JENNIE POV
"Okay, terimakasih untuk hari ini. Besok kita mulai mempersiapkan gerakan baru." aku memperhatikan Joy yang sedang berdiri diantara kami semua yang duduk melingkar.
"Dan untuk Jennie." dia menyebutkan namaku. Otomatis semua mata semua orang yang ada disini tertuju padaku, "Jika kau kedapatan tidak fokus lagi seperti kemarin, aku akan langsung mengeluarkanmu dari team!" tegasnya dengan nada sedikit arogan.
"Joy, itu terlalu berlebihan." suara Luda menginterupsi dan perhatian orang kini menjadi kepada Luda, termasuk aku.
"Apa kau sedang mencoba membelanya sekarang?" Joy kini mendekati Luda.
"Bukan begitu, tapi terkadang akupun pernah ada di posisi Jennie. Sesuatu yang mengganggu pikiran kita akan membuat kita sedikit tidak fokus. Jadi menurutku itu terlalu berlebihan jika kau langsung mengeluarkannya begitu saja. Tidak sebanding dengan kemampuannya." aku merasa tersentuh ketika Luda membelaku. Sebenarnya aku tidak perlu dibela seperti itu.
Joy melirikku dan kemudian pandangannya beralih pada Lisa yang berada jauh disana namun masih bisa aku lihat keberadaannya.
Dia tersenyum sebelah dan mendekatiku, dia kemudian memposisikan untuk berjongkok, dan berbisik di telingaku, "Aku tidak takut sekalipun orang yang sedang duduk disana akan membelamu seperti Luda." aku tidak tahu apakah orang-orang disini mendengar ucapan Joy.
Amarahku mulai terpancing tapi aku masih menahannya. Jika dia memiliki masalah, masalahnya ada di depan matanya, yaitu aku. Tidak perlu membawa Lisa masuk ke dalam masalah ini. Jika dia memiliki dendam padaku, aku siap menghadapinya. Ini tidak ada urusannya lagi dengan Lisa.
Aku tidak menjawabnya dan dia menjauhiku, kembali ke tengah, "Kalian boleh meninggalkan tempat." kami semua berdiri dan seperti biasa menyatukan telapak tangan kami dan semua berteriak, "Go, Go, Go, Cheer Up. GO!" semua berteriak dan meninggalkan kerumunan.
Latihan kami di lapangan basket dan tasku ada disamping lapangan. Aku duduk sebentar di bawah di samping lapangan untuk mengatur nafasku. Biasanya jika aku emosi nafasku terkadang suka tidak beraturan.
"Jen.." seseorang menepuk punggung belakangku. Aku melihat dari samping ternyata Luda. Kemudian dia ikut duduk disampingku.
Aku tersenyum padanya, berusaha menghilangkan wajah kesalku.
"Jangan dengarkan ucapan Joy, dia memang menyebalkan." ucapnya sambil tertawa.
Aku ikut terkekeh sambil memasukan botol minumku ke dalam tas, "Tidak masalah."
"Aku penasaran, mengapa dia begitu kasar padamu. Apa kalian pernah punya masalah sebelumnya?" tanya Luda penasaran.
Aku ingin menceritakan pada Luda tapi apakah dia akan menganggap ini konyol? Maksudku.. sudahlah, ini masalah ketika kami masih anak-anak dan dia masih menyimpan dendam itu 10 tahun. Sangat menggelikan.
Aku hanya menaikan bahuku, "Joy butuh piknik sepertinya." dan Luda tertawa sangat keras.
Aku akan berdiri tapi dia menahan lenganku, "Tunggu, Jen." aku tidak jadi bangun.
Dia melirik sekilas ke belakangku, aku melirik lagi dan aku tahu arah pandangannya kemana. Pada Lisa.
"Aku memperhatikan dia selalu ada disini ketika kau latihan. Dan setelahnya kau keluar bersama dia. Bukankah dia anak club dance?" tanya Luda dengan wajah penasarannya.
"Lisa? Dia temanku. Dia hanya kurang kerjaan. Jadi untuk membuang waktunya dia menungguku berlatih." jawabku asal. Aku tidak mau menjawab jawaban sesungguhnya. Aku tidak mau Lisa mendapatkan julukan 'sahabat over protektif'
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND - JENLISA
عاطفية"cinta butuh waktu untuk bisa kita rasakan" Jenlisa Story GXG ID 🏆🥇 #jenlisa rank #1 on May 26, 2022 until May 30, 2022 | June 5, 2022 until June 6, 2022 🏆🥉#gxg rank #3 on Sept 13, 2022