan Jennie semuanya akan terselesaikan. Aku berubah pikiran dan menjemput Jennie pagi-pagi. Tapi betapa terkejutnya aku ketika melihat Jennie sudah lebih dulu masuk ke mobil orang lain. Mobil seseorang yang tangannya di genggam oleh Jennie saat di lapangan kemarin. Melihat pemandangan itu aku merasakan perih di hatiku. Kenapa dengan mudahnya Jennie menggantikanku di hati dan di hidupnya.

Saat itu airmataku benar-benar tidak bisa ditampung lagi. Dia mengalir deras mengitari pipiku. Aku tidak tahu jika perasaanku akan sesakit ini. Baru sehari, tapi dia bisa memberikan senyum itu untuk orang lain. Senyum yang biasanya setiap pagi diberikan hanya untukku selama bertahun-tahun.

Apakah memang aku harus menyerah saat ini juga?

Tapi yang menyita perhatianku selain itu adalah Jennie yang berjalan tertatih menggunakan tongkat. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya itu serius karena dia sampai harus dipapah dan kakinya terpasang gips.

Aku tidak tahan untuk tidak bertanya padanya. Tapi sekali lagi, aku rasa dia sudah tidak membutuhkanku. Dia sudah memiliki orang lain bersamanya.

Ibarat pasir, jika kita menggenggam mereka terlalu erat, pasir itu akan tumpah dalam genggaman kita. Jadi mungkin keputusanku saat ini adalah dengan melepaskan genggaman itu. Mungkin memang Jennie membutuhkan orang lain di hidupnya, bukan melulu hanya aku.

Hari ini tepat 3 hari, semua masih sama. Aku selalu lebih dulu berada di dalam kelas. Dan dia masuk menyusul beberapa menit setelahnya, dipapah dan dibantu oleh orang yang aku tidak tahu sama sekali siapa dia. Aku berpura-pura acuh dan tidak peduli melihat interaksi mereka. Walau sebenarnya di dalam lubuk hatiku, perasaan ini hancur berkeping-keping.

Dia tidak pernah berniat pindah dari kursi sebelahku, begitu juga sebaliknya. Aku terkadang suka mencuri pandang padanya sesekali. Dia tetap sama, masih tetap cantik seperti Jennie-ku yang dulu. Sayangnya sekarang aku tidak bisa mengklaim lagi dia sebagai Jennie-ku.

Sialnya hari ini adalah, aku mencuri pandang padanya terlalu lama. Sehingga saat aku memperhatikan betapa cantiknya dia, dia juga melirikku. Shit, aku malu karena ketahuan sedang menatapnya. Aku langsung mengalihkan pandanganku ke depan karena aku tertangkap basah. Setelah ini aku tidak berani melihatnya lagi.

Waktunya makan siang dan aku akan beranjak pergi segera dari kursi ini, sebelum melihat wanita sialan itu. Kebiasaannya adalah datang ke kelas kami, menghampiri Jennie dan memberikan makanan untuknya. Waktu itu aku pernah berinisiatif membawa Jennie ke kantin, tapi wanita itu mendahuluiku lagi. Jadi sekarang, sebelum melihat Jennie melemparkan senyum padanya, aku lebih baik segera pergi dari sini.

Aku pergi ke kantin, untuk sekedar menyegarkan hatiku dan pikiranku yang penat. Aku melihat Chaeyoung duduk sendirian dan menghampirinya tanpa berbicara apa-apa. Dia menatapku dengan menyipitkan matanya.

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang