41 - Family

4.5K 577 37
                                    

LISA POV

Cup

Aku mengernyitkan dahiku, lalu perlahan membuka mataku. Samar samar aku melihat gadis cantik begitu menawan di hadapanku ini. Dia tersenyum begitu lebar, menampilkan deretan giginya yang putih bersih serta gummy smile lucunya yang tidak dimiliki oleh siapapun.

Ada sesuatu yang aneh di wajahku. Aku menyentuh pipiku dan benar saja, itu basah.

"Kau menciumku atau meludahiku?" ucapku sambil mengelap pipiku yang sangat basah.

Dia tertawa begitu keras, "Maafkan aku, hon. Aku sangat gemas padamu." katanya sambil mengatupkan giginya dan mencubit pipiku.

"Sakit, baby!" aku melepaskan paksa cubitannya dari pipiku, dia memajukan bibirnya pertanda kesal.

"Kenapa aku tidak boleh mencubit pipimu?!" kesalnya sambil semakin memajukan bibirnya.

"Karena pipiku tidak sebesar pipimu, baby!" sekarang giliranku yang mencubit pipinya.

"Aaaahhh~ Lepaskan!!!" teriaknya sekarang.

"Sakit, kan? Pipimu yang besar saja sakit, bagaimana dengan pipiku yang kurus?" ujarku sambil mengusap pipi chubbynya.

"Jadi maksudmu aku gemuk?!" bentaknya padaku.

"Tidak ada yang mengatakan kau gemuk." ucapku cuek.

"Pagi-pagi kau sudah merusak moodku!" dia akan beranjak tapi aku menahan tubuhnya oleh lengan dan kakiku.

"Mau kemana?" tanyaku sambil memeluk paksa Jennie.

"Kemana saja asal tidak melihatmu. Kau menyebalkan!" kesalnya lagi.

Aku menghela nafas dan mencium pipinya dengan lembut, "Maafkan aku."

Kalian masih ingat perjanjiannya, kan? Itu masih berlaku tentu saja!

"Untuk?" sebelah alisnya terangkat.

"Maafkan aku karena sudah membuatmu kesal." ucapku lembut.

"Janji tidak akan mengulanginya lagi?" dia mengangkat kelingking tangan kirinya.

"Emmmm..." mataku seolah sedang berpikir, "Aku tidak janji." godaku.

Dia membuka mulutnya lebar dan akan memukul dadaku. Untungnya aku segera menahan lengannya dan dia tidak jadi memukulku.

"Aku berjanji, sayang." ucapku dengan pandangan kami bertemu dalam jarak dekat.

Dia mengelus ujung bibirku lagi. Sekarang aku kembali mengingat kejadian kemarin. Dan itu membuat perasaanku kembali buruk.

"Kau berjanji akan mengatakannya pagi ini. Hm?" dia terus menagih ceritaku jika aku masih belum menceritakannya.

"Apa itu masih penting?" tanyaku sendu.

Dia mengangguk perlahan, "Apapun itu, semua yang berhubungan dengan kekasihku ini tentulah penting." ucapnya sambil mencolek hidungku.

Pada akhirnya aku menyerah pada Jennie. Dia tidak bisa dihentikan. Jika menginginkan sesuatu, dia akan selalu berusaha dengan keras untuk mendapatkannya, apapun itu.

Aku menceritakannya semua kejadian kemarin dari awal. Tidak ada yang aku kurangkan atau aku lebihkan. Bagaimana kedatangan Nayeon dan ayahnya. Bagaimana makan malam yang tidak berjalan lancar. Serta bagaimana kronogis sampai tamparan keras Daddy mengenai pipiku.

Aku menceritakannya dengan berkaca-kaca bahkan menangis. Tapi Jennie setia untuk terus menghapus air mataku dengan jari dan sentuhannya yang lembut.

Dia benar-benar sangat dewasa dalam menyikapi masalahku. Dia sama sekali tidak membahas bagaimana perjodohannya. Dia malah menguatkanku. Memberikanku semangat untuk tetap terus melakukan apa yang sesuai kata hatiku. Dan aku memang harus mempertahankannya.

BEST FRIEND - JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang