Istana lama sedang mempersiapkan perjalanan Raja kembali ke Gwangju, ia mendengar kabar tentang Jihoon dan memaksa untuk pulang, sore nanti perjalanan mereka di mulai, Hoshi sebagai pengganti Yoongi sementara yang akan memimpin perjalanan mereka dan memastikan keamanan Raja,
Seokjin berjalan menuju kamar Jeandara ia ingin mengajak Jeandara sarapan bersama, menghabiskan waktu dengan putrinya menjadi hal yang favorit untuk Seokjin akhir akhir ini,
"Kau yakin akan memberikan surat ini pada putri? "
"Tentu, surat ini memang untuk putri kan?"
"Tapi di lihat dari cap nya itu cap yang asing"
"Ini bukan hak kita untuk membukanya"
Samar-samar ia mendengar pelayan berbisik di depan kamar Jisoo, dengan membawa gulungan surat di tangannya, menurut sepengetahuan nya Jisoo tidak pernah memiliki teman, mengingat hampir separuh hidupnya di kurung di menara bersama Jeandara, lalu siapa yang mengirimkan surat?
"Berikan padaku! " kedua pelayan itu membungkuk hormat dan melirik gulungan surat dengan ragu,
tidak sabar , Seokjin segera merebut dan membawa nya pergi, ia tidak suka jika permintaannya di bantah,
Memasuki kamar Jeandara, terlihat Gadis mungilnya berlari memeluk Seokjin dengan bahagia, ia bahagia karena ayahnya berhasil selamat,
"Appa, aku mendengar dari pelayan jika Jihoon oppa,,,, " ucapannya terhenti, Kristal bening menetes dari sudut mata,
Seokjin paham kedekatan keduanya, ia memeluk Jeandara dengan lembut, menggendongnya dan mengajak putri cantik itu duduk,
"Bunga matahari appa, Jihoon oppa mu sudah bahagia, jangan ditangisi lagi, kau harus kuat jika bertemu bibi Jennie nanti" Jeandara mengangguk lucu, ia menunjuk gulungan surat yang Seokjin bawa dan menatapnya dengan tatapan seolah bertanya benda apa itu,
Ah iya, Seokjin lupa, ini surat untuk Jisoo namun ia mengambilnya dari pelayan, berniat memberikannya secara langsung pada sang pemilik,
"Ini milik eomma mu"
"Ohh, aku pikir itu surat yang dibawa Yoongi Samchon, dia berteriak mencari Appa dengan membawa gulungan surat seperti itu, cap nya juga mirip" di dera rasa penasaran akibat perkataan Jeandara, Seokjin dengan lancang membuka suratnya, surat yang bukan untuknya,
"SIALAN!,,, TANGKAP PUTRI JISOO SEKARANG! " perintah Seokjin mutlak,
Jeandara terkejut dengan sikap sang ayah, sementara Seokjin benar-benar terlihat emosi, giginya bergemletuk menahan amarah,
