8

38.5K 3.5K 89
                                    

DELAPAN : MEMELUK DENDAM










"Nonton drama Korea ini deh, Nai. Seru banget, tahu." Dilla seperti biasa, meracuni orang-orang dengan segala hal berbau Korea. Kali ini korbannya adalah si anak baru.

"Ceritanya tentang apa, Mbak?"

"Oh, ini ceritanya tentang cewek yang kerja di majalah gitu, kayak kita. Terus, dia diam-diam pacaran sama yang punya perusahaan. Nah, hubungan ini nanti bakal ketahuan waktu mereka ciuman di gudang-"

"Uhukk-uhukkk!"

"Eh, anak orang keselek!" Dara buru-buru menyodorkan teh kotak pada Medhya yang terbatuk-batuk hebat. "Minum-minum. Jangan sampai ada insiden seorang karyawan mati keselek selada waktu jam makan siang. Nggak estetik banget kedengarannya."

Medhya meneguk minuman yang di sodorkan Andara sesegera mungkin, sembari mendorong piring salad nya menjauh. Tiba-tiba, rasa laparnya hilang. Sembari mengatur napas, ia menepuk-nepuk dadanya sendiri. Setelah tenang, barulah ia melirik Naira yang berkedip-kedip menatapnya.

Anak itu tidak membahas kejadian di wardrobe dua hari yang lalu. Sama sekali. Namun, hal itu justru menjadi bumerang bagi Medhya sendiri. Ia was-was karena menebak-nebak apa yang dipikirkan si anak baru tentangnya.

"Nggak apa-apa?" tanya Dilla dengan mata menyipit. "Butuh minum lagi, nggak? Nih, punya gue masih utuh."

Medhya menggeleng.

"Makanya, baca Bismillah dulu kalau mau makan," Dara menepuk pundaknya pelan.

Dilla langsung menyahut, "Beda server dong, Ra. Kalau Yaya mah, bacanya doa Bapa di surga, bukan bismillah. Ah, lo nih gimana sih!"

"Oh iya, ya. Lupa gue, Yay." Dara menepuk jidatnya pelan. "Ngomong-ngomong, gimana kerjaan di GMK kemarin? Asik nggak? Banyak cowok ganteng kan, disana?" Dara menyambung dengan tanya antusias. "Gue dengar, bosnya juga ganteng banget! Kalian sempat papasan atau ketemu, nggak?"

Medhya meneguk ludahnya sambil melirik Naira.

"Emangnya iya, Nai?" Kini Dilla yang bertanya pada Naira. "Seganteng apa? Sama Park Seo Jun lebih ganteng mana?"

Bukannya langsung menjawab, Naira justru menoleh lagi pada Medhya. Tentu saja Medhya panik bukan main. Gadis itu buru-buru berdiri setelah merapikan sisa makan siangnya dari pantry.

"Mau kemana? Kan belum kelar jam makan siangnya," tanya Dara lagi, penasaran. "Sini aja dulu, ah! Jangan rajin-rajin amat gitu, lho jadi orang!"

"Iya nih. Finger print-nya juga nggak akan lari kemana-mana, kok. Santai aja dulu disini." Dilla menambahi.

"Aku mau siap-siap ke studio GMK. Hari ini ada konten fashion and beauty lagi." ujar Medhya cepat.

Sebelum ia pergi, Naira menyahut. "Saya ikut nggak, Mbak?"

Medhya menatap Naira sejenak, menimbang-nimbang. "Nggak usah. Kamu urusin baju-baju disini aja. Hari ini saya bisa sendiri."

Daripada sepanjang pemotretan dia merasa serba salah, mending anak ini ditinggal saja. Batinnya, memutuskan.

Dan sebelum ada lebih banyak lagi pertanyaan, Medhya buru-buru kabur dari sana secepatnya.

Bagaimanapun caranya, harga dirinya sebagai atasan dan senior harus di pertahankan!






****







"Tha, lo yang ngurusin kerjasama bareng Ivy, 'kan?" Ginan menurunkan kacamata bacanya dari hidung. Menatap Anthariksa yang sama sibuknya di sudut ruangannya.
"Ini maksudnya gimana, ya? Gue nggak paham."

STROBERI DAN KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang