DUA PULUH ENAM : DIBALIK PERTENTANGAN
Butuh waktu beberapa detik sampai akhirnya Ginan menyadari apa yang terjadi.
Begitu kewarasannya kembali, ia menjauhkan wajahnya, namun Zoya sudah lebih dulu menekan tengkuknya dan kembali mempersatukan bibir mereka dalam lumatan-lumatan yang kasar. Membuat Ginan terkejut bukan main. ia baru berhasil memutus kontak tersebut ketika tangan gadis itu bergerak kebawah, hendak melepas tali bathrobe-nya.
Di dorongnya bahu Zoya pelan. Jeda sejenak sebelum Ginan menahan tangan Zoya. Menghentikan pergerakan gadis itu diatas dadanya. Keduanya bertatapan cukup lama, hingga akhirnya Zoya mengerjap pelan.
"Kenapa?"
"Sedang apa kamu?" Tanya Ginan, menjauhkan tangan Zoya dari tubuhnya. Jarak mereka masih cukup dekat hingga Ginan mampu melihat kekecewaan yang amat besar di mata gadis itu sekarang.
"Kamu tahu apa yang paling aku benci?"
"Apa?"
"Melihat kamu di sentuh perempuan lain."
"Okay,"
"Aku bersumpah nggak akan ngajakin kamu nonton ke bioskop lagi, daripada harus melihat pundakmu dijadikan tempat bersandar sama perempuan selain aku."
Ginan meneguk ludahnya sendiri saat potongan percakapan dengan Medhya di waktu silam tiba-tiba mendatangi kepala. Tepat setelah ia mengingatnya, wajah Medhya seolah menguasai seluruh isi otaknya sampai tak ada ruang yang tersisa untuk peduli pada kekecewaan di mata Zoya.
"Jangan menyentuhku." Ginan berkata penuh penekanan.
Dengan berkaca-kaca, Zoya berujar pelan, "Aku cuma--"
"Nan! Lihat nih, mobil lo di colong Dev--"
Ginan dan Zoya menoleh pada dua orang yang baru datang dari arah pintu masuk. Bersamaan dengan Anthariksa yang mengumpat dan Devintari yang berteriak murka, Ginan sontak berdiri dari duduknya. Merapatkan bathrobe yang terbuka di bagian dada kemudian berdekhem pelan.
"NGAPAIN KALIAN?!" Devintari tampak sangat emosional saat ini. Tatapannya beralih pada Ginan kemudian menyalurkan raut tidak percaya. "Mas Ginan selingkuh!?"
Apa? Selingkuh?
"Dia tidak sedang menjalin hubungan dengan siapa-siapa. Jadi, salah sekali kamu menyebutnya selingkuh hanya karena berciuman denganku," Zoya berdiri, membela Ginan dengan wajah tenang terkendali.
"Kalian ciuman?!" tanya Devintari lagi, semakin murka. "Mas Ginan?! Mas Ginan beneran cium dia?!"
"Vin,"
"Aku nggak nyangka Mas Ginan begini!" Devin menatap Zoya kemudian.
Memang benar ia benci dengan Medhya. Tapi, melihat Zoya lebih membuatnya muak sekarang. Setidaknya, Devin tidak pernah semarah ini saat melihat Ginan bermesraan dengan si perempuan ular. Tapi, kenapa ia tidak terima saat melihat sepupunya melakukan hal serupa dengan Zoya? Seolah-olah, Devintari baru saja menangkap basah orang yang paling ia percayai tengah berbuat curang. Sekalipun bukan dia yang di curangi, tetap saja ini mengecewakan. "Lo perempuan murahan!""Devin!"
Tatapan nyalang Devin pindah ke Ginan lagi. Muak dan benci. "Ternyata benar, semua lelaki memang tukang selingkuh!" Gadis itu balik badan lantas meninggalkan rumah Ginan dengan langkah buru-buru. Tidak terima dan kecewa.
Sedangkan Anthariksa yang sejak tadi diam, kini hanya memandang Ginan lurus. Tidak berkomentar.
"Kalian salah paham,"
KAMU SEDANG MEMBACA
STROBERI DAN KOPI
Romance[Season kedua dari : Do you remember your first cup of coffee] Bahwasanya setelah patah dan hancur lebur bersama kehilangan bertubi-tubi yang ia rasakan di masa lalu, sebuah luka amat besar masih menghuni hatinya. Medhya sadar bahwa hatinya tak siap...