EMPAT : BELAS KASIH YANG MENGHANCURKAN
"Nan,"
Ginan yang tadi sedang mengecek ulang laporan keuangan mendongak. Ia menutup laptopnya kemudian beralih melihat kedatangan Anthariksa. Melihat wajah tak enak Antha membuat Ginan menaikkan sebelah alis.
"Soal Medhya." Kalimat Antha terhenti. Ia menyerahkan sebuah amplop besar ke hadapan Ginan. "Ini laporannya."
Ginan langsung membuka amplop itu. Ada beberapa lembar kertas, foto, dan ... selembar surat membuat Ginan berhenti bergerak. Ia membaca ulang kertas ditangannya dengan teliti. Matanya memicing. Ia menatap Antha serius. "Siapa anak Gatama yang turun?"
"Gue sendiri," jawab Antha. "Gue juga kaget." Anthariksa menggeleng pelan. "Ada nama bokap lo dimana-mana ..."
"Sejak kami berpisah," lanjut Ginan datar. Ia kembali pada surat itu. "Ini valid?"
"Gue turunin Andreas dan timnya lagi buat cari tahu lebih soal itu." Anthariksa duduk di kursi dengan pelan. Ia menghela napas.
"Kalau betulan, ini gila banget, sih. Gue jadi ngeri ngebayangin apa yang mungkin terjadi sama Medhya selama ini,"Ginan menyentuh kening sejenak, terlihat masih sibuk mencocokkan setiap hal yang selama ini terjadi dengan bukti-bukti yang baru ia dapatkan. "Kenapa gue bisa nggak tahu ..."
"Dan asal lo tahu, gue bener-bener dibikin susah waktu nyari informasi tentang Medhya. Semuanya aneh banget, berasa ada yang ganjil. Gue curiga selama ini kita selalu gagal nyari info tentang Medhya bukan karena kita nggak bisa, tapi gue rasa ... memang ada yang sengaja nutupin dia selama ini."
"Papa?"
Antha mengangguk. "Lo pikir aja sendiri. Kita punya Gatama yang bahkan bisa nguber informasi dari para pejabat dan orang-orang tinggi lainnya. Tapi, kenapa informasi soal Medhya aja bisa se-alot ini buat di cari?" Ia melanjutkan kalimatnya dengan yakin. "Selain itu, masih banyak hal yang bikin gue merasa aneh. Tentang beberapa aset almarhum Ayahnya Medhya yang sekarang ... ada di bawah nama Prambudi Indonesia. Lebih tepatnya, di bawah kendali bokap lo."
Ginan semakin pusing.
"Kalau gitu, besok kirim orang ke Jakarta dan awasi Pak Darian," kata Ginan pelan. "Kalau Papa memang ada di belakang ini semua, udah pasti Pak Darian yang mengerjakan hal-hal macam ini," lanjutnya, menyingkirkan beberapa surat kepemilikan dari hadapan. "Apalagi yang aneh selain itu?" Ginan melihat beberapa foto. Lagi-lagi ia terhenti. Seorang lelaki terlihat tengah tersenyum lebar disisi Medhya di beberapa kesempatan berbeda. " ..?"
"Oh, itu Akbarra Hadinata, bosnya di kantor. Anaknya Cakrawan Hadinata. Bapaknya punya kebun sawit di Kalimantan. Tapi si Akbarra ini kayaknya nggak tertarik buat melanjutkan bisnis keluarga, jadi dia ekspansi ke majalah popular By.Us yang di bangun bareng sama kakak perempuannya lima tahun lalu, Karenina Hadinata." terang Antha dengan santai. "Tiga tahunan yang lalu, Medhya ketemu sama Karenina sewaktu ikut perjalanan volunteering ke Raja Ampat, Papua. Terus mereka dekat, dan Medhya di rekrut buat jadi asisten fashion stylist-nya Karenina. Sekarang sih, kayaknya Medhya udah jadi fashion stylist andalan disana. Intinya, sejak kerja di perusahaan itu, si Akbarra ini mulai getol deketin Medhya." Anthariksa memaparkan hasil pencariannya dengan lancar. Bertahun-tahun bekerja sebagai tim Gatama, kemampuannya dalam hal mengobrak-abrik informasi pribadi orang sudah sangat berkembang.
"Oh, jadi ini orang yang berani ngelamar cewek gue."
"Iya. Ganteng, ya? Meskipun terhitung OKB, tapi dia nggak norak. Anaknya lurus dan berdedikasi banget sama kerjaannya."
"Gue belum ketemu si Hadinata ini. Gue baru ketemu kakak perempuannya. Dan dia memang kelihatan akrab sama Medhya." Ginan membenarkan dengan santai. "What so good about him?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STROBERI DAN KOPI
Romance[Season kedua dari : Do you remember your first cup of coffee] Bahwasanya setelah patah dan hancur lebur bersama kehilangan bertubi-tubi yang ia rasakan di masa lalu, sebuah luka amat besar masih menghuni hatinya. Medhya sadar bahwa hatinya tak siap...