Ia membaca ulang surat di tangannya tak lama langsung melempar sembarangan setelah menjadikannya remasan berbentuk bola,
'𝓗𝓸𝓻𝓶𝓪𝓽 𝓴𝓾 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓹𝓾𝓽𝓻𝓲, 𝓹𝓮𝓻𝓶𝓪𝓲𝓼𝓾𝓻𝓲 𝓴𝓪𝓶𝓲, 𝓴𝓪𝓶𝓲 𝓽𝓾𝓻𝓾𝓽 𝓼𝓮𝓭𝓲𝓱 𝓪𝓽𝓪𝓼 𝓴𝓮𝓹𝓮𝓻𝓰𝓲𝓪𝓷 𝓟𝓪𝓷𝓰𝓮𝓻𝓪𝓷 𝓚𝓲𝓶 𝓙𝓾𝓷𝓶𝔂𝓮𝓸𝓷,
𝓟𝓮𝓻𝓶𝓪𝓲𝓼𝓾𝓻𝓲, 𝓹𝓾𝓽𝓻𝓪 𝓪𝓷𝓪𝓭𝓪 𝓫𝓪𝓲𝓴 𝓫𝓪𝓲𝓴 𝓼𝓪𝓳𝓪, 𝓷𝓪𝓶𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓶𝓲 𝓽𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓫𝓮𝓻𝓱𝓪𝓼𝓲𝓵 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓱𝓪𝓫𝓲𝓼𝓲 𝓘𝓫𝓾𝓼𝓾𝓻𝓲 𝓭𝓪𝓷 𝓪𝓷𝓰𝓰𝓸𝓽𝓪 𝓵𝓪𝓲𝓷𝓷𝔂𝓪, 𝓙𝓮𝓷𝓭𝓮𝓻𝓪𝓵 𝓜𝓲𝓷 𝓫𝓮𝓷𝓪𝓻-𝓫𝓮𝓷𝓪𝓻 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓮𝓻𝓪𝓴𝓴𝓪𝓷 𝓼𝓮𝓵𝓾𝓻𝓾𝓱 𝓹𝓪𝓼𝓾𝓴𝓪𝓷 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓮𝓹𝓾𝓷𝓰 𝓴𝓪𝓶𝓲, 𝓱𝓪𝓶𝓫𝓪 𝓫𝓮𝓻𝓱𝓪𝓼𝓲𝓵 𝓵𝓸𝓵𝓸𝓼, 𝓭𝓪𝓷 𝓼𝓮𝓭𝓪𝓷𝓰 𝓭𝓪𝓵𝓪𝓶 𝓹𝓮𝓷𝔂𝓪𝓶𝓪𝓻𝓪𝓷, 𝓱𝓪𝓶𝓫𝓪 𝓫𝓮𝓻𝓱𝓪𝓻𝓪𝓹 𝓪𝓷𝓭𝓪 𝓫𝓮𝓻𝓼𝓪𝓫𝓪𝓻 𝓭𝓪𝓷 𝓽𝓮𝓽𝓪𝓹 𝓶𝓮𝓷𝓳𝓪𝓵𝓪𝓷𝓴𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓪𝓷 𝓭𝓮𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓫𝓪𝓲𝓴, 𝓲𝓷𝓰𝓪𝓽 𝓪𝓹𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓶𝓮𝓻𝓮𝓴𝓪 𝓵𝓪𝓴𝓾𝓴𝓪𝓷 𝓼𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪 𝓫𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓾𝓷-𝓽𝓪𝓱𝓾𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓾𝓻𝓾𝓷𝓰 𝓪𝓷𝓭𝓪 𝓽𝓪𝓷𝓹𝓪 𝓻𝓪𝓼𝓪 𝓴𝓮𝓶𝓪𝓷𝓾𝓼𝓲𝓪𝓪𝓷, 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓴𝓾 𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲𝓴𝓪𝓷 𝓪𝓷𝓭𝓪 𝓴𝓮𝓶𝓫𝓪𝓵𝓲 𝓴𝓮 𝓽𝓪𝓱𝓽𝓪 𝓾𝓽𝓪𝓶𝓪, 𝓲𝓷𝓲 𝓳𝓾𝓰𝓪 𝓳𝓪𝓷𝓳𝓲𝓴𝓾 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓭𝓲𝓪𝓷𝓰 𝓹𝓪𝓷𝓰𝓮𝓻𝓪𝓷 𝓙𝓾𝓷𝓶𝔂𝓮𝓸𝓷, 𝓫𝓮𝓵𝓲𝓪𝓾 𝓹𝓪𝓼𝓽𝓲 𝓶𝓮𝓷𝓭𝓾𝓴𝓾𝓷𝓰 𝓴𝓲𝓽𝓪,
𝓢𝓪𝓵𝓪𝓶
𝓚𝓪𝓼𝓲𝓶 𝓑𝔂𝓾𝓷 '
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Rumah keluarga Park, Jennie masih enggan mengisi perutnya, ia bahkan hanya meminum seteguk air, wanita malang itu terus melamun tak peduli dengan keadaan sekitar, Chanyeol mengatakan ia terkena gangguan depresi bahkan kehilangan sebagian memori nya, Sandara dengan telaten merawat menantunya, membersihkan wajah cantiknya dengan air hangat, kantung mata yang hitam dan bibir yang pucat, benar-benar memprihatinkan,
Membicarakan soal Jimin, Jimin juga tak kalah memprihatinkan, anak kedua keluarga Park itu mengurung diri di gudang jerami, matanya sayu tidak pernah kering, tubuh yang lemah dan banyak luka memar di wajahnya, tak ada yang peduli dengan keadaan pria itu,
Mungkin hanya Rose adiknya saja, adiknya dengan perut yang besar harus kerepotan membawa makanan untuknya, meskipun pada akhirnya akan tetap utuh,
Rasa bersalah telah membuatnya kenyang, suara Jihoon yang meminta ampun saat ia hukum menjadi ilusi yang akan langsung membuatnya menangis,
"Maafkan appa, Jihoon bunuh saja appa"
Histeris Jimin, ia begitu sakit melihat kedua tangannya, tangan ini yang memukul anaknya sendiri, menghabisi putranya sendiri, bahkan saking frustasi nya Jimin sampai melukai pergelangan tangannya sendiri berharap dapat menyusul Jihoon,
"Oppa!!" Rose datang dengan nampan di tangannya, Jimin menatapnya bertanya-tanya,
"Apa yang oppa lakukan, oppa terluka! " Rose bergegas menarik pergelangan tangan Jimin dan membalut nya dengan kain,
"Mengapa kau masih juga datang Rose? Aku tidak makan"
"Oppa kau membuatku sedih" Jimin menggeleng, ia bergerak memeluk Rose dan memberikan usapan lembut pada perut buncit adiknya,
"Tidak, jangan, kau tidak boleh bersedih, pikirkan bayimu"
"Kalau begitu makan lah,berhenti melukai dirimu sendiri"
"Rose, berhenti menyusahkan dirimu sendiri, pulanglah" Rose menggeleng tegas,
"Oppa, Jennie eonni sakit" raut wajah Jimin berubah khawatir, pandangannya juga berubah menerawang,
"Dia pasti sangat terluka"
"Jennie eonni depresi dan kehilangan sebagian memorinya, dia menganggap Jihoon masih ada" Jimin menangis pilu, Rose tak henti mengusap punggung ringkih kakak nya, punggung yang dulu kokoh menjaga keluarga Park,
"Oppa kau harus merawat eonni, Eonni butuh oppa" Jimin menggeleng, ia merasa tidak pantas muncul di hadapan Jennie, ia sendiri yang telah merenggut kebahagiaan mereka, anak mereka penerus mereka, demi obsesinya,
"Eomma merawatnya dengan baik kan? "
"Eomma merawatnya dengan baik, tapi ini tanggungjawab oppa, oppa adalah suaminya"
"Aku bahkan tidak pantas Rose, aku menyesal, Jihoon sebagian dari nyawa kami, dan aku telah membuatnya pergi"
"Oppa, setidaknya kau harus memanfaatkan rasa bersalahmu, eonni butuh oppa" Jimin hanya diam tubuhnya ambruk ke bahu Rose, menangis kencang seperti anak kecil,
"Aku tau oppa butuh waktu,,,"

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙍𝙚𝙞𝙣𝙠𝙖𝙧𝙣𝙖𝙨𝙞 𝓦𝓲𝓽𝓱 𝓑𝓵𝓪𝓬𝓴𝓫𝓪𝓷𝓰𝓽𝓪𝓷
FanficHal hal yang di hindari ternyata adalah sebagian dari masa lalu "Jangan pergi Jisoo, kau bilang, kau adalah bayanganku, bayangan tidak akan pernah pergi kan? " "Apa yang dapat memisahkan bayangan dari objek nya? Kegelapan , Yang mulia,,, dan kau tel